. • the fifteenth ⚠

1K 115 31
                                    

Tok tok

Yedam melirik pintu ruangannya sekilas. Ia lalu melihat jam di ruangannya. Sudah lewat jam pulang kerja. Siapa yang mengetuk pintu? Semua bawahannya sudah pulang.

"Masuk!" titahnya saat suara ketukan kembali terdengar.

Pintu lalu terbuka dan menampilkan sosok Haruto yang sudah siap pulang.

"Mau menginap di kantor?" tanyanya dingin.

Merinding mendengarnya. Dari pada sebuah pertanyaan, kalimat Haruto justru sampai di telinga Yedam seperti ini, 'Ayo pulang!'. Sebuah ajakan yang bila Haruto yang mengatakannya jadi terdengar sebagai perintah yang tidak boleh dibantah.

Yedam menggeleng dan kemudian membereskan barangnya dengan segera. Ia berniat membawa beberapa pekerjaannya pulang. Tapi, pekerjaannya tidak mendesak sih. Jadi, Yedam putuskan meninggalkannya di kantor. Esok, ia akan melanjutkan garapannya.

Setelah selesai, Yedam segera beranjak dan keluar dari ruangannya.

Mereka berjalan beriringan menuju basement. Tak ada obrolan. Jadi, saat di lift, Yedam memutuskan buka mulut.

"Ne Haruto."

"Hm?"

Yedam melirik Haruto sebentar. Ia lalu kembali ke pandangannya yang tadi menatap pintu lift.

"Aku ingin bertanya. Ini pertanyaan yang sudah cukup lama sejak aku menanyakannya pertama kali padamu."

Telinga Haruto masih pemiliknya pasang dengan baik. Menyimak Yedam sampai ia menanyakan pertanyaannya.

"Kenapa- kamu nikahin aku? Apa alasanmu?"

Haruto menghela napasnya malas. "I told you, apapun itu, yang jelas itu bukan atas dasar empati." jawabnya sebelum menarik tangan Yedam. Mengajaknya keluar dari lift saat lift sudah sampai di basement.

Haruto paham jalan pikir Yedam kalau topik pembahasan mereka adalah itu.

Hembusan napas Yedam terdengar begitu berat. Ia tak pernah dapatkan jawaban yang memuaskan dari Haruto untuk pertanyaan itu.

"Haruto,"

"Masuk." titah Haruto setelah membuka pintu mobil samping kemudi alih-alih menanggapi Yedam.

Helaan napas kesal dapat Haruto dengar dari Yedam. But, he doesn't care. Setelah memastikan Yedam masuk dan duduk dengan benar di dalam mobil, Haruto pun menutup pintunya. Ia lalu berjalan memutar ke bangku kemudi.

Yedam memalingkan wajahnya ke jendela di sampingnya saat Haruto menoleh padanya. Laki-laki Jepang itu hanya mengendikkan bahunya pelan. Ia lalu meraih setirnya dan mulai menjalankan mobil menuju mansion mereka.

Bermenit-menit sudah berlalu dan setengah perjalanan sudah mereka tempuh. Yedam menatap sedih pada langit yang kembali diselimuti awan kelabu. Padahal, tadinya, langit cukup cerah. Tak lama setelah sang surya tenggelam, awan mendung justru datang.

Kini Yedam menolehkan wajahnya. Menatap Haruto yang tengah menyetir dalam diamnya.

"Haruto," panggilnya lagi yang jelas Haruto tau maksudnya.

Tapi, masih saja tak ada niatan bagi Haruto untuk menjawabnya dan kembali membuat Yedam kesal. Tapi, namja yang dulunya bermarga Bang itu tak ingin bersikap terlalu kekanakan. Ia hanya menarik napas dalam. Mencoba menetralkan emosinya.

Eum, tepatnya mencoba mewaraskan pikirannya untuk tidak meninggikan suaranya pada Haruto. Ia hanya kembali menaruh atensi pada pemandangan di luar.

•Anprotagonist• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang