Yedam berlari dengan segera memasuki gedung perusahaan tempatnya melamar minggu lalu. CV dan dokumen-dokumennya diterima. Jadi, hari ini, Yedam harus melakukan wawancara.
Terkutuklah jalanan yang padat , sangat hingga mobilnya tidak bisa bergerak selama setengah jam lebih, entah karena apa dan membuat Yedam harus berlari sekitar tiga kilometer. Ahaha. Sike. Dia hanya berlari satu kilometer. Terimakasih karena seorang remaja yang bekerja paruh waktu di minimarket yang dilewatinya, mau meminjamkan sepeda pada Yedam.
Setidaknya ia tidak harus berlari kan.
Kembali pada Yedam yang kini mencoba sampai ke lift sebelum lift itu tertutup. Nyaris. Dan dia bisa masuk ke dalam lift. Ah, orang-orang sedang baik padanya meski situasi di jalanan tidak.
"Kamsahamnida." ujar Yedam sambil membungkuk sembilan puluh derajat pada laki-laki yang saat ini berada satu lift dengannya.
Yah, laki-laki itu yang membantunya. Ia melihat Yedam yang berlari kencang menuju lift. Dengan spontan, ia menekan tombol untuk membuka kembali pintu lift yang nyaris tertutup.
Laki-laki itu tersenyum dan mengangguk. "Mungkin kau perlu ke lantai empat. Di sana ada lemari pendingin berisi beberapa minuman dan sebuah kursi. Tempatnya ber-ac juga." ujarnya saat melihat Yedam terengah-engah dengan keringat bercucuran di wajahnya. Dan juga tangan Yedam yang berusaha mengipasi dirinya.
Yedam terkejut saat suara bass dengan nada santai dari orang di sampingnya terdengar. Ia menoleh dan tersenyum.
"Tidak, terimakasih. Saya sudah terlambat untuk wawancara di ruang HRD. Takutnya,saya dicap tidak disiplin." tolaknya halus.
Orang itu menggeleng pelan. "Tidak akan dimarahi. Tenang saja. Kau terlambat karena terjebak macet tadi kan? Orang yang mewawancarai mu juga kok."
Ting
"Masih ada lima belas menit sebelum orang yang mewawancarai mu datang. Turun lah dan istirahat sebentar." ujarnya mempersilahkan Yedam turun saat pintu lift terbuka dan mereka ada di lantai empat.
"Eum-"
"Tidak ada penolakan. Ayo keluar dan gunakan waktu mu untuk istirahat dan merapikan diri. Daripada kau melakukan wawancara dengan kondisi berantakan begitu." tegasnya yang membuat Yedam mau tidak mau harus melangkahkan kakinya keluar lift.
Ada benarnya juga sih.
Yedam lalu membalik badan. Melihat orang itu tersenyum padanya dan menggumamkan kata 'semangat' sebelum pintu lift tertutup.
Rasanya biasa saja saat melihat orang itu tersenyum. Tapi, ada sudut hatinya yang bersorak senang.
"Heol, orang tadi siapa? Memerintah sekali." gumamnya. "Eh, tapi terimakasih anonim atas semangatnya. Huhu. Mama dan papa bahkan tak memberikan semangat padaku." lanjutnya sedih sebelum akhirnya melangkah ke tempat di mana lemari minuman yang orang tadi bilang berada.
Haruto tersenyum puas saat melihat laki-laki yang lebih pendek darinya tadi menurutinya untuk turun ke lantai empat. Ia segera menekan tombol lift untuk menuju lantai di mana ruangannya berada.
Ah, hampir lupa. Haruto mengeluarkan ponselnya dan mencari nama Junkyu.
"Wae?! Aku sudah di lobby. On the way ke ruang HRD."
Decaan kesal keluar dari bibir Haruto. "Galak banget. Saya atasan kamu."
"Dih. Iya udah iya, sajangnim. Saya sudah di lobby dan dalam perjalanan ke ruang HRD untuk wawancara. Maaf atas keterlambatan saya. Ada gerangan apa anda menelepon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•Anprotagonist• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionSiapa yang antagonis dan siapa yang protagonis? Haruto yang mengundang orang lain masuk dalam pernikahannya? Jeongwoo yang tidak suka dengan kehadiran orang yang Haruto bawa? Atau Yedam si orang asing yang tidak tau kenapa takdir membuatnya hidup di...