Namjoon membuang napas kasar didepan layar komputer.
Itu terjadi lagi. Entah untuk yang keberapa kali, diluar kendalinya. Beberapa waktu sebelumnya ia masih terlelap, dan kemudian setelah bangun, rasanya puluhan kejadian telah terjadi. Menguburnya dalam-dalam dengan pertanyaan tanpa jawaban, dan jawaban tanpa alasan.
Bokongnya jatuh terduduk didepan kursi saat ia melihat sederetan angka yang masuk kedalam rekening melalui internet banking dalam jumlah yang cukup fantastis. Ia tahu betul darimana asalnya. Karena serapat apapun si Kim menyimpan, Namjoon pasti mengetahuinya.
Ia mengetahuinya dan akan selalu mengetahuinya.
Dirabanya ponsel yang berada didalam meja nakas. Diputarnya sampai mendesing tanpa arah dan akhirnya terjatuh di atas karpet. Yang satu itu, cukup sulit untuk dicaritahu. Karena ponsel tersebut memiliki passwordnya tersendiri. Tidak ada yang tahu kecuali si pria Kim. Dan meminta padanya sama saja mencari jarum diatas jerami.
Bola matanya yang menerawang menajam kembali pada satu corak lantai, ketika memorinya kembali terbang pada beberapa jam lalu di gedung G&M Coorps. Tangan terakhir yang terangkat, memiliki pertanyaan yang cukup mengundang sirine bahaya. Walaupun ia ragu dengan apa yang diyakininya, tetapi, Im Yoona sudah pasti mengetahui sesuatu tentang dirinya.
Ataukah tidak?
Yang jelas ia akan menunggu sebuah notifikasi pesan dari wanita itu untuk memberitahukan sesuatu. Kalau penting, Yoona pasti akan tetap menghubunginya. Jadi ia hanya tinggal menunggu.
Kali ini Namjoon meraih ponselnya sendiri dari dalam saku celana. Sambil berdiri dan mondar-mandir, ditekannya sebuah nomor yang menjadi langganan dalam daftar panggilannya selama beberapa bulan terakhir.
Panggilan yang diangkat tak pernah lebih dari dering ketiga.
"Malam Namjoon-ssi."
"Dokter Yoongi, aku butuh bertemu."
"Ada masalah?"
"Sesuatu terjadi lagi. Sekarang aku mulai menyadari bahwa dia melakukannya secara konsisten."
"Tuan Kim?"
"Ya."
"Apa kali ini?"
"Kasus yang sama."
Tubuhnya mundur dan sedikit limbung hingga terduduk di ranjang.
"Hm.. Ini sudah terlalu berbahaya. Seseorang harus menghentikannya."
"Dan kau tahu aku bukanlah orang yang bisa menghentikannya."
"Oke. Atur jadwal lagi untuk kita. Kau free besok?"
"Aku akan sibuk seharian di kantor. Besok lusa kita bertemu ditempatmu, jam sembilan pagi."
"Baiklah. Namjoon-ssi,"
"Ya?"
"Mari kita berdoa ini segera berakhir. Aku sungguh berharap ada keajaiban."
Namjoon memejamkan mata kesal. Dimatikannya telepon itu tanpa kata selamat tinggal.
Siapa yang tidak berharap ini akan berakhir? Namjoon sudah lelah dengan segala anomali yang ada pada dirinya semenjak satu tahun silam. Tidakkah Dokter Yoongi tahu bahwa dia sudah sangat frustasi terhadap hidupnya sendiri?
Merasa lapar, Namjoon memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu sebelum ia membuka rekaman cctv. Sepertinya semangkuk sup samgyetang mampu membuat rileks otot-ototnya yang sempat menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hit Me One More Time | Kim Namjoon x Im Yoona
FanfictionKim Namjoon, pria tangguh yang dihormati semua rekan seperjuangannya atas jasanya menyelamatkan suatu tragedi, hanyalah orang yang berjuang untuk memperbaiki dirinya sendiri. "Dia mantan agen NIS yang kacau! Bisakah kau menjauhinya, Yoong?" Yoona me...