Chapter 15

404 49 11
                                    

Jimin terpaku ditempatnya ketika ia melihat jasad Seokjin terbujur kaku diatas tempat tidur.

Pikirannya secara berangsur menjadi tak menentu hendak menerka siapa dalang dibalik semua kekacauan itu. Sedangkan orang-orang disekelilingnya, adalah mereka yang tak dikenalnya lebih jauh selain sebutan ‘anak buah Kim’.

Salah seorang dari mereka menghampiri Jimin untuk meminta perlindungan, “tadi malam sepertinya Kim Sajangnim kerumah dokter Seokjin. Karena dia sempat mengirimkan pesan padaku agar stand by kalau-kalau Kim memberi perintah.”

Jimin mengangguk-angguk, berpikir.

“Maka dari itu kami memanggilmu kesini karena kurasa ada masalah diantara mereka. Kau adalah orang yang paling sering berkomunikasi dengan dokter Seokjin. Kami harap ada petunjuk tentang ini.”

Petunjuk apapun bahkan tak terlintas sama sekali didalam benak Jimin saat ini. Dirinya memang cukup sering berkomunikasi dengan dokter Seokjin, tapi tidak dengan Kim. Maka setelah beberapa saat tenggelam dalam kebingungan, Jimin memutuskan untuk kembali kerumahnya dengan hati yang gamang. Dibukanya dokumen tentang identitas seluruh korban ataupun relawan mereka selama satu tahun ini, Jimin telah memintanya dari Woo Sik, lalu ia menopang dagu.

“Kenapa hampir semuanya dikirim ke Vietnam?” gumamnya. Riwayat pengiriman organ ilegal tersebut mayoritas dikirim ke Vietnam tanpa Jimin tahu permintaannya meningkat atau tidak. Seingatnya Dokter Seokjin pernah mengatakan bahwa distribusi supply adalah berdasarkan permintaan yang ada. Artinya mereka akan mengirimkan barang ke wilayah yang membutuhkan. Tetapi grafik tersebut menunjukkan lebih dari sebagian besar organ ilegal dikirim ke negara Vietnam.

Jimin lalu mencoba untuk menelepon Kim.

Panggilan tersebut tidak diangkat meski Jimin sudah menghabiskan waktu lima belas menit untuk meneleponnya. Tidak kehilangan akal, dia mengirim sebuah pesan singkat padanya untuk memberitahu bahwa Jimin sedang memeriksa riwayat pengiriman barang setahun silam.
Kemudian sambil menunggu jawaban dia menuang whisky kedalam gelasnya. Kepalanya penat tiba-tiba. Kematian Dokter Seokjin sudah dalam penanganan dan dia mempercayai rekannya untuk menghilangkan identitas. Bagaimanapun, kematian dokter Seokjin tidak boleh diketahui oleh siapapun sebab fatal akibatnya jika sampai itu terjadi.

Nama baiknya akan terseret. Jimin tidak ingin ambil resiko.

Sudah lama dia mencium sesuatu yang tidak beres terkait ketua penyelundupan organ ilegal itu, Kim yang selalu misterius. Jimin tidak dapat menemukan identitasnya dimana-mana, sekalipun dalam daftar kartu tanda pengenal penduduk Seoul.  Namun kejanggalan itu ditelannya begitu saja sebab harta mengalir bagai air dari tangannya. Membuat semua mulut bungkam terhadap fakta yang ada dibalik identitas seorang Kim. Tidak ada yang berani mempertanyakan jati dirinya, termasuk dokter Seokjin. Jadi Jimin, memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

Aka tetapi kematian Dokter Seokjin telah membuat rasa ingin tahunya jatuh semakin dalam sehingga malam ini dia memutuskan untuk mencaritahu sedikit lebih banyak mengenai pria dengan tinggi menjulang itu. Tidak ada salahnya. Daripada semua menjadi semakin terlambat dan nyawanya sendiri ada dalam daftar selanjutnya.

Ponselnya berdering tepat saat segelas whisky dia tenggak habis. Jimin mengangkatnya tanpa melihat si  pemilik panggilan.

“Kau dimana?”

“Tentu saja dirumah. Kau mau aku duduk-duduk menangkap lalat dipinggir jalan?”

“Tidak buruk, cocok untuk muka sepertimu.”

“Sialan. Ada apa? Jangan menelepon sebelum kau pastikan semuanya aman.”

“Kau tidak percaya padaku? Kalau orang tahu aku melakukan ini untuk polisi, sekarang pasti aku sudah tinggal nama.”

“Aku akan meminta sedikit abumu untuk disimpan didalam guci antik dalam rumahku. Kusapa kau setiap hari sebelum lari pagi, agar kau tidak merasa kesepian didalam sana.”

“Lucu, Jimin. Untuk kau ketahui aku ingin kau meningkatkan bayarannya atau aku memberitahu lokasi dimana  Seokjin kukubur pada NIS.”

“Kita teman bukan?”

“Teman adalah teman, bisnis adalah bisnis. Aku sedang butuh banyak uang sekarang.”

"Sialan Taehyung! Katakan berapa yang kau inginkan?”


**

Hit Me One More Time | Kim Namjoon x Im YoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang