"Sudah kau buka rekaman cctv-mu?"
Namjoon masih menenggelamkan kepala diantara jemarinya, menekuk kebawah tertopang siku diatas meja.
"Sudah kubilang beberapa kali? Isinya hanya segelintir wanita yang lalu-lalang untuk dia pakai kemudian ditinggalkan. Aku terlihat sangat brengsek didalam rekaman itu, makanya aku tak ingin melihatnya lama-lama."
Alih-alih berkomentar, hanya tawa yang muncul dari wajah pucatnya.
"Hasil CT Scan-mu masih stagnan, tidak ada kemajuan yang signifikan. Tetapi daya kontrol emosimu jauh lebih baik. Jadi kupikir ini--"
"Dia seorang kriminal, dokter," Namjoon menatapnya tajam, "seseorang harus sudah memburunya sekarang. Aku yakin dia bertransaksi narkotika atau tergabung kedalam sindikat perdagangan manusia. Kau kira uang sebanyak itu didapat dari hasil penjualan makanan?"
Kursi dokter Yoongi bergoyang kekiri dan kekanan, kepalanya mendongak dan terpejam. Berusaha memikirkan solusi yang masih buntu dari awal tahun lalu ia bertemu dengan Namjoon.
"Untuk sekarang, jangan terlalu memikirkan ulahnya karena akan sia-sia. Kita tidak tahu apa yang dilakukannya diluar sana. Kujadwalkan terapi kognitif lagi setelah sesi kita hari ini. Lusa, bagaimana?"
Kepalanya mendongak lelah, "terserah."
"Namjoon. Kasusmu bukan seperti DID pada umumnya yang mendapat trauma dari kecil. Kau normal sampai masuk organisasi NIS. Bahkan kau berlibur dan bercinta seperti orang kebanyakan. Hasil psikoterapimu menunjukkan bahwa ada yang salah dengan memorimu setelah kau berhenti darisana."
Ketukan jari Namjoon diatas meja mengganggu konsentrasi dokter Yoongi sekarang. Karena Namjoon terlihat sangat putus asa dengan mata naganya yang kosong.
Satu menit tanpa ada yang bicara. Dokter Yoongi mencoba menyelami pikiran Namjoon yang kacau, karena terapi kognitif bersamanya setengah jam lalu berakhir masih tanpa hasil.
"Dia mempekerjakan seorang wanita. Submissive." Terangnya kemudian, masih meneliti bonsai yang terletak rapi diatas meja.
"Oh ya? Mempekerjakan? Bukankah dia tipe one night stand?"
"Aku tidak tahu. Mungkin saja dia hanya tertarik pada wanita itu."
"Kau mengenalnya?"
Namjoon menggeleng, "tidak kenal dekat. Tapi aku mengetahuinya sebagai karyawan salah satu perusahaan yang mengadakan kerjasama dengan perusahaanku baru-baru ini."
"Kemudian? Kalian bertemu?"
"Tebak? Aku bertemu dengannya dirumahku tadi pagi. Dan berencana mengajaknya makan siang hari ini untuk mengetahui lebih jauh tentangnya."
"Berarti dia mengetahui kondisimu yang sebenarnya?"
"Tidak. Agaknya berprasangka aku mengidap penyakit jauh dari perkiraannya. Dia menganggapku sebagai kembaran Kim."
Dokter Yoongi menyandarkan tubuh pada sandaran kursi, pandangannya tertuju pada langit-langit ruangan.
"Kau harus mencari tahu tentangnya. Dia bisa menjadi jalan penghubung antara kau dan Tuan Kim."
"Kim tak akan peduli apa yang kulakukan atau mungkin pada wanita itu. Dia hanya menyalurkan nafsunya, kemudian membayar. Ulangi pola, selesai."
"Sungguh," Dokter Yoongi mengetukkan pulpennya dua kali diatas meja, "kenapa kelakuannya berbanding terbalik denganmu? Aku sampai sekarang masih penasaran. Dan setiap kesini dia tidak pernah mau mengaku sebagai Kim. Aku beberapa kali terkecoh denganmu--maksudku-- dia apik mengatur raut muka. Dia memahamimu secara total sehingga aku tidak akan mengira bahwa kau adalah dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hit Me One More Time | Kim Namjoon x Im Yoona
FanfictionKim Namjoon, pria tangguh yang dihormati semua rekan seperjuangannya atas jasanya menyelamatkan suatu tragedi, hanyalah orang yang berjuang untuk memperbaiki dirinya sendiri. "Dia mantan agen NIS yang kacau! Bisakah kau menjauhinya, Yoong?" Yoona me...