Sebelum alarm berbunyi, Namjoon sudah membuka kedua matanya. Ia bangkit duduk meregangkan leher, kemudian meraih ponsel beralarm dan menunggunya berbunyi di topangan tangan kedua paha. Tatkala dering alarm menggema, jemarinya sigap mematikan.
Paginya berjalan normal. Bagus.
Ia menuruni lantai dasar dan membasahi tenggorokan dengan air hangat. Sembari menggigit ponsel, ia melepas kausnya dan melakukan peregangan sebentar. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi saat tubuhnya menyentuh air kolam yang jernih.
Dibenamkannya kepala hampir menyentuh dasar, bersamaan dengan menggembungnya mulut untuk menahan napas. Memulai duck diving setelah sedikit pemanasan. Dilanjutkan dengan free crawl bolak-balik sebanyak lima kali.
Namjoon sangat suka berada didalam air. Pikirannya yang memiliki seribu cabang dan ranting seolah tercerai-berai begitu saja saat air yang dingin menerpa seluruh bagian tubuhnya.
Matanya menelisik--seolah mencari kedamaian-- seperti paus yang menikmati kesendiriannya ditengah lautan. Saat gerombolan serupa nukleasi menyerang pori-pori, Namjoon menutup kedua matanya sejenak untuk berpikir. Mencoba menghadirkan memori yang pusat sistem sarafnya sendiri menolak untuk ia hadapi."Sebelah sini!"
"Kau pikir kau bisa lari?"
"Lihat kedepan! Buka matamu keparat!"
"Uhk! Uhk!"
Namjoon terbatuk seraya menarik udara dari permukaan kolam. Matanya memerah dan napasnya tersengal-sengal. Dalam sekian sekon, tangannya gemetar memegangi bagian pinggir keramik dengan pikiran carut-marut. Matanya terpejam kembali, berusaha menghindarkan sekelebatan suara yang baru saja mampir kedalam benaknya.
Padahal ia yang mengundang, tetapi ia juga yang tak kuasa menerimanya.
Setelahnya dirasa tubuhnya berangsur tenang, Namjoon keluar dari kolam dan meraih handuk yang tersampir diatas kursi kayu. Untung saja kali ini ia masih bisa menguasai dirinya. Kalau hari ini ia juga menghilang, semua berubah bencana.
Namjoon mengerang sembari menekan nomor dokter Yoongi di ponsel. Tetapi sebelum sempat menelepon, sebuah panggilan lebih dulu menghampiri.
Ketika nama Im Yoona melayang-layang diatas layar, Namjoon mengerutkan dahi. Walaupun ia angkat juga teleponnya pada dering ketiga.
"Halo?"
"Kau sudah bangun kan? Jangan lupa hari ini acara perusahaan kami. Datang jam sebelas, jangan telat dan jangan datang lebih awal."
"Kenapa tidak boleh datang lebih awal?"
"Karena kau akan jadi rebutan disana. Ingat, jam sebelas Kim-- maksudku Namjoon. Oh, jangan lupa sarapan dan minum obatmu. Kalau kau kumat, nanti aku yang repot. Dah."
Kemudian panggilan itu ditutup. Membuat Namjoon mendenguskan tawa sarkas. Wanita itu, rupanya cukup menghibur walaupun terkadang mengesalkan.
Setelah puas geleng-geleng kepala, Namjoon menekan nomor telepon dokter Yoongi didaftar kontaknya.
Panggilan tersebut diangkat pada dering kedua.
"Namjoon-ssi?"
"Kurasa ada hubungannya dengan air."
"Ya?"
"Kau memintaku menyelam beberapa bulan terakhir untuk terapi bukan? Tapi kurasa traumaku berhubungan dengan air. Beberapa kali aku mendengar suara belakangan ini, tetapi aku tak bisa melihat adegannya secara jelas."
"Itu bagus, kau ada peningkatan. Tetapi jangan terlalu diporsir, Namjoon. Pelan-pelan saja. Apa yang kau dengar?"
Namjoon menyandarkan kepala pada kursi,"seseorang meminta tolong. Kemudian ada yang menghardikku dan mengancam. Sesuatu seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hit Me One More Time | Kim Namjoon x Im Yoona
FanfictionKim Namjoon, pria tangguh yang dihormati semua rekan seperjuangannya atas jasanya menyelamatkan suatu tragedi, hanyalah orang yang berjuang untuk memperbaiki dirinya sendiri. "Dia mantan agen NIS yang kacau! Bisakah kau menjauhinya, Yoong?" Yoona me...