"Sejak kapan kau berbelanja, Taehyung?"
Pria itu menoleh, kemudian mendenguskan tawa, "sejak aku menemukan bahwa berbelanja bisa mengusir depresiku. Jungkook, ambil keranjang belanjamu sendiri."
"Ayolah," Jungkook merangkul bahu Taehyung, "ini masih akhir pekan. Kenapa kita tidak pergi ke klub dan menyewa jalang selama satu malam?"
"Aku tak mau kita terkena surat peringatan lagi. Dong Wook semakin cerewet akhir-akhir ini."
"Hei, bukankah dia memang seperti itu?"
"Dulu dia pendiam. Setelah orang kesayangannya keluar dari NIS dia jadi seperti cacing kepanasan, entah kenapa."
Langkah mereka melambat seiringan dengan pembicaraan Taehyung yang mengerucut.
"Perhatikan bicaramu. Ini tempat publik."
Taehyung mengusak hidung, "aku tahu."
Kemudian keduanya berdiam, sampai tur berbelanja selesai dan kini duduk disalah satu korner kopi yang bersebelahan dengan gedung pusat perbelanjaan. Malam semakin larut dan udara dingin menyeruak.
"Entah kenapa kita malah minum kopi dibanding minum segelas wine." Keluh Jungkook mengedarkan pandangannya pada jalan raya.
Menyeruput cokelat panas, pandangan Taehyung tertuju pada salah satu pohon tinggi yang diselimuti gelapnya malam, tak terkena pendar lampu jalan. Kemudian matanya mulai menerawang, karena pemandangan tersebut mengingatkan pada pengalamannya dua tahun silam.
Kejadian itu sudah lama berlalu, namun bagi Taehyung, sepertinya baru kemarin terjadi.
Ia mengerang, kepalanya sakit tiba-tiba.
"Hei, ada masalah?"
Kedua tangannya menopang kepala diatas meja dan napasnya tersengal selama beberapa detik hingga membuat Jungkook panik.
"Hei brengsek, beritahu aku, ada apa denganmu?"
Tidak ada jawaban karena Taehyung terlalu gemetar untuk menjawab. Sampai akhirnya ia berhasil menenangkan diri setelah beberapa waktu.
"Sepertinya sakit kepalamu semakin parah akhir-akhir ini." Komentar Jungkook dengan tatapan ngeri sembari menyeruput kopinya kembali, memperhatikan Taehyung yang kini mendongakkan kepala.
Pria itu menyeringai, "waah.. Tak kusangka aku selemah ini. Kukira aku bisa melewatinya dengan mudah."
Didepannya, Jungkook mendengarkan.
"Aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Tapi segala hal yang berkaitan tentangnya tak bisa kulupakan begitu saja."
"Dalam segi romantisme?"
"Tentu saja bukan," Taehyung menendang kaki Jungkook dibawah meja hingga ia meringis kesakitan, "sial, dia membuatku merasa bersalah belakangan ini."
Seorang Kim Taehyung yang egois? Merasa bersalah? Jungkook geleng-geleng kepala.
"Tak perlu mengaku dosa padaku, lagipula sudah terlambat Tuan. Mungkin juga dia sudah mati. Tak ada yang tahu bagaimana keadaannya sekarang."
"Dia tak mungkin mati. Terlalu mudah untuknya mati ditangan sendiri jika itu yang kau maksudkan."
"Tak ada gunanya meratapi nasib, Taehyung. Kau yang memulainya kau juga yang mengakhiri. Cukup aku yang tahu perbuatanmu, karena jika semua anggota NIS mengetahuinya, maka habis sudah kau dipenggal didepan mereka."
Sontak Taehyung mendelik tak suka, "aku tak berniat untuk menyerahkan diri, idiot. Hanya saja bayangannya menghantuiku semakin sering belakangan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hit Me One More Time | Kim Namjoon x Im Yoona
FanfictionKim Namjoon, pria tangguh yang dihormati semua rekan seperjuangannya atas jasanya menyelamatkan suatu tragedi, hanyalah orang yang berjuang untuk memperbaiki dirinya sendiri. "Dia mantan agen NIS yang kacau! Bisakah kau menjauhinya, Yoong?" Yoona me...