Ten
.
.
.
.
.
Brandon dan Jason bangun setelah mencium bau harum yang menggugah rasa lapar kedua makhluk berlainan species tersebut. Jason mensyukuri mating yang telah mereka lalukan sehingga membuatnya dapat merasakan lapar layaknya manusia dan species lain. Selama beratus tahun menjadi vampire, ia harus minum darah sebagai pengganjal lapar. Kadang Jason merasa frustasi karena tak bisa mencicipi rasa apapun dari makanan yang sering ia rasakan sebelum menjadi vampire. Namun kini, ia bisa tersenyum bahagia karena lidahnya mampu merasa seperti dulu."Kenapa kau tersenyum?" tanya Brandon menyipitkan mata.
Jason hanya tersenyum tak menjawab pertanyaan Brandon. Ia langsung menggandeng tangan kekar Brandon menuju aroma masakan itu berasal.
"Selamat pagi semuaaa..!!" sapa Jason pada Laila dan Phil. Rupanya diruang makan sudah bertengger 2 werewolf lain, Simon dan Damian.
"Pagi juga Jason. Ayo sarapan dulu." ajak Laila.
Diatas meja tersedia setangkup roti bakar di masing-masing piring dan seteko besar cairan berwarna kuning. Jason mengerutkan dahi.
"Ini jus jeruk." jelas Laila menjawab kebingungan Jason. Ia menyerahkan segelas jus jeruk pada Jason. "Cicipilah."
Jason menatap segelas jus jeruk tersebut dengan wajah yang membuat Brandon terkekeh. Kerutan didahinya tak juga menghilang saat bibir gelas itu menyentuh bibirnya. Saat cairan kuning itu masuk ke tenggorokannya, kerutan itu mulai memudar.
"Rasanya tetap sama seperti dulu." gumamnya.
"Manis sekaligus asam. Rasa yang unik. Sepertinya aku telah melupakan banyak rasa makanan dan minuman yang ada dibumi."
Jason masih meresapi jus jeruk itu. Ingatan masa lalunya kembali muncul terutama saat ia belum menjadi seorang vampire.
Brandon mencium puncak kepalanya sebelum menyeret kursi agar Jason duduk. Jus jeruk yang ada ditangan Jason masih dipegangnya erat. Brandon menggenggam tangan Jason dan membuat Jason teralihkan dari gelas panjang tersebut.
"Ayo kita sarapan sebelum matahari marah karena kita terlalu lama sarapan." canda Phil.
Semuanya tertawa menanggapi candaan Phil. Suasana sarapan berlangsung ceria dan hangat. Jason merasa ia telah diterima oleh keluarga sahabat suaminya. Hatinya terasa hangat.
"Setelah ini kita harus bergegas. Aku mendapat kabar bahwa kelompok Vaero telah bergerak menuju tempat ini. Bocah itu benar-benar pembuat masalah!" dengus Damian kesal.
"Apa Jesse ikut denganmu? Dia juga termasuk target kan?" tanya Phil.
Damian mengangguk pasti. "Tentu saja! Takkan kubiarkan para vampire sialan itu mendapatkannya." Jason hanya menunduk mendengarkan nada kasar dari mulut Damian.
Seakan tersadar, Damian mengalihkan pandangan kearah Jason yang tertunduk. "Maafkan aku, Jason. Aku tak bermaksud seperti itu. Hanya saja..."
"Jesse adalah kaum peri yang punya kekuatan penghancur kaum vampire. Gen ditubuhnya mampu menangkal apapun kekuatan yang dimiliki para vampire. Boleh dikatakan, Jesse kebal dengan segala macam kekuatan yang sifatnya merusak. Itu sebabnya, Jesse juga diburu karena dianggap dapat memusnahkan kaum vampire." jelas Simon.
Jason mendongak dan mendengarkan penjelasan Simon dengan penuh perhatian. Ia tak pernah tahu jika Jesse juga termasuk 'musuh' kaum vampire. Ia teringat ketika Jesse melihatnya dengan pancaran ketakutan dimatanya saat ia mengatakan jati dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROWN AND WHITE ✔
Random[ 06.12.2014 - 21.08.2015 ] Dua warna berbeda. Dua kepribadian berbeda. Dua species berbeda. Tapi jika dua hal berbeda ingin melebur jadi satu, mungkinkah? WARNING!! BANYAK KATA-KATA VULGAR, LIGHT BDSM DAN KEKERASAN!! RATE 21+, FORBIDDEN FOR UNDER...