Nine
.
.
.
.
.
Brandon dan Jason tiba disebuah rumah yang letaknya agak jauh dari pemukiman manusia. Rumah tersebut tidaklah besar namun cukup asri dengan banyak pepohonan dan halaman yang oleh dibilang sangat luas. Sebenarnya, ada beberapa rumah disekitarnya namun karena posisinya yang agak menjorok kedalam hutan membuatnya terlihat terpencil. Dan mungkin itulah yang membuat pemilik rumah jarang dikunjungi tamu kecuali jika ada hal yang benar-benar penting.Mereka telah berdiri di teras rumah saat pintu terbuka. Ada wajah seorang wanita berambut panjang sebahu dan bermata coklat menyambut mereka. Wanita itu terlihat begitu anggun dengan dress selutut bermotif bunga berwarna peach yang dikenakannya, sangat kontras dengan kulit tubuh coklat eksotisnya. Matanya menatap lembut pada mereka berdua dengan senyum yang sangat menawan.
"Kami telah menunggu kalian." katanya dengan suara lembut menenangkan. Senyuman tak pernah lepas dari wajahnya.
"Maafkan membuat kalian lama menunggu." balas Brandon. Jason hanya diam mendengarkan percakapan singkat mereka.
Wanita tersebut hanya tersenyum. "Masuklah. Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kalian." Ia mempersilahkan keduanya masuk kedalam rumah.
Brandon dan Jason mengangguk dan berjalan melewati wanita itu untuk memasuki rumah. Di ruang tamu tak terdapat seorang-pun disana namun saat memasuki ruang selanjutnya, terlihat beberapa orang memenuhi ruangan tersebut.
"Akhirnya our newlywed datang juga. Aku hampir saja menyusulmu kesana!" seru seseorang memecah dengungan disekitarnya.
Terdengar kekehan kecil menanggapi seruan usil orang tersebut. Brandon hanya mengedikkan bahu acuh tapi tidak dengan Jason. Wajahnya bersemburat merah menahan malu.
Orang yang berseru tersebut berjalan mendekati mereka. "Aku tak pernah menjemputmu setelah kau menikah kan? Tapi kenapa malah kau berbaik hati hendak menyusul kami?" tanya Brandon sarkartis.
Pria itu kembali terkekeh. Ia segera merangkul pinggang wanita yang membukakan pintu untuk mereka.
"Kau pasti akan menyusulku jika aku tak membawa wanita ini bersamaku disini." Pria itu mencium lembut wanita disebelahnya. Matanya berbinar penuh cinta.
"Ya...ya...ya... Like I said before, Laila pasti menerimamu apapun alasannya. She love you so badly like you do." tegas Brandon.
Ia juga merengkuh Jason dan mengecupnya sekilas. "Like I love him." Pancaran matanya mengungkapkan isi hatinya. Jason kembali bersemburat merah.
"Hei...jangan membuat pesta penyambutan sendiri! Kau melupakan kami, heh?" protes seorang pria dibelakang sepasang manusia tersebut.
Kekehan kembali terdengar namun kali ini berasal dari sepasang tamu dan lawan bicaranya.
"Sorry, Simon. We have a little private conversation here." sergah pria tersebut sambil melangkah mendekati Simon, sang pemimpin kelompok.
"Hello, Beth. Kau terlihat cantik sekali." sapa Brandon pada wanita disebelah Simon.
Beth mendengus sebal. "Kau mengejekku ya?" gerutunya.
"No. A pregnant woman is always looks beautiful. Mungkin hormon bayi mempengaruhi pancaran kebahagiaan hingga mereka terlihat mempesona." puji Brandon lagi.
Beth mencibir padanya. Ia mengalihkan pandangannya pada Jason yang masih dipeluk pinggangnya oleh Brandon.
"Nice to meet you, Jason. Ternyata rumor itu tidak salah ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BROWN AND WHITE ✔
De Todo[ 06.12.2014 - 21.08.2015 ] Dua warna berbeda. Dua kepribadian berbeda. Dua species berbeda. Tapi jika dua hal berbeda ingin melebur jadi satu, mungkinkah? WARNING!! BANYAK KATA-KATA VULGAR, LIGHT BDSM DAN KEKERASAN!! RATE 21+, FORBIDDEN FOR UNDER...