Five

14.5K 621 5
                                    

Five
.
.
.
.
.
"Kau gila!!"

Phil berteriak keras didekat Brandon. Ia tak percaya dengan apa yang didengarnya dari mulut Brandon.

"Kau tau apa yang akan terjadi jika Simon tahu tentang hal ini? Apa kau juga bisa menjamin keselamatan Jason? Apa yang ada diotakmu?" teriak Phil beruntun.

Brandon mengangkat bahunya. Matanya menatap jernihnya danau yang tak jauh dari rumahnya. Ya, Brandon telah kembali kerumahnya setelah menghabiskan hampir 1 minggu di rumah Jason.

"Justru itulah aku mengajakmu kesini. Aku butuh seseorang yang bisa kuminta pendapat."

Phil menghela nafas panjang. Setelah mampu meredakan emosinya, dia duduk disebelah Brandon. Matanya menatap danau seperti Brandon.

"Kurasa kau sudah memikirkannya saat memutuskan untuk kembali pada Jason."

"Yeah. Aku memang sudah memikirkannya setelah kami berpisah. Tak ada yang berubah walau kami berpisah atau tidak. Semua sudah terjadi saat si bodoh Kallen mengacaukan perjanjian yang telah berlangsung lama." geram Brandon kesal. Matanya berkilat dan tatapannya menusuk. Seakan mampu memecah jernihnya air didanau.

Phil terdiam. Ia tahu semua kejadian ini bermula dari kesalahpahaman Kallen yang melihat Mikael menghisap racun dari tubuh seorang gadis, manusia murni. Kallen melihatnya sebagai tindakan pembunuhan padahal saat ini Jessica masih hidup bahkan akan menikah dengan sepupu Mikael, Harry. Hanya saja mereka tak berada dinegara ini. Menghindari vampir lain, teman musuh Harry, yang berusaha menyakiti Jessica. Phil tahu keseluruhan cerita dari Brandon dan Jason. Karena Mikael adalah kakak ipar Jason. Mereka berdua terdiam, sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Phil memecah keheningan.

"Tak ada. Hanya melakukan sesuai kata hatiku. Aku takkan meninggalkan Jason apapun yang terjadi. Jasonpun melakukan hal yang sama. Kami sepakat akan tetap bersama walau mungkin kami akan mati." ujar Brandon. Ia memang tak perduli lagi akibat dari hubungan tak lazim mereka.

Phil menghela nafas lagi. "Kurasa tak ada yang bisa dikatakan lagi padamu. Kau selalu memutuskan segala sesuatu dengan sangat sempurna. Bahkan resiko sekecil apapun sudah ada diotakmu dan juga solusi jika rencana gagal. Kau tak butuhkan pendapatku, Brand."

"Tapi aku tetap butuh pendapatmu, friend. Seperti saat kita putus dengan pasangan kita, kita menganggap itu keputusan terbaik. Namun ternyata justru itulah yang membuat semuanya tersakiti dan tak ada yang mengerti hal itu selain kita sendiri. Aku tak mau merasakan itu lagi. Terlalu menyakitkan. Lebih baik menghadapi resiko didepan daripada lari tapi terjungkal dibelakang." jelas Brandon menahan airmata yang akan luruh.

Phil mengangguk, membenarkan ucapan Brandon. Hatinya begitu miris saat mengenang Laila, manusia biasa yang telah mencuri hatinya namun harus ia lepaskan karena sebuah alasan. Brandon menoleh kearah Phil.

"Lebih baik kau bertemu dan bicara dengan Laila. Aku tak ingin kau menyesal jika sesuatu terjadi padanya. Apapun alasanmu, walau itu sangat masuk akal, katakan sejujurnya. Aku rasa Laila pasti akan mengerti dan menerima apapun kondisimu." nasehat Brandon.

Phil menghela nafas. "Yah, kau benar. Kurasa memang harus bicara jujur padanya." Phil menoleh kearah Brandon.

"Terima kasih telah menguatkanku, Brand." kata Phil tulus.

"You are my bestfriend. We've been hurt together. And I want we happy together, too." balas Brandon sambil menepuk pelan bahu Phil. Phil hanya tersenyum dengan tepukan Brandon.

BROWN AND WHITE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang