Sore ini hujan turun deras padahal tadi siang langit cukup cerah. Rintik hujan mengguyur dengan cerianya membasahi seluruh bangunan SMA Pelita. Suara benturan air diatas atap itu bisa Keyra dengar dengan jelas, gadis itu berdiri sendirian di depan kelas dan menyenderkan diri pada dinding. Ia menatap rintikan hujan yang mendarat di tanah dengan sendu. Wajahnya tenang dan sedikit datar namun gadis itu tidak melamun.Langit yang sedikit gelap juga suasana yang sunyi membuat Keyra sedikit merasa horor. Bagaimana tidak ia seorang diri di sana, di bangunan luas juga besar. Kehororan semakin terasa ketika Keyra menengok kanan kirinya yang merupakan lorong panjang yang juga sudah cukup sepi.
Mungkin sekitar lima belas menit hujan mengguyur, benar benar hening hanya ada suara rintikan deras. Ini salahnya karena pulang terlambat dan kini ia terjebak hujan meskipun masih ada satu dua siswa yang juga ikut terjebak hujan namun tetap saja itu sia sia, tidak mengurangi kehororan sedikit pun.
Sedangkan di lain lokasi, Willy menuruni anak tangga dengan santai, kedua tangannya bersembunyi di balik saku celana, wajahnya datar juga dingin seperti biasa. Sesekali ia menyuarakan siulan sembari melangkah turun. Kebiasaan lelaki itu adalah berangkat terlambat juga pulang terlambat, jika bukan karena terlelap ketiduran dikelas biasanya ia juga kelamaan bolos.
Di akhir dasar anak tangga, tepatnya di pertigaan koridor lelaki berhoodie itu mengangkat sebelah alisnya ketika melihat Keyra belum pulang, padahal ini hampir jam lima sore. Pandangan Willy mengikuti manik mata Keyra yang tengah mengadah keatas, mungkin gadis itu berharap hujan segera reda dan dari sini bisa Willy ketahui alasan gadis itu masih di sini.
" lo ngga pulang?" Tanyanya ketika sudah berdiri di samping gadis itu.
Willy tidak bisa mengabaikan Keyra, ia terdorong peduli pada gadis itu. Ia tidak bisa pulang lebih dulu dan meninggalkan Keyra sendirian. Bisa saja Willy pulang sekarang menerobos hujan namun ia tidak tega melihat Keyra sabar menunggu hujan yang redanya tidak tau kapan.
" nunggu reda" jawab Keyra apa adanya dengan tatapan yang seolah bertanya sejak kapan ada makhluk lain di dekatnya.
Gadis itu melihat dari bawah penampilan Willy yang berhoodie putih cerah dengan tulisan hitam di bagian depan, bersepatu vans bertali putih dan rambut hitam legam yang kontras dengan wajah putihnya juga tas hitam yang tersampir di pundak tangan kanannya. Sangat keren untuk ukuran anak sekolah dan sebagai gadis Keyra mengakui hal ini.
" kenapa lo? Terpukau? "
" PD banget kak "
" itu faktanya, bukan gue yang ke PD'an"
" sama aja "
" beda "
" sama kak "
" kalo gue bilang beda ya beda!" Tegas Willy, ia harus menunduk saat maniknya juga manik Keyra saling bertemu untuk sekian detik.
Dan Keyra memilih bungkam, mengalihkan pandangannya dari awal dirinya dan Willy tidak pernah akur jika bertemu. Jika mengingat bagaimana hal itu bisa terjadi diantara mereka rasanya benar benar sial namun Keyra merasa bersyukur atas kedatangan kakak kelasnya sore ini, setidaknya mengurangi rasa horor.
" lo ngga pulang?" Tanya lelaki berjakun itu setelah diam cukup lama.
" nanti" jawab Keyra menunggu detik berikutnya.
" hujan ngga bakal reda kalo cuma lo liatin gitu" Cetus Willy menatap dari samping gadis yang masih setia menunggu hujan berhenti.
" selain liatin sama berdoa gue harus apa dong? Kan gue bukan pawang hujan kak" Willy mendengus kesal saat gadis itu terus saja menyauti ucapannya. Seolah tidak mau kalah dari dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PHUBER
Romancekisah ini berawal ketika Keyra tidak sengaja bertemu Willy, pemimpin geng besar di sekolahnya. Awal pertemuan yang jauh dari kata manis dan lebih terkesan kesialan bagi Keyra membuatnya enggan dekat dengan Willy, lelaki yang berhasil mencuri ciuman...