" pulang njir!" seru Ozan tidak jelas di belakang. Jam pelajaran selesai. Sudah pasti rusuh dan riuh. Sama seperti kelas Willy, apa lagi bangku belakang yang di huni dirinya dan kawanannya.
" siapa yang bilang arisan Zan?!" sahut Fatah asal.
" noh Rico!" Ozan dengan tidak tau dirinya menunjuk Rico yang sudah lebih dulu berjalan keluar bersama Devan.
" gue duluan say" pamit Ozan pada Fatah dan Willy.
" alay" celetuk Willy santai memakai tas di salah satu pundaknya.
" what ever me dong" Ozan membela diri, cowok itu segera melarikan diri dari hadapan kedua temennya.
" sarap lo!" teriak Fatah namun tidak di gubris. Kini keduanya berjalan di koridor menuju parkiran, Rico dan Devan sudah lebih dulu ke sana.
Willy dan Fatah menuruni tangga hingga sampai di tikungan Willy melihat siluet Keyra yang berjalan tergesa gesa, ia pikir hanya dirinya yang melihat ternyata Fatah juga menyadari hal itu.
" ngga lo kejar?" tanya Fatah. " mumpung ada kesempatan" lanjutnya.
" paling juga mau pulang" Willy nampak acuh.
" ngga inget kata Adi tadi?" pancing Fatah membuat Willy berpikir sejenak.
" gue duluan!" ujar Willy setelah ingat cerita Adi saat di W12 siang tadi.
Hampir saja Willy lupa dengan itu. Padahal tadi siang dirinya mengumpat tidak henti saat tau apa yang sudah Jena lakukan pada gadisnya. Sekali lagi, jika Jena itu cowok pasti sudah habis di tangan Willy.
Willy berlari mengejar Keyra. Hingga ia berhasil menarik tangan gadis itu dan tentu membuat Keyra terkejut. Keyra pasti akan protes jika bukan Willy pelakunya, meski di buat kaget Keyra hanya diam pasrah. Seperti sudah lelah tidak mau membantah.
" kemana?"
" pulang"
" gue anter!"
" ngga!" Tolak Keyra membuat Willy menekuk dahinya. " gue pulang sendiri aja"
Tidak ada sahutan dari Willy, cowok itu justru melepaskan tangannya dari Keyra. Willy menatap tajam tanpa suara, ia memperhatikan wajah tidak biasa dari Keyra. Ini semua gara gara Jena.
" ngga usah di ambil pusing"
" apanya?" tanya Keyra bingung, pasalnya ia tidak mengerti arah ucapan Willy.
" ucapan ucapan orang yang sirik sama lo!"
Keyra tidak berucap lagi. Ia tau sekarang kemana arah pembicaraan ini. Tidak begitu menggubris, Keyra berlalu begitu saja meninggalkan Willy. Sudah cukup hari ini. Moodnya sudah hancur sejak perdebatannya tadi dengan Jena. Cewek itu berjalan lesu membuat Willy terpaksa harus membuntuti dari belakang.
Jika bukan karena Keyra, Willy ogah melakukan semua ini. Berjalan pelan seperti orang tidak makan satu bulan saja.
" cepetan dong jalannya!" titah Willy dari belakang membuat Keyra mendengus kesal. Willy tidak terbiasa jalan lelet seperti ini.
" siapa yang nyuruh ikut? Jalan masih lebar didepan!" sewot Keyra.
" santai aja kali, jangan ngegas!"
" gue biasa aja kok" Keyra membela diri, ucapnya tadi membuat Willy mencibir dari belakang.
Namun Willy tetap membuntuti, sabar sekali cowok itu padahal biasanya ia gesit. Willy menatap intens punggung Keyra, bisa di bilang ini pertama kalinya Willy melihat Keyra kesal. Meski tidak meledak ledak namun Willy tau persis jika saat ini Keyra tengah memendam emosi yang tidak biasa. Mulut Jena memang sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHUBER
Romancekisah ini berawal ketika Keyra tidak sengaja bertemu Willy, pemimpin geng besar di sekolahnya. Awal pertemuan yang jauh dari kata manis dan lebih terkesan kesialan bagi Keyra membuatnya enggan dekat dengan Willy, lelaki yang berhasil mencuri ciuman...