Keyra menatap datar kedepan di mana Ayah dan Istri barunya tersenyum bahagia. Entah mengapa senyum mereka serasa menyayat di hati Keyra. keduanya sibuk menyalami tamu yang datang memberi ucapan selamat, sedangkan gadis dengan rambut yang tergerai itu hanya diam di tempat tanpa berniat naik ke atas pelaminan menemani sang Ayah.
" lo ngga naik ? "
Tanya Jena. Gadis itu baru tiba dengan dress biru muda berbulunya. Keyra memutar wajahnya menatap Jena." ngga" ucap Keyra. Ia menatap kembali kedua pengantin baru itu. Tidak ada raut bahagia di wajah Keyra.
Sejak awal pun Keyra menentang keras pernikahan ini. Bagaimana tidak, Ibunya baru saja meninggal satu bulan yang lalu dan sekarang Ayahnya justru menggelar pesta pernikahan yang meriah dan megah.
Bukannya Keyra tidak memberi izin Ayahnya untuk menikah lagi, hanya saja ini bukan waktu yang tepat bagi Keyra. Rasa kehilangan atas kepergian sosok Ibu masih membekas di hatinya. Bayangan semasa Ibunya hidup masih terngiang. Ini waktu yang salah untuk Ayahnya mencari Istri baru ketika genap satu bulan yang lalu Istrinya baru saja meninggal.
" senyum kali, muka lo kusut banget" Jena tahu alasan ketidak bahagian sahabatnya ini. Ia mencoba menghibur.
" lo kesini sendiri?" tanya Keyra mengganti topik pembicaraan.
" Sama bokap nyokap, tuh mereka" Jena menunjuk di mana kedua orang tuanya yang sedang berbincang bincang dengan beberapa tamu yang hadir.
Keyra mengikuti arah yang di tunjukkan Jena. " oh!" Ucap Keyra singkat.
Keyra dan Jena larut dalam obrolan khas mereka, keduanya merupakan sahabat dekat. Orang tua mereka adalah rekan bisnis yang sering melakukan kerja sama dalam pengembangan bisnis sehingga keduanya tidak butuh waktu lama untuk akrab. Jena terlihat asyik menyantap hidangan yang tersedia, mulai dari makanan ringan hingga makanan yang berkarbohidrat. Tidak peduli jika nanti bajunya terkena noda.
" Wooy!" sapa lelaki yang baru saja tiba. Lelaki tersebut menggabungkan dirinya untuk duduk bersama dengan dua gadis yang tengah asyik mengobrol.
" lo dateng? Gue kira ngga dateng" Sambutan yang kurang menyenangkan di lontarkan Keyra.
" gue yang nyuruh" jawab Jena. Ia tersenyum manis pada lelaki yang kini duduk di sampingnya.
" Selamat ya, semoga lo bisa akur" ucap Juna. Lelaki yang kini duduk bersama Keyra dan Jena. Keyra tertawa singkat. Keyra rasa ucapan Juna bukan sebagai ucapan selamat untuk dirinya, itu lebih tepat terdengar sindiran bagi Keyra.
" lo ngga ikut berdiri di sana? Biar kelihatan keluarga bahagia, gue fotoin dari sini buat foto keluarga" ucap Juna. Ia menatap panggung di mana kedua pengantin berdiri.
" ngaco!" tukas Keyra.
" ngga mungkin! mukanya aja dari tadi cemberut gitu, mana mau foto bareng, ngga ikhlas bokapnya kawin lagi" celetuk Jena.
" Kondisikan muka lo, banyak tamu bisnis nyokap lo" Juna mencubit dan menggoyangkan singkat hidung Keyra.
" Sakit Jun!" Ucap Keyra, ia mengelus hidungnya.
" Senyum biar kelihatan bahagia, meski cuma pura pura" Juna menasehati. Setidaknya Keyra harus terlihat bahagia atas pernikahan Ayahnya di depan para tamu yang datang.
" Bawel lo!" Cetus Keyra.
Ini yang Keyra suka dari Juna. Perhatian dan kepeduliannya membuat Keyra terbang. Meski tidak Keyra pungkiri mereka hanya sebatas sahabat. Tapi yang namanya perasaan memang tidak bisa di kontrol. Awalnya hanya sebatas sahabat yang pada akhirnya rasa yang Keyra rasakan lebih dari itu. Semuanya bermula dari rasa kagum yang bermetamorfosa menjadi Cinta. Dan semuanya kini nyata, karna perasaan Keyra untuk Juna adalah Cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHUBER
عاطفيةkisah ini berawal ketika Keyra tidak sengaja bertemu Willy, pemimpin geng besar di sekolahnya. Awal pertemuan yang jauh dari kata manis dan lebih terkesan kesialan bagi Keyra membuatnya enggan dekat dengan Willy, lelaki yang berhasil mencuri ciuman...