3. Willy Dyantara

295 6 2
                                    

Kamu tidak akan bisa lari dari aku yang mengejar perhatian mu______ Willy Diantara.

Baju lelaki itu sudah keluar jalur sendari pagi. Tatanan rambut yang menyimpang itu terlihat sangat berantakan juga menggangu. Dari sekian deskripsi hanya ada pelanggaran yang dilakukan, tidak ada satu pun nilai baik dari penampilannya siang ini di mata guru yang saat ini tengah menatapnya murka.

" sudah keberapa kali bapak bilang jangan ngrokok di lingkungan sekolah, hah?!".Tanya guru berkumis tebal itu.

Suara bariton berat itu membuat Willy sedikit terkejut dalam sikap istirahat ditempatnya. Lelaki berseragam abu abu dengan santainya menatap wajah yang tidak lagi muda itu, jangan kira Willy takut. Untuk hal yang seperti ini sudah menjadi makanan sehari harinya di sekolah besar juga ternama ini.

Dengan santai ia menyisir rambut hitam legamnya kebelakang menggunakan jemari tangan. Willy lelaki itu sangat digandrungi. Di puja juga di kagumi. Paras dan pahatan wajah yang nyaris sempurna itu sangat memikat. Pesonanya jelas tidak bisa diabaikan. Sikap tenang dan berwibawanya tidak kalah meski aura sangar lebih dominan. Willy adalah ketua sederet siswa berandal di sekolah ini. Siapa yang tidak kenal dengannya, satu sekolah pun hafal dengan perawakan Willy meski dari jauh.

" ngga tau pak, saya ngga inget" jawabnya enteng tanpa beban atau rasa takut. Wajahnya berseri biasa tanpa rasa khawatir akan amukan guru garang itu.

" kamu tidak malu di tonton siswa lain?! Hampir setiap hari kamu selalu berdiri di sini karena kelakuan badung kamu itu!" Lantang pak Hadi, guru BK. Kumis tebal hitam senada dengan warna coklat kulitnya itu menjadi ikon tersendiri. Menambah kesan galak.

Willy hanya diam tanpa bersuara membela diri. Sudah sangat biasa ia mendengar coloteh gurunya itu.

" mau bapak apakan biar kamu jera?! Kamu itu sudah kelas dua belas, fukos sama ujian! Bukannya belajar kamu malah bolos ngrokok di halaman belakang" omel guru BK tersebut.

" iya pak" lirih Willy meski tidak serius dengan ucapannya. Bagi seorang Willy Dyantara tidak ada kata jera meski dihukum setiap hari atau bahkan di DO. Willy adalah remaja yang tidak suka dikengkang. Ia benci adanya batasan.

_______________________

Kerya meringkuk di bawah lantai toilet. Ia menangis dalam diam. Meredam rasa sesak di hatinya. Gadis itu menelan getir rasa cemburu. Air matanya mengalir dengan isakan tangis yang berusaha ia sembunyikan di balik tangannya sendiri.

Rasanya benar benar perih melihat Juna bermesraan di depannya bersama Jena. Tawa riang keduanya sangat menghujat hati Keyra, membanting Keyra jatuh kepalung yang teramat dalam. Kerya merasa patah berulang kali saat ingatannya memutar kebersamaanya dulu dengan Juna. Waktunya ia habiskan bersama sahabat lelakinya itu, bermain dan bercerita. Masa manisnya bersama Juna sangat sulit ia bunuh dalam waktu sekejap.

Jujur, Keyra marah dan kecewa. Ia membenci dirinya sendiri yang sudah lancang menyukai Juna selama lebih dari tiga tahun tanpa berani berterus terang. Keyra akui ia terlalu takut untuk mengutarakan perasaanya, namun jika pada akhirnya seperti ini Keyra merasa menyesal. Seharusnya dulu ia lawan rasa takut itu. Seharusnya dulu ia lebih berani untuk mengakui keberadaan rasa  sukanya. Ia terlalu pengecut untuk melakukan semua itu.

Keyra hanya tidak suka saat Juna menjadi milik orang lain dan bukan lagi miliknya. Keyra tidak setuju saat Juna membagi waktunya dan tidak lagi sepenuhnya di habiskan bersama Keyra. Egois memang namun Keyra tidak peduli itu. Ia hanya ingin Juna menjadi miliknya dan terus bersamanya meski itu hanya sebatas sahabat, semua itu sudah lebih cukup bagi Keyra.

Keyra bangkit dari posisi jongkoknya saat suara hentakan sepatu itu mendekat. Keyra yakin pasti ada seseoarang yang mendengar isakan tangisnya. Gadis itu mengelap air mata dan merapihkan penampilannya. Ia segera membuka pintu dan mendapati gadis lain berdiri tepat di hadapannya berniat mengetuk pintu namun terurungkan.

PHUBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang