Gelapnya langit kali ini terasa sangat kelam. Bintang dan bulan absen malam ini. Di atas sana cukup gelap, mungkin akan turun hujan.Malam minggu selalu di jadikan hari spesial bagi para pemuda pemudi. Mereka melakukan banyak aktivitas di luar menghabiskan waktu semalaman.
Penuh hingar bingar kebebasan.
Pikirannya terus menerka. Bertanya tanya. Mengulang kata yang sudah ia ucapakan sendari tadi. Ia berputar di satu pertanyaan yang memusingkan.
" masih penasaran lo? " tanya Devan membuat Willy menatapnya. Tatapan itu penuh arti. Devan sangat tau apa yang kini sedang Willy pikirkan.
Willy mengangkat gelasnya, meminum habis vodka dalam sekali teguk. " gue pingin mastiin langsung "
" gila lo! Yang ada lo nantangin kalo gitu caranya " ujar Devan, apa Willy tidak berpikir panjang kali ini.
Willy termenung, tidak menyangkal ucapan Devan. Ia membenarkan. Namun ia juga tidak bisa berdiam diri dengan kabar simpang siur itu. Ia ingin memastikan sendiri.
Urusan kali ini terbilang serius. Tidak bisa di sepelekan. Harus secepatnya di selesaikan.
Devan ikut meneguk minuman beralkohol itu. Keduanya diam. Entahlah rasanya tidak bergairah sama sekali meski kini keduanya tengah berada di salah satu club mewah. Padahal banyak yang menari lihai di sana.
Mereka sama sekali tidak tertarik untuk bergabung.
Jika saja ada Rico dan Ozan pasti suasana sudah pecah, mereka tidak menolak untuk gabung ke tengah. Meliuk tubuh mengikuti musik DJ.
Mata Devan membulat terkejut ketika tidak sengaja mendapati Lusy ada di antara mereka. Ia mengepalkan tangannya. Marah. Gadis itu terlihat asyik malam ini.
Devan menegak minuman itu dengan kasar, lalu bangkit menuju ketengah dengan langkah kasar. Willy yang mengetahui hal ini hanya diam. Tidak berniat ikut campur.
" ikut gue! " Devan menarik kasar tangan wanita yang malam ini terliha sexy dengan dres mininya. Menarik Lusy keluar dari zona dugem. Lelaki itu terlihat sangat kesal.
" apa sih?! " berontak Lusy, menghempas kasar tangan Devan membuat lelaki ini menatap murka. Mulai tersulut emosi.
" Berapa kali gue larang lo ke sini? Kenapa lo ngga pernah dengerin gue?! " ucapnya putus asa.
Lusy memang tidak pernah mendengarnya, keras kepala. Devan melarang keras namun Lusy sama sekali tidak menurut. Kali ini Devan benar benar merasa tidak di hargai.
Bagaimana pun mereka terikat dalam hubungan pertunangan, setidaknya Lusy menghargai posisi Devan. Tidak bertindak bebas seperti sekarang.
" apa peduli lo?! Mau gue kesini atau ngga itu bukan urusan lo! Dan lo juga ngga berhak nglarang gue! " bentak Lusy yang justru terlihat lebih marah di banding Devan.
Devan menyeringai dengan ucapan Lusy barusan, terdengar lucu baginya. Lusy berkata demikian seolah memberi tahu bahwa hanya Devan yang menganggap pertunangan itu ada. Seolah Devan yang bodoh karena terlalu serius dengan ikatan itu.
" jangan ganggu gue Van! Gue ngga suka di kengkang " tegas Lusy setelah melihat Devan diam cukup lama.
Devan tidak pikir panjang, ia menarik lengan Lusy keluar dari club menuju parkiran. Ia sudah sangat muak berdebat.
" gue ngga mau pulang, lepas! " berontak Lusy, kesal bukan main. " lepas gue
bilang! Devan lepas! "Namun Devan seolah tutup telinga, ia mengabaikan Lusy yang berisik berjalan terpaksa bersamanya kearah mobil. Lelaki itu terlihat serius. Ia bahkan tidak peduli meninggalkan Willy sendirian di dalam sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/222059560-288-k639814.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PHUBER
Romancekisah ini berawal ketika Keyra tidak sengaja bertemu Willy, pemimpin geng besar di sekolahnya. Awal pertemuan yang jauh dari kata manis dan lebih terkesan kesialan bagi Keyra membuatnya enggan dekat dengan Willy, lelaki yang berhasil mencuri ciuman...