Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.Hari ini, sang surya menyinari bumi dengan begitu semangatnya. Hal itu terlihat pada saat ia memancarkan sinar yang begitu menyilaukan mata. Devina sendiri mengakui hal itu. Devina sekarang sedang berada di sebuah tempat duduk yang ada di taman belakang sekolah. Dia sendirian. Tidak ada yang mau berteman lagi dengannya. Sedih? Jangan ditanya. Tapi, setidaknya dia bersyukur karena telah dijauhkan dari teman-teman palsu yang ingin memanfaatkan dirinya saja.
"Kenapa semua ini terjadi padaku, Tuhan," keluh Devina dengan nada setengah berteriak. Dia tidak menghiraukan ada atau tidak orang yang mendengarkan keluhannya itu. Pikiran gadis itu sangat kacau ketika kembali mengingat kejadian yang menimpa keluarganya satu tahun yang lalu.
Saat itu, Davina masuk ke dalam ruangan yang diisi oleh para orang-orang terkasih yang pernah membuatnya senang dan juga sedih dalam waktu yang bersamaan. Tangan dan kaki Devina dan juga keluarga terikat kuat dengan tali. Hal tersebut membuat Devina meronta-ronta untuk dilepaskan dari ikatannya. Namun, Devina salah. Bukannya terlepas dari ikatan, Rissa malah meluncurkan peluru ke arahnya. Pada saat yang bersamaan, Davina berhasil melindungi tubuh sang kembaran. Tapi, Davina gagal menyelamatkan dirinya sendiri.
“Apa dengan melihat gue kayak ini dulu, kalian baru peduli sama gue?” tanya Davina dengan napas yang mulai tersendat-sendat dan kemudian menutup matanya.
Kalimat itu masih terputar dengan jelas di kepala Devina. Dia benar-benar merasa bersalah ketika menerima kenyataan pahit bahwa Davina benar-benar pergi meninggalkan dunia. Katakanlah Devina itu orang yang paling jahat terhadap Davina. Harapannya saat Davina dilarikan ke rumah sakit hanyalah satu, dia ingin melihat Davina kembali ke rumah Brahmantyo dan berkumpul bersama keluarganya yang jauh dari kata benar itu. Namun, harapan tidak seindah realita. Takdir Tuhan mulai menindaklanjuti segalanya. Mulai dari hidup Davina dan hidup orang-orang terdekat yang Davina miliki.
“Aku tahu, diri ini sangat salah di mata-Mu. Tapi, kenapa kau mengambil dia dari sisiku? Apakah dia sudah bahagia bersama-Mu di surga sana?” Devina menatap langit cerah sambil mengeluarkan segala apa yang sedang bersarang di dalam pikirannya.
“Apakah dirimu sudah memaafkanku, Davina?” tanya Devina.
“Kenapa lo menghukum gue dengan cara seperti ini, Vin? Lo tahu, gue di sini sangat kehilangan lo, Vin. Gue menyesal sudah menyakiti lo. Hidup gue, Bang Azka, Mama, Papa sekarang sangat hampa .... Semangat kami seakan-akan ikut pergi, Vin. Rasa bersalah juga menyelimuti diri kami, gue harap lo bahagia di sana, ya? Lo pasti udah bisa main lagi sama Ado. Jagain dia buat kami, ya, Vin? Tungguin kami di surga, nanti ....”
Air mata Devina menetes saat dirinya menyudah rentetan kalimat panjang itu. Dirinya menaikkan kakinya ke atas tempat duduk batu yang sedang ia tempati. Gadis itu memeluk kedua kakinya dan menelungkupan kepalanya di atas lutut. Menangis dalam diam, adalah hal yang sangat sering ia lakukan belakangan ini. Seperti sekarang. Entah kenapa, pada saat ia menangis, beban-beban kehidupan yang berada di pundaknya sedikit menghilang dari peradaban. Ya walau, tak jarang beban itu akan datang kembali. Tapi, Devina cukup tenang ketika ia sudah menyelesaikan tangisnya.
Devina mengangkat kepalanya saat ada seseorang menyentuh pundak dan memanggil namanya. Gadis itu dengan cepat mengusap air mata yang masih menempel di pipinya. Namun, meski sudah dihapus, matanya tidak bisa berbohong. Iya, mata Devina sangat sembap, padahal ia baru menangis sebentar.
“Dev ....”
Devina menurunkan kakinya dengan gerakan cepat. Ia sangat terkejut ketika orang itu kembali memanggil namanya. Terakhir kali mereka memanggil Devina itu satu tahun yang lalu. Itu juga dengan nada yang penuh kebencian dan juga kemarahan. Tapi, kini mereka malah memanggilnya dengan sangat lembut dan tulus. Tunggu-tunggu, mereka ini siapa? Dan kenapa? Apakah mereka tersambar petir kemarin? Ah sudah lupakan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devira [Selesai]
Teen FictionSequel of Davina. -Sangat disarankan untuk membaca cerita Davina lebih dahulu .... Davina. Satu nama yang tidak akan kulupa. Orang baik yang pernah kumiliki. Tanpa sadar aku merindukannya. Kuingin berjumpa dengannya. Walaupun harus mempertaruhkan ma...