Dvr|07

2K 265 38
                                    

Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.

Devira menapakkan kakinya tepat di depan gerbang sekolah barunya. SMA Kebangsaan, namanya. Devira sudah lama tidak bersekolah di tempat seperti ini. Satu tahun belakangan, dia hanya bisa menuntut ilmu di rumah dengan metode home schooling. Senyum gadis itu tidak luntur dari wajah cantiknya, dia begitu bersemangat hari ini.

Mata Devira dengan liar menatap seluruh objek yang ada di sekitarnya. Dia mencari ruang kepsek dan juga ruang guru. Tapi, dia belum menemukannya sama sekali. Devira memutuskan untuk memutari sekolah barunya itu untuk mencari ruang yang ia butuhkan. Sangat fokus dengan aktivitas yang sedang dia lakukan, Devira tidak sengaja menabrak seorang lelaki berbadan tegap dan bermuka datar.

“Ya Allah, ini aku nabrak orang terus deh, kemaren cewek sekarang cowok. Devira ... kamu itu harus fokus sama apa yang ada di sekitarmu!” ujar Devira di dalam hatinya.

“Maaf, ya, Kak ... aku gak sengaja,” lontar Devira sambil menatap seseorang yang ada di hadapannya itu.

“Hm.” Cowok itu adalah Arkhan. masih ingat dengan Arkhan? Kalau kalian lupa, Arkhan itu adalah kakak kelas sekaligus partner olimpiade Davina semasa SMP.

Arkhan belum melihat wajah Devira. Matanya tertuju pada tali sepatu miliknya yang tidak terikat dengan sempurna. Arkhan berjongkok untuk membenahi benda itu kemudian kembali berdiri tegap sambil mengangkat wajahnya. Boom! Arkhan sangat terkejut dengan kenampakan gadis berkacamata tebal yang begitu mirip dengan Davina. Sungguh, ini sangat sulit dipercaya.

“Davina?” gumam Arkhan karena terpana dengan gadis yang berdiri tepat di depannya.

“Maaf, Kak. Aku mau tanya boleh?” sosor Devira yang sudah mulai jengah ketika mendengar nama Davina kembali memasuki indra pendengarannya. Kenapa nama Davina belakangan ini begitu sering menghantui harinya? Ada apakah dengan Davina yang dikenal oleh orang-orang ini. Sungguh, Devira cukup sebal dengan itu. Tapi, Devira hanya diam membisu ketika ada seseorang yang menatapnya secara terang-terangan dan menyebut nama Davina.

“Apa?” balas Arkhan singkat dengan nada yang begitu dingin.

“Ruang kepsek di mana ya, Kak?” tanya Devira pada Arkhan.

“Lurus, belok kiri. Kalau sudah mentok belok kanan.” Masih dengan gayanya yang sangat dingin, Arkhan menunjukkan ruangan yang Devira tanyakan.

“Makasih, ya, Kak. Aku duluan ....” Devira berlari meninggalkan Arkhan.

“Kenapa dia begitu mirip sama lo, Vin? Apa lo kembar tiga? Ah, sudahlah.” Pikiran Arkhan sudah melayang kemana-mana. Cowok itu kemudian pergi menuju kelasnya.

Pelajaran kimia di kelas XI IPA 1 hari ini berlangsung dengan sangat tegang. Seisi kelas hanya bisa mengembuskan napas dengan gusar karena melihat soal ulangan harian mendadak yang sangat jauh berbeda dari contoh yang diberikan.

Mereka memang menduduki kelas unggulan. Tapi, entah kenapa untuk menjawab soal kimia kali ini rasanya sangat sulit. Cobaan mereka terus bertambah ketika melihat soal-soal yang ada di kertas putih itu mempunyai anak kembar tiga. Sungguh, mereka semua sangat ingin minggat dari tadi jika bisa.

“Anak-anak waktu kalian untuk menjawab soal tinggal lima menit lagi. Harap kerjakan dengan baik dan ingat, jangan ada yang menyontek pekerjaan temannya,” kata ibu guru yang berperawakan tinggi itu.

“Iya, Bu.” Entah darimana datangnya inspirasi kata tersebut. Yang terpenting bagi mereka saat ini adalah menyelesaikan ulangan itu dengan cepat.

Devira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang