Dvr|26

628 80 2
                                    

Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.

Devira hendak duduk di salah satu kursi yang ada di perpustakaan. Waktu istirahat pertama dihari ini ia habiskan untuk sekedar membaca buku dan juga memahami kembali materi yang di berikan oleh gurunya kemarin.

Perpustakaan SMA Kebangsaan menawarkan fasilitas yang sangat-sangat bagus, bagi Devira. Di dalam ruangan itu tidak hanya berisi rak, buku, meja dan kursi saja. Tapi, juga beberapa sarana dan prasarana penunjang kegiatan literasi siswa ada di sana, termasuklah komputer, jaringan internet dan beberapa benda unik juga ada di sana. Membuat Devira sangat-sangat betah ketika sudah berada diruangan ini.

Setelah membaca beberapa halaman dari buku nonfiksi yang ia ambil, Devira memutuskan untuk mengambil buku referensi pelajaran fisika, karena ia baru sadar kalau setelah istirahat kedua, kelas mereka akan melaksanakan ulangan harian.

Saat hendak mencari buku tersebut, bahunya disenggol oleh kakak kelas yang kemarin melayangkan bully kepada dirinya, Margaretha. Senggolan yang diberkan Margaretha terlihat begitu sengaja dilakukannya dengan rasa iri dan dengki yang menyeruak kepermukaan.

"Aduh," ringis Devira sesaat setelah merasakan bokongnya menyentuh lantai. Oh ayolah, Devira masih berjalan menggunakan kruk karena kakinya masih dalam proses penyembuhan. Bukannya, dibantu untuk berjalan, Devira malah ditabrak oleh perempuan yang minim rasa kemanusiaan ini.

"Oops, sorry, sengaja," kata Margaretha dengan senyuman devil menghiasi wajahnya.

Devira tidak menggubris perkataan Margaretha, gadis itu mencoba untuk meraih kruknya kembali. Namun, dengan jahatnya Margaretha malah menendang benda itu menjauhi Devira. Sepertinya niat Devira yang akan kembali menambahkan sejumput materi fisika sebelum ulangan berlangsung, kandas saat ini juga. Devira mengembuskan napasnya perlahan. Dia mencoba untuk sabar dalam menghadapi seorang serigala berbulu domba seperti Margaretha.

"Bisu lo? Atau tuli?" ejek Margaretha pada Devira yang sedang berusaha mengambil kruk dan menahan sedikit rasa sakit pada kakinya karena saat terjatuh, kaki Devira terduduk oleh dirinya sendiri.

"Kakak ada urusan apa, sih, sama aku?" tanya Devira pada Margaretha yang sedang tersenyum miring. Gadis di hadapan Devira itu menunduk dan mengelus pipi Devira membuat gadis berkacamata itu harus memasang ancang-ancang untuk menghindari hal yang akan dilakukan Margaretha selanjutnya.

"Gue udah pernah bilang sama lo, jauhin Arkhan. Tapi, apa? Lo malah makin gatel sama dia," bisik Margaretha, "hal itu buat gue makin ingin nampar pipi lo untuk yang kedua kalinya," sambung gadis berambut panjang bergelombang itu.

Devira terkekeh dengan nada sumbang. "Tampar aja kalau memang Kakak ingin. Tapi, jangan salahin aku, kalau Kakak dipanggil ke ruang konseling setelah itu terjadi," sambut Devira dengan santainya.

"Lo semakin buat gue ingin—"

"Minggir lo! Kami mau ngerjain tugas, ya kali gak boleh. Emang lo berdua siape? Pendiri ni sekolahan?" Suara itu terdengar dari pintu utama. Mendengar hal itu, Devira langsung memasang senyum kemenangan di wajahnya.

"Tolong, siapa pun itu yang ada di luar tolongin aku!" teriak Devira.

Arkhan, Andra, dan juga Leo sedang berhadapan dengan dua orang antek-antek dari Margaretha di depan pintu perpustakaan. Ketiga cowok tampan itu menatap Berti dan juga Shellia dengan raut wajah yang sulit diartikan karena tidak biasanya dua cewek tersebut menginjakkan kaki di perpustkaan saat tidak ada keperluan mendesak.

Devira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang