Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.Senja sudah berganti dengan malam. Malam indah penuh bintang dan dihiasi dengan sebuah bulan purnama yang begitu cerah menyinari gelapnya bumi malam ini. Sore tadi, Devira sudah boleh kembali ke rumahnya untuk melakukan rawat jalan. Gadis dengan kacamata tebal itu berjalan dengan bantuan kruk yang difasilitasi oleh Azka dan juga Devina sebagai bentuk pertanggungjawaban.
"Astagfirullah," ucap Devira saat tubuhnya sedikit kehilangan keseimbangan.
Dengan gerakan refleks gadis itu langsung berpegangan pada rak kayu yang ada di dekatnya supaya tidak terjatuh dan memperburuk kondisi tubuh yang baru akan membaik itu. Devira menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang karena efek dari daya kejut yang ada saat dia hampir terpeleset tadi.
Dengan pelan, tapi pasti Devira berjalan menuju kursi malas yang berada di samping rak kayu yang berisi buku-buku milik almarhum orang tuanya. Gadis itu menaruh kruknya di samping kursi dan mulai mengambil salah satu buku yang baru saja ingin ia baca di atas meja tepat di samping kursi malas yang tengah ia duduki.
'Tok, tok, tok' suara ketukan pintu membuat Devira menaruh bukunya kembali dan berjalan dengan kruknya untuk melihat siapa yang datang. Pintu terbuka dan menampilkan sosok Raffa yang sedang membawa seikat bunga lily. Oh, ayolah Devira ini belum meninggal, kenapa setiap kali orang menjenguknya harus dibawakan bunga? Hm, ya, sudahlah namanya juga pemberian, harus disyukuri.
"Gue dengar lo kecelakaan waktu itu, gimana apakah masih ada yang sakit?" tanya Raffa yang hanya terkesan basa-basi sebelum mengutarakan maksud dan tujuan. Eh, basi beneran, gimana dong? Udah tahu kecelakaan, ya kali kagak sakit.
"Iya aku kemarin sempat kecelakaan. Tapi, tenang aja gak ada yang sakit lagi, kok, cuma aku masih susah buat jalan," seloroh Devira sambil berjalan dengan terseok-seok ke arah kursi jati yang ada di teras. Melihat hal itu, Raffa langsung menuntun Devira untuk hanya sekedar berjalan beberapa langkah saja.
Setelah merasa nyaman dengan posisi duduknya. Raffa menaruh bunga lily yang ia bawa tadi di salah satu toples bening berisi air yang ada di meja sebelah kursi jati tersebut.
"Makasih bunganya, Raffa ... em, kamu mau minum apa? Nanti aku buatin," kata Devira seraya mengulurkan tangannya untuk meraih kruknya kembali.
Mendengar ucapan Devira membuat Raffa menggelengkan kepalanya dan dengan refleks memegang tangan Devira yang sudah menempel di salah satu bagian kruknya, bermaksud untuk mencegah gadis itu. Tidak lebih. Dasar modus!
"Gak usah, Vir, kaki lo, 'kan lagi sakit. Gue ke sini buat jengukin lo, bukan untuk minum."
Devira terkisap. Tidak, tidak, bukan oleh kalimat yang dilontarkan Raffa. Tapi, oleh telapak tangan Raffa yang menempel dengan sempurna di punggung tangannya. Devira langsung menarik tangannya itu dan tersenyum kikuk menatap kakinya yang terbungkus dengan gips.
"Kenapa bisa kecelakaan?" tanya Raffa sambil memperhatikan beberapa luka yang ada di diri Devira.
"Ceritanya panjang, Raffa. Aku gak bisa cerita sekarang karena rumit banget," keluh Devira lalu menaikkan kacamatanya yang melorot.
Raffa hanya mengangguk untuk mengiyakan pernyataan yang dilontarkan oleh Devira. Suasananya berubah menjadi hening. Malam ini sangat sejuk. Banyak angin yang hilir mudik membelai kulit Devira dan juga Raffa. Dua remaja itu sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Namun, tidak berselang lama Raffa bangkit dan berpamitan pada Devira untuk pulang ke rumahnya.
♡
Keadaan rumah yang dikepala keluargai oleh Reinaldo Brahmantyo itu masih memancarkan ketegangan yang begitu terlihat jelas. Sejak pulang dari rumah sakit waktu itu Reinaldo dan Ivona sama sekali tidak bertegur sapa. Hal itu membuat Azka dan juga Devina kebingungan dan juga merasa sedih ketika keluarga hangatnya tidak sama seperti dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devira [Selesai]
Genç KurguSequel of Davina. -Sangat disarankan untuk membaca cerita Davina lebih dahulu .... Davina. Satu nama yang tidak akan kulupa. Orang baik yang pernah kumiliki. Tanpa sadar aku merindukannya. Kuingin berjumpa dengannya. Walaupun harus mempertaruhkan ma...