Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.Sepoi angin mulai membelai wajah Raffa, Kanaya, Zellyn, dan juga Adelia. Untuk saat ini mereka sedang berkumpul di salah satu caffe yang cukup sering mereka kunjungi dari kelas 10. Hari ini adalah Hari Sabtu, yang artinya, mereka sedang menikmati waktu santai di akhir pekan.
"Ah, kalian mah gak asik, gak ngajak-ngajak gue buat nemuin tuh cewek," gerutu Adelia yang sedang mendengar cerita Zellyn yang begitu shock saat melihat sosok Devira di SMA Kebangsaan beberapa minggu yang lalu. Sungguh, Adelia sedang sangat-sangat ingin tahu, seberapa mirip orang yang di ceritakan teman-temannya ini dengan Davina.
"Lagian, sih, kenapa kemaren lo gak nontonin gue tanding basket," ujar Zellyn sambil berusaha menemukan sudut pandang foto untuk kentang goreng yang pas dan enak untuk dipandang.
"Kan gue udah bilang, kalau harus nemenin nyokap buat jenguk nenek di luar kota. Padahal kepengen banget liatin lo sama Raffa tanding secara langsung." Adelia menyeruput jus mangga yang bercampur dengan jely kelapa.
"Jadi gimana, nenek lo udah baikan?" tanya Kanaya.
"Ya, alhamdulillah, nenek udah baikan."
"Loh! Fotonya kok miring gini, sih, Lyn?" ujar Kanaya sambil memperhatikan beberapa hasil jepretan Zellyn saat memotret sepiring kentang goreng demgan menggunakan kamera DSLR milik Kanaya.
"Ya, kan namanya juga baru belajar. Nay," balas Zellyn sembari melemparkan cengiran khas miliknya
"Fa, lo kok diem doang, sih? Udah kayak patung tau gak lo?" Adelia menyenggol sikut Raffa yang duduk tepat di sampingnya. Seketika ide jahil muncul di kepala Zellyn yang duduk di depan Raffa. Gadis tomboi itu menginjak kaki Raffa untuk menyadarkan manusia dengan label sad boy itu.
"Sakit, gila. Lo pake tenaga badak, yak?" Zellyn tertawa saat melihat wajah Raffa yang terlihat begitu emosi saat lamunannya hilang begitu saja.
"Lo lagi mikirin apa? Davina? Atau ada yang lain?" tanya Kanaya yang sedikit senang melihat perubahan Raffa saat ini. For your information, setelah Raffa mengikuti ekskul futsal kembali, dia mulai bisa untuk kembali terbuka dan bangkit dari rasa sedihnya.
"Gue penasaran sama Devira," ceplos Raffa.
"Jadi, kenapa? Lo mau ngelakuin hal yang sama kayak yang lo lakuin dengan Davina gitu?" celetuk Zellyn yang sedang mengerutkan keningnya.
"Jangan diungkit lagi, Lyn. Lo gak liat, nih, muka sad boy tambah melas?" canda Adelia diiringi kekehan pada akhir kalimatnya.
"Gue harap lo gak nyakitin dia, Fa," kata Kanaya dengan nada melemah, karena kembali mengingat aoa yang dilakukan oleh Raffa waktu itu pada Davina.
"Kan cuma penasaran. Gue gak mau nyakitin dia, kok, sumpah." Raffa menunujukan jari telunjuk dan jari tengahnya yang menandakan dia memang hanya sekedar penasaran pada Devira. Tidak lebih, apa lagi sampai menyakiti hati perempuan, untuk kesekian kalinya.
"Awas aja, ye, kalau gue sampai dengar kalau lo nyakitin cewek lagi! Abis lo sama gue," sembur Zellyn seraya menusuk kentang goreng yang ia foto tadi dengan menggunakan garpu.
"Iya." Raffa menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Wait, wait. Penasaran gimana sih maksud lo? Lo pengen pacarin dia gitu?" Kanaya mulai bingung pada Raffa. Sebenarnya apa maksud kata 'penasaran' yang Raffa sematkan pada kalimat yang dilontarkan cowok itu beberapa saat yang lalu.
"Entah kenapa, pada saat gue bersama dia, kayak ada yang aneh di dirinya. Tapi, gue gak tau pasti, sih," jelas Raffa.
"Aneh? Ya mungkin dia gak biasa kali jalan sama cowok gitu. Apa lagi, kan cowoknya berlabel sad boy kayak lo," cakap Adelia diiringi dengan kekehan diakhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devira [Selesai]
Novela JuvenilSequel of Davina. -Sangat disarankan untuk membaca cerita Davina lebih dahulu .... Davina. Satu nama yang tidak akan kulupa. Orang baik yang pernah kumiliki. Tanpa sadar aku merindukannya. Kuingin berjumpa dengannya. Walaupun harus mempertaruhkan ma...