Epilog

797 72 9
                                    

Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.

Bersama Pak Ferdi dan Ibu Asih sekarang Devira berada di kediaman keluarga kandungnya. Rumah itu tampak sangat besar dengan pagar yang tinggi, berbeda dengan rumah yang sekarang ia tinggali. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia sangat takut saat ini.

"Ini adalah rumah kedua orang tua kadungmu, Devira. Maafkan Ibu dan Bapak sudah merahasiakan ini sama kamu." Devira hanya tersenyum kaku lalu mengangguk, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Otak Devira terus memikirkan bagaimana wajah kedua orang tua kandungnya itu, apakah mereka akan menerima dirinya atau malah tidak sama sekali. Ah, memikirkan hal itu hanya membuat Devira menjadi pesimis saja.

Pak Ferdi mengetuk pintu rumah orang tersebut dan menyerukan salam. Tidak lama dari itu seorang gadis membukakan mereka pintu.

"Lho, Devira, Bu Asih, Pak Ferdi!?" ucapnya cukup terkejut. Mendengar hal itu membuat Devira yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepalanya.

"Devina," lirih Devira sembari melihat senyum manis Devina. Tunggu-tunggu, sepertinya Devira menemukan sebuah benang merah antara dirinya dan juga Davina. Tapi, Devira masih tidak percaya pada fakta yang cukup pahit ini. Ternyata orang yang selama ini ia sayangi, sangatlah licik. Namun, selicik apapun Dandi dan Citra, Devira tidak akan bisa membenci mereka. Devira akan tetap menyayangi Dandi dan Citra, sama seperti dulu.

"Em, maaf Pak, Bu, cari siapa? Bang Azka?"

"Cari orang tuamu," kata Pak Ferdi.

"Siapa yang datang Devi?" tanya Ivona yang ada di belakang Devina.

"Ah, ini, Ma, ada yang mau ketemu Mama sama Papa katanya," jawab Devina sambil melirik Ivona yang ada di dalam, "kalau gitu, silahkan masuk, Pak, Bu, Vira."

"Apa! Ini semua nggak mungkin, anak saya yang lahir pada tanggal itu Davina dan Devina, bukan yang lain," bantah Reinaldo.

"Lalu di mana perginya Davina? Pasti gadis itu sangat mirip dengan Devira, saya yakin sekali itu," ujar Asih membuat Devina yang mengintip dari balik tangga termenung.

Mendengar ucapa Ibu Asih, Reinaldo terdiam. Ucapan wanita itu ada benarnya juga, jika dilihat-lihat Devira ini memang sangat mirip dengan Davina. Pria itu melepas kacamata, lalu memijat pangkal hidungnya pelan. Masalah ini cukup rumit, apalagi Dandi sebagai pelaku sudah tidak ada di bumi.

Ivona mengusap punggung tangan Reinaldo sembari tersenyum tipis, "Tenangkan dirimu, Rein. Kita cari jalam yang terbaik dalam permasalahan ini. Aku akan menemanimu," bisik Ivona.

Ivona dan Reinaldo memang sudah saling memaafkan satu sama lain, tapi sikap dingin Ivona masih melekat padanya.

"Kalau Bapak dan Ibu nggak percaya, kita adakan tes DNA saja, supaya hasilnya lebih akurat," saran Ferdi.

"Baik, kalau begitu saya akan mengajak Devira dan juga Devina untuk tes DNA."

Sudah sekitar dua minggu dari kejadian di rumah keluarga Brahmantyo kemarin. Hari ini hasil tes DNA sudah keluar. Devira pergi bersama dengan Ibu Asih ke rumah Reinaldo untuk kembali mencari kebenaran.

"Bagaimana, Pak? Devira memanglah anak kalian bukan?" tanya Ibu Asih pada Reinaldo yang sudah memegang hasil tes tersebut dan mungkin dia sudah membacanya.

Terlihat dari raut wajah Reinaldo memandang Devira, sudah bisa dipastikan bahwa apa yang dikatakan Ibu Asih dan suaminya itu tepat sasaran. Tanpa basa-basi Ivona langsung memeluk Devira dengan begitu erat, seolah-olah takut kehilangan untuk yang kesekian kalinya.

Devira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang