// the boy who i hate (2)

700 95 68
                                    

now playing;
rumah ke rumah - hindia

☄️☄️☄️

"Anna cepat ih itu Gaffriel udah dateng! Kamu daritadi bukannya mandi malah sibuk karoke." Omel Bunda dari pintu kamar dengan berkacak pinggang menatapku berapi-api. "Tumben Bunda manggil nama orang bener," kataku mengalihkan tetapi tidak digubris malah semakin kena omelan dari Bunda.

"CEPAT! Kamu jadi perempuan harus tepat waktu Anna!!!"

"Ihh, Gaffriel nya yang kecepatan Bun,"

"Alasan! Mana ada itu, kamu nya aja yang lama, malu tau Bunda ish."

Mulutku sudah berkomat-kamit merutuki Gaffriel si manusia durhaka. Demi ketek abang pentol Gaffriel berjanji menjemputku pukul satu siang tapi, lihatlah sekarang ini Bunda sudah mengomeliku padahal jam baru saja menunjukan pukul setengah 12 dan Gaffriel datang kerumahku pukul 11. Kurang apalagi kalo bukan kurang ajar. Bila saja aku punya samurai sudah kutusuk bokong Gaffriel biar ia tidak bisa duduk di ruang tamu.

"Iyaaa... yaudah ini Anna tinggal bentar lagi catokan terus beresin laptop sama buku-buku, Bun..."

Bunda berdecak lalu keluar dari kamarku, tak lama terdengar Bunda berbicara saat menuruni tangga agak berteriak. "Maaf yaa, Anna nya lagi catokan bentar lagi kok. Sini kamu makan dulu, Tante abis buat puding kesukaan Anna, lho!"

Aku memutar bola mataku kesal, "Awas aja lo bekantan, gue suruh warga gebukin." Cercaku.

Selesai mencatok dan beres-beres aku menuruni anak tangga dan sudah melihat jelas apa yang terjadi di lantai bawah. Gaffriel tengah berbicara dengan Bunda dan yang kulihat adalah mereka sangat menikmati obrolannya, padahal dulu Bunda dan Arden canggung mungkin karna Gaffriel agak sedikit terlihat humoris dengan Bunda dibanding Arden yang agak kaku. "Astagaaa Princess baru keluar kamar... untung tamunya nggak ngamuk ya," cibir Bunda dibalas cengiran olehku padahal sudah jelas ini semua ulah lelaki yang tengah duduk bersantai menatapku tidak bersalah dan menikmati pemandangan yang tengah ia lihat.

"Iya, ih udah. Anna berangkat ya, Bun?"

"Lho, cuma sehari dirumah?"

"Iyaa aku banyak tugas juga rumah jauh dari kampus, bakal ribet Bun aku,"

"Padahal ada saya Tan," Aku menoleh ke arah Gaffriel dengan tatapan Jangan-Ikut-Campur-Ya-Bekantan Jelek.

"Tuh! Gaffriel mau bantu padahal, gapapa kan bener Gaffriel?" Tanya Bunda memastikan di balas anggukan cepat dari si lelaki.

"Ih, udah ah, Anna gak mau ngerepotin orang Bun. Kapan-kapan aja ya Anna balik lagi? Salam buat Ayah entar aku telpon kalo udah di Apart, oke?"

Bunda mendengus, memelukku erat dengan usapannya yang sangat hangat itu. Pelukan seorang Ibu memanglah sangat nyaman daripada siapapun. "Baik-baik, ya, sayang. Kalo butuh Bunda bisa telpon ntar siapa tau Bunda bisa main ke Apart kamu,"

"Iyaa Bundaa, Anna tunggu, ya Bunda main..."

Bunda mengangguk sementara Gaffriel sudah berdiri mengulurkan tangan pada Bunda untuk menyalam punggung tangan Bunda. "Tante saya pamit, makasih banyak puding sama air putihnya enak banget Tan,"

Seketika aku menahan tawa mendengar ucapan Gaffriel. "Ih, sama-sama ganteng. Kalo kesini ntar Tante buatin puding lagi deh,"

"Siap Tante, air putih nya jangan lupa,"

"Oh, iya, pasti itu mah,"

Gaffriel terkekeh, "Pamit Tan, izin pergi sama Anna, ya, Tan..." Bunda mengangguk dalam senyum lalu melambaikan tangan padaku dan Gaffriel yang sudah berjalan ke arah gerbang rumah.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang