// berubah lagi

588 85 39
                                    

Setelah kedatangan Kak Ben aku mengikuti perintahnya untuk kembali ke kampus dan juga mengaktifkan ponsel, dan disinilah aku terkejut banyak sekali misscall dari Keera, Kak Ben, Alan dan juga... Gaffriel? Aku membuka pesan dari Gaffriel terlebih dahulu walaupun hanya 2 pesan tapi aku tersenyum akan pesan konyolnya.

Gaffr: Klo udh baikan blg y jgn nyusahin gue hp nya mati

Gaffr: y bego udh ga aktif hp nya liat aja gue tlp TNI biar ke apart lo.

Aku hanya membaca pesan singkat Gaffriel tanpa niat membalas kemudian memilih untuk membaca dan membalas pesan yang lainnya.

☄️☄️☄️

"Annaaa bukaa udah empat hari Naa, sumpah buka pint— ANNAAAAAA!!!!"

BUGHH!!!

"AAA SAKIT ANJIR!!!" Kami terjatuh karna Keera memelukku erat dan penuh antusias sehingga aku yang belum siap tidak bisa menahan beban Keera dan berakhir jatuh. "Sumpah, ya gue benci banget sama lo kalo begini-ginian! Gue gak suka ya, Na gue khawatir banget tau!!!" Cerocosnya hanya di balas anggukan.

""Yaudah lo mau ngampus atau nggak?"

"Ngampus aja deh tugas—"

"TENANG TUGAS LO UDAH GUE CATET SAMA GUE KERJAIN BEBERAPA,"

"HAH?"

"Bilang makasih orang tuh."

Aku menyengir, menarik Keera kembali dalam pelukanku, "Terimakasih banyakk Keera!" Senang sekali mempunyai sahabat layaknya Keera yang supportive dan pengertian. Aku benar-benar beruntung di lingkari orang-orang baik di hidupku. Benar kata Mama Alma temanku banyak, harusnya aku saling berbagi pada mereka bukannya melampiaskan rasa sakitku kepada Cameron lagi dan lagi.

"Lo tuh ya Na, kemarin kenapa?" Tanya Keera sepertinya dia tidak tau aku sudah putus dengan Arden atau hanya pura-pura tidak tau?

"Lo... tau lah." Jawabku singkat malas untuk mengingat kembali. "Ooh bener... Arden kenapa bajingan banget sih. Gue minta maaf ya Na kenalin Arden ke lo, gue gak tau kenapa Arden jadi begitu bahkan Arden yang gue sama Alan kenal gak kayak itu," ujar Keera terdengar sangat menyesal dan turut sedih akan keadaanku.

Aku meringis, "Lo gak tau sekalinya cowo baik-baik disakitin, di khianatin, ya pasti begitu. Dia gak jadi sosok yang sama karna trauma dan cara menyembuhkan dirinya ya dengan nyakitin orang lain juga."

"Sumpah pengen gue gampar si Arden, sok kegantengan banget kalo emang begitu balikan lah sama Raven. Udah dapetin Raven balik malah nerusin sandiwara sama lo, najong banget." Cerca Keera.

"Udahlah Ra, gue udah ikhlas, tapi gak tau mental gue gimana karna kata-kata Arden nyakitin banget,"

Keera menghela panjang, menepuk bahuku. "Udah, udah. Lo gak boleh trauma pokoknya, lo berhak dapetin yang lebih baik kok! Laki-laki yang baik banyak di dunia ini jadi jangan mikir karna satu laki-laki nyakitin lo, lo berumpama kalo semua cowok sama aja. No. Lo gak boleh berpikiran sempit begitu, oke?"

Aku mengangguk dalam senyum, mengangguk tidak tau benarkah aku akan mendapatkan yang lebih baik... atau malah lebih menyakitkan.

"Yaudah ayo sarapan dulu, gue bawa nasi kuning nih abis itu cus ke kampus."

Langit siang hari yang sangat amat terik benar-benar berada di atas kepalaku, rasa ingin bersumpah serapah kepada lelaki yang sedang kutunggu untuk menjemputku tidaklah datang bahkan aku sudah setengah jam menunggu. Benar-benar beban teman. Sudah berapa kali juga aku menelpon ponselnya tapi tidak di jawab bahkan pesanku tidak dibaca sedikitpun. Kurang ajar. Awas saja si Kutu Kupret itu pas dateng akan kulahap mentah-mentah dagingnya.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang