Gaffriel nampak bersandar di sofa apartemenku sesambil memainkan ponselnya sementara aku sibuk mencari baju karena jam sudah menunjukan pukul 4 sore. Aku melirik Gaffriel yang sibuk sekali tanpa peduli aku dengan ruang bajuku yang berantakan. "Kalo mau mandi bilang," ujar Gaffriel membuatku melongo.
"Apa, gimana?" sahutku masih dengan wajahku yang bingung. "Kalo mau mandi bilang, conge," katanya lagi tapi bukan itu yang ingin kudengar.
Aku memiringkan tubuhku ke arah ruang tamu dan menatap Gaffriel disana, "Terus peduli lo apa?"
"Ya gue keluar sampe lo selesai make baju, dongo."
Aku berdeham untuk menghilangkan rasa gugupku dan kembali sibuk dengan lemari yang sudah layaknya kapal pecah. "O..ooh, iya ntar gue bilangin,"
"Oh, iya, besok lo bisa keluar gak?" tanya Gaffriel dari luar sana.
Aku menaut alis walau tau Gaffriel tak bisa melihatnya. Seorang Gaffriel ingin mengajakku keluar? Apa ini tentang sikapnya yang kembali hangat di waktu tertentu? "Enggak tau, kayaknya sih besok gak ada jadwal buat pergi sama siapa-siapa," jawabku.
"Yaudah, gue mau ajak lo keluar, ada yang mau di omongin,"
Aku menyengir mendengar Gaffriel meminta waktukku dengan sopan, "Iya, iya, penting banget nih macemnya,"
"Tentang hidup atau mati gue," jawabnya lagi membuatku terkekeh. "Kayak lo mikirin hidup, Friel? Darah dingin gitu bukannya nyari mati?"
"Kalo lo hidup gue harus hidup juga lah,"
"Lah, urusan lo apaan sama gue,"
"Kan kalo gue mati gak ada yang ngerecokin hidup lo,"
"Justru gue mau tenang,"
"Dih, tar gue kasih foto Cam juga nangis bawang lo."
Oh benar, Gaffriel makin kesini makin terlihat tumannya, "Monyet."
"Ih kasar,"
"Males ah,"
"Baru gue bilang kan,"
"Gak usah bilang diem aja lo deh."
"Yaudah, gue diem,"
"Iya, diem aja lo."
🖤🖤🖤
Langit senja sudah berubah gelap di iringi angin yang menunjukan akan turun hujan sepertinya. Rasa dingin sampai terasa di dalam mobil begitu juga sikap Gaffriel yang terdiam sedari tadi dan menunjukan wajah sangarnya. Aku tau dia terdiam karena kusuruh diam lagi pula dia segala mengungkit soal Cameron yang tak akan pernah ada ujungnya bagiku. Aku mengecilkan lagi ac mobil dan mempererat pelukan diriku. Gaffriel melirik ke arahku yang di balas tatapan sinisku padanya membuat lelaki itu ikut sinis dan mengalihkan tatapan dariku. "Ngebut kek ahelah, lo gak tau tempatnya?" kataku sinis.
Gaffriel diam tetapi menambah kecepatan mobil. "Mulut di pake buat ngomong." Sinisku lagi.
"Emang buat ngomong, siapa bilang buat cebok." Kata Gaffriel pada akhirnya walau ucapannya lebih sinis dariku. Wah, cari pertempuran dia.
"Lah yaudah ngomong kalo di tanya,"
"Lah tadi orang suru diem aja, sekarang suru ngomong, gak jelas banget dah,"
"Kan gue ajak ngobrol,"
"Kan suru diem,"
"Lah kan di ajak ngobrol jadi gak disuruh diem lagi lah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
Romance|| s e q u e l of Married Enemy Ini tentang bagaimana aku melupakanmu, tentang aku yang hidup di hantui masa lalu penuh penyesalan. Tapi ini hidup, aku harus menjalani nya bukan walau tanpamu. Kamu masa laluku, sudah saat nya aku meninggalkanmu...