Setelah lama aku tidak kembali ke tempat itu akhirnya aku kembali lagi bukan dengan alasan menemani Ivana melainkan keinginan aku sendiri, dan aku juga tidak tau kenapa aku memilih untuk ke tempat penuh dentuman musik dan bau alkohol ini. Aku tidak tau ingin kemana lagi hanya ini saja yang ada di dalam pikiranku tiba-tiba. Dua... tiga... empat... entahlah sudah berapa gelas kecil aku teguk dan ini sudah sangat pusing, aku tidak bisa lihat jelas siapa di depanku dan aku tidak peduli. Benar kata Ivana melampiaskan rasa sakit disini adalah hal yang tepat, rasanya sangat lega tapi rasa sakit itu masi terasa.
"Mau... pipis... di—dimana?" Tanyaku entah pada siapa sepertinya bartender di depanku tadi. "Ke kiri pojok entar ada di sisi kanannya, Kak." Ujarnya samar-samar kulihat wajahnya manis.
Aku tersenyum dengan anggukan, "Jagain tempat duduk saya," kataku langsung berusaha turun dari tempat duduk tinggi itu, berusaha berjalan benar agar tidak oleng. "Belok mana tadi, ya?" Gumamku seraya belok kanan dan masuk ke toilet perempuan.
Saat membuka pintu kepalaku benar-benar pening, aku tertunduk untuk membenarkan pengelihatanku walau sebenarnya aku sudah benar-benar tidak bisa melihat jelas, kesadaranku layaknya akan hilang sebentar lagi mungkin ini efek karna alkohol yang kuminum. Aku tetap berusaha berdiri tegak lagi dan mendorong gagang pintu...
BUGHH!!!
"Eh, sori!" Kataku menjerit kaget karna aku menyeruduk orang di depanku. Dia berusaha memegang lenganku untuk membantuku berdiri lagi, aku mendongak agar bisa melihat wajahnya sambil berusaha berdiri aku samar-samar mencoba keras melihat siapa wajah di depanku... itu wajah yang kukenal ternyata. "Haaah...? Cam?" kataku. Kepalaku semakin pening, pengelihatanku kian mulai menghitam. "Ih... pu..sing.."
HOEKK!!!
Dan gelap.
✨✨✨
Hari ini adalah hari terakhir Arden di Indonesia dan besok ia akan berangkat ke Belanda untuk mulai mengurus pekerjaannya. Hari ini juga keluarga Arden ke Depok untuk membantu Arden dan mengantar Arden ke Airport yang berarti ada Mama, Papa Arden dan Dylan. Aku sangatlah senang kembali bertemu keluarga Arden dan juga sedih karena Arden akan pergi ke Belanda. Rasanya sangat cepat sekali, besok aku sudah mulai berhubungan jauh dengan Arden, tapi aku tidak boleh terlalu memikirkannya aku harus fokus dengan hari ini karena ini hari terakhir Arden di Indonesia.
Aku sedang menunggu Dylan di Lobby karena hari ini aku disuruh main ke Hotel tempat penginapan keluarga Arden dan Dylan akan menjemputku karena Arden sedang beres-beres di Hotel. Arden akan berangkat dari Hotel ke Airport, dan kemarin Arden benar-benar sibuk mengurus barang-barang yang ia bawa ke Hotel untuk ia packing disana dari kostannya sementara beberapa barang Arden akan masih tetap berada di kostan karna bulan depan ia akan kembali ke Indonesia untuk Wisuda juga memindahkan barang-barangnya kembali ke Bandung. Dengan penjelasan ini bisa di bayangkan bagaimana hubunganku dengan Arden seminggu belakangan ini... ya! Kami jarang bertemu dan hanya bertukar kabar di aplikasi chatting.
Aku mendongak menyadari lambaian tangan didepanku menyadari lamunanku, "Punten, banyak pikiran Neng Geulis?"
Aku menyengir kuda, menutup wajahku malu, "Ih maluuuu Dylaannnn!!!"
Dylan terdengar tertawa disana, "Kumaha, damang?"
"Hah? Itu apa sih lupa,"
Dylan berdecak, "Tau ah ngambek, ayo gas ke Hotel,"
Aku membulat mata menoleh cepat ke arah Satpam juga ikut menatapku, aku sontak menggeleng sambil mengikuti Dylan. "Ih, dongo!" Kataku membuat Dylan menoleh ke arahku. "Naon? Ish,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
Romance|| s e q u e l of Married Enemy Ini tentang bagaimana aku melupakanmu, tentang aku yang hidup di hantui masa lalu penuh penyesalan. Tapi ini hidup, aku harus menjalani nya bukan walau tanpamu. Kamu masa laluku, sudah saat nya aku meninggalkanmu...