Pagi ini cuaca benar-benar mendukung sekali untuk menjemur pakaian yang sudah menumpuk beberapa hari ini. Sebenarnya ingin sekali untuk taruh di tempat laundry tapi setelah sadar kalau laundry itu sangatlah boros, jadi aku memilih untuk mencuci sendiri saja akhir-akhir ini. Mendengar banyak sekali suara anak kecil dan suara air aku menatap ke bawah balkon yang ternyata banyak sekali anak-anak serta para orang tua di tempat kolam renang, sepertinya asik sekali untuk berbaur tetapi melihat semua bajuku... tentu saja aku memilih mempercepat acara jemur-menjemur saja.
Oh, iya, mengingat kejadian semalam sepertinya hari ini Gaffriel tidak jadi pergi bersamaku, juga sepertinya kami tidak akan bertemu untuk beberapa hari bahkan berminggu-minggu. Miris sekali ya. Rasanya sesak sekali menyadari hubungan kami rusak hanya karena salah paham. Sebenarnya aku bisa menjelaskan apa yang terjadi tapi itu tampak seperti pembelaan diri dan aku tidak ingin terlihat seperti itu karna dasarnya aku juga salah menyiram Malika dengan air, harusnya aku lebih sabar. Tapi ada satu hal yang janggal di benakku, ya! Kenapa bisa Gaffriel masih ada di tempat itu bahkan berdiri tepat di depan Kafe. Aku menghela kasar... sudahlah, biarlah saja aku sudah tidak punya energi untuk memikirkan itu semua.
Setelah selesai menjemur aku memilih untuk membersihkan diri agar lebih fresh dan santai. Di dalam kamar mandi aku menatap diri di depan kaca, air mataku turun dengan tidak sadar... apa? Kenapa aku menangis? Dadaku sakit sekali rasanya, lemas... aku kenapa? Aku mencoba untuk menghela beberapa saat, menyerka air mataku kasar. "Kuat! Anna kuat! Gak apa, lo masih punya temen-temen lo yang baik. Lo bisa!" Kataku menguatkan diri setidaknya ini sedikit membuatku merasa baik.
Pukul 1 siang setelah aku memakai baju hendak bersantai diri di ruang tengah mataku tertuju pada gitar putih milih Cameron yang kusimpan, aku tersenyum hendak ingin mengambil gitar itu hanya saja ponselku berdering yang segera kuangkat. "Iya?"
"Anna? Anna lo di apart gak? Gue di parkiran nih, boleh gak temenin gue ke tempat anak-anak kumpul? Sori nih dadakan soalnya gue tadi ada urusan di daerah sini, terus keinget lo jadi pengen ngajak gitu. Senggang gak?"
Mataku membulat kaget langsung menatap nomor siapa yang menelponnya dan ternyata, oh ternyata, itu adalah Khalid. Aku baru saja mengingat bahwa kami sempat bertukar nomor saat di mobil. "Hah? I...ini Khalid, ya?" Tanyaku basa-basi karena aku masih shock tidak menyangka lelaki itu akan menelpon bahkan meminta diriku untuk menemani dia.
"Iya, ini Khalid. Jadi gimana? Sori nih sekali lagi gue dadakan kaya tahu bulet,"
Seketika kaki terhentak kaget, mengicir pergi ke kamar mencari baju. "Eh... aduh lo ada aja ih. Udah dari tadi?"
"Iya, setengah jam-an kan daritadi gue nelpon gak lo angkat,"
Langsung saja aku melihat notifikasi dan ternyata benar, siapapun tolong dorong aku ke jurang mana saja, aku dengan sangat ikhlas yakin dengan pilihanku. Mau tidak mau lagi aku harus mengalah dan mengganti bajuku. "Oalah, iya sori tadi di silent. Give me ten minutes."
"Okay."
☄️☄️☄️
Sampai di tempat yang Khalid tuju... tempat yang Gaffriel kemarin pinta untuk menemaninya, yaitu Lapangan Basket Gelora Bung Karno. Di dalam perjalanan tadi Khalid sibuk dengan telfonnya menanyakan jalan karna macetnya Ibukota jadi kami tidak banyak mengobrol bahkan sempat membicarakan soal kegiatanku saja dari pagi selebihnya kami sibuk masing-masing, aku dengan ponselku mengechat Keera tentang kejadian hari ini.
"Yuk, masuk." Kata Khalid setelah mengunci mobil di balas anggukan cepatku. Ah, aku belum siap sekali bertemu Gaffriel karna benar-benar masih hangat sekali kejadiannya. Semoga saja kami tidak di pertemukan hingga malah menjadi canggung dan semoga saja Malika tidak membuat masalah denganku. Saat masuk Khalid di teriaki beberapa orang yang tidak kukenal siapa, jangan ditanya juga soal mataku. Dari sejak masuk mataku sibuk mencari keberadaan Gaffriel tetapi belum menemuinya, aku menghela lega. "Weh, sama siapa tuh, Khal? Asik bener bawa gandengan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
Romansa|| s e q u e l of Married Enemy Ini tentang bagaimana aku melupakanmu, tentang aku yang hidup di hantui masa lalu penuh penyesalan. Tapi ini hidup, aku harus menjalani nya bukan walau tanpamu. Kamu masa laluku, sudah saat nya aku meninggalkanmu...