// one fun day

4.6K 297 46
                                    

Aku terbangun dari tidurku hendak mematikan alaram disampingku. Bunyi ketukan pintu terdengar membuatku terbangun dari tempat tidur untuk membuka. Bunda di depan pintu dengan sebuah piring di tangannya dan tersenyum, "Bangun kamu udah jam segini," tuturnya tegas.

Aku tidak terlalu menanggapi karena fokusku terhadap pisang goreng di piring bawaan Bunda, tangan nakalku yang ingin mengambil di tepuk cepat oleh Bunda. "Annaaaa! Bangun dulu, cuci muka baru boleh makan!" Tegas Bunda membuatku mendengus dalam anggukan. "Iya, Bun Anna cuci muka dulu,"

Bunda menatapku sebentar sebelum berjalan meninggalkanku, namun tak lama Bunda berbalik menatapku intens. "Hape mu berisik tau gak? Kamu kok sekarang liar sih Na,"

Aku melongo, tidak mengerti maksud Bunda di tambah aku yang di bilang Liar oleh Bunda. "Eh, apa sih, Bundaaa? Jangan asal ngomong ih," Kataku masih terkejut.

Bunda berdecak dalam gelengan, "Kamu gak main sama om-om kan, Na?" Tanya Bunda makin membuat mataku ingin lepas dari tempatnya. "Hah, iiih Bunda gak boleh asal! Bercanda nya gak lucu tauu..."

"Bercanda apa? Bunda ini nanya serius sama kamu,"

Aku menatap Bunda lama, tak ada senyum licik yang biasa di lakukan Bunda bila sedang usil padaku. Aku terdiam beberapa saat. "Jawab kamu ih," Ujar Bunda menyadarkanku.

"Enggak, Bun, sumpah Anna gak main sama Om-om mending main sama rumput Anna,"

"Hapemu itu di telpon sama nama cowok mulu, beda-beda pula!"

Otakku yang belum bisa berpikir cepat membuatku kembali terdiam. Cowok menelponku, siapa?

"Siapa, Bun? Inget namanya?" Tanyaku polos.

"Gafrul ya? Gaf-gaf apa lah gak inget, terus... siapa lagi ya, Ar...Ardito? Ar, Ar lah pokoknya Bunda gak peduli, pokoknya sampe Om-om Bunda kunci kamu di toples Jin," Ujar Bunda lalu berlalu tanpa mendengar penjelasanku terlebih dahulu.

Aku segera meraih ponsel melihat dengan jelas siapa nama asal yang Bunda buat. Aku mendapatkan nama Gaffriel dan Arden disana, sementara mataku mendapatkan sebuah pesan dari Arden sementara Gaffriel tidak memberi pesan. Aku memilih membuka pesan Arden yang membuatku tersadar bahwa hari ini aku mempunyai janji untuk menemani Arden skripsi. Aku segera membersihkan diri dan bersiap karena Arden sudah mengabarkan bahwa ia sudah di jalan.

Sekitar setengah jam aku sudah siap dan menuruni tangga untuk menunggu Arden, tapi tampak nya dia sudah datang karena sela menuruni tangga aku mendengar suara Bunda mengobrol dengan seseorang yang sudah kukenal suara beratnya. Aku memberi senyum pada Arden dan menyalam punggung tangan Bunda, "Bunda Anna pergi, ya," Pamitku tanpa ba-bi-bu.

Respon Bunda berbeda, Bunda mencubit lenganku membutku meringis kecil, "Hih! Orang tuh kenalin dulu ini siapa, main pamit aja kamu tuh, Na!"

"Iih Bundaaa... kan udah kenalan pasti,"

"Nggak tuh, kenalin dulu cepet!"

Aku mendengus lalu melirik ke arah Arden yang terkekeh disana, aku menatap Bunda kembali untuk memperkenalkan Arden. "Ini Arden, temen nya Keera aku di kenalin,"

Bunda tersenyum penuh arti, aku menanggapi nya malas dan kembali menyalam punggung tangan Bunda. "Udah ah, aku pergi ya, Bun? Minggu depan aku ke Mama Alma,"

Bunda mengangguk masih tersenyum, "Hati-hati ya Arden, Anna,"

Aku dan Arden pun berjalan keluar rumah saat Arden sudah selesai menyalam punggung tangan Bunda. Aku menoleh ke belakang mendapati Bunda masih tersenyum tapi kali ini alis nya naik turun membuatku ikut tersenyum. Aku menatap depan mendapati Arden membuka pintu mobilnya, aku meliriknya heran dan ikut masuk. "Bawa mobil?" Tanyaku heran karena kupikir Arden selalu naik motor berhubung dia sering balap motor. "Iya, Jakarta panas kasihan elo gue bawa pake motor, hahah," ujarnya diakhiri tawa.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang