// our future

709 83 8
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Arden datang dan besok adalah hari yang sangat bersejarah bagi Arden sementara aku lebih ke gugup dengan hasil sidang skripsi Arden. Malam ini Arden berkunjung ke apartemenku untuk mengisi perut bersama dan berbincang-bincang sesekali aku melawak agar Arden tidak begitu tegang untuk esok hari. Aku sangat bangga dengan Arden yang begitu postif dan ambisius dan sepertinya ia sudah sangat bulat dengan keputusan hidupnya walau jujur agak berat untukku, tapi tidak apa. "Sumpah Na kalau aku lulus, aku mau cepat-cepat kerja cari uang yang banyak pokoknya,"

"Aminnn..." Sahutku ikut bersemangat.

"Dan kamu alasan aku buat gencar cari uang biar kita punya keluarga yang harmonis. Aku sayang banget sama kamu Na," ujarnya begitu yakin dan dalam. Aku sangat dibuat terbang tinggi oleh Arden mendengar alasan dia yang sangat ambisius untuk hubungan kami berdua. Rasanya begitu yakin dan serius.

Cam... kamu bisa lihat kan senyumku saat ini dari atas sana? Kuharap dia adalah yang kamu maksud... orang yang membuatku bahagaia. "Yaudah kamu pulang istriahat persiapan diri atuh," usulku.

Arden menautkan alis dengan cengirannya, "Ih, apa? Atuh? Jadi kaya Dylan gitu kamu ya,"

Dylan... ah apakabar ya si ganteng itu?

"Dylan apa kabar?"

"Baik, kenapa? Ngefans kamu, ya?"

"Enggak... orang nanya aja,"

Arden mendelik, "Awas, ya naksir."

Aku menyengir kuda, Arden belum tau aja obrolanku dengan Keera hihi. Ya, aku fans berat adikmu Den.

☄️☄️☄️

"Halooo, ih sinyal nya jelekkk," kataku di sela berjalan ke arah kantin kampus untuk bertemu Keera.

"Ih yaudah pokoknya aku deg-degan ini sidang,"

Aku terkekeh mendengar suara Arden yang terdengar lucu untukku, "Ya, yaudah ih jangan dibuat pusing kan udah di pelajarin, gimana sih kan kamu nggak ngejoki jadi gak usah takut,"

Arden terdengar berdecak seraya menghela sesekali, "Yaudah, yaudah, doain ya awas aja enggak."

"Iyaaa Ardeen, Anna doain pasti,"

"Kamu dimana kok ada suara cowo?"

"Lagi jalan mau ke kantin,"

"Sama?"

"Keera, Den."

"Yaudah, makan dulu deh kamu. Baik-baik ya, sayang,"

"Okay, kamu juga udah di bawa santai aja ya, dadah." Aku mengakhiri telefon dan kembali fokus berjalan bertemu dengan Keera dan lihatlah di sana aku bisa melihat jelas Keera sedang membuka mulutnya untuk memakan bakso yang sudah berwarna merah dari hasil sambel dan cabai yang gadis itu taruh di mangkuknya.

"HEH! MAKAN PEDES MULU BELOM AJA USUS LU JENDOL-JENDOL BENGKAK!" Omelku membuat Keera terdongak kaget lalu menginjak sepatuku penuh tenaga hingga aku meringis sakit. "Ih sinting nih peremuan. Sakit anjir,"

"ELU! KAGET GUE UNTUNG BAKSONYA GAK KETELEN BULET," Teriaknya kesal.

Aku terkekeh, meraih gelas berisi es teh manis pesanan Keera tanpa bersalah. "Minumnya gak ada dosa ya," Celutuk Keera.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang