// sebuah cerita

3.8K 247 14
                                    

Keadaan kelas siang itu sangat mendukung untuk tidur imut di kala dosen tengah menerangi materi hari ini. Aku sangat mengantuk, kelas juga sangat membosankan karena kelas kali ini aku tidak sekelas dengan orang yang kukenal. Aku mencubit pipiku selayaknya orang aneh agar aku tetap terbangun. "Ah gak baik ini, gak baik!" Gumamku.

Getaran ponselku membuatku menoleh ke bawah mendapati pesan dari Keera yang tidak tau diri nya mengajak ke kantin saat ini juga.

Keera
Hoi, hoi cabut lah yuk

Anna Derulia
Heh, jangan jadi setan lo ya

Keera
Nahan banget ayuuukkk ah lama

Anna Derulia
I swear to god, i hate you so fucking much!

Keera
Siapa sih dosen lo? Ayo gue tau lo ngantuk gue udah di kantin sama Raffa temen lo nih

Anna Derulia
Hah, ngapain dia?

Keera
Mau ngajak makan dia gabut di kampus, ayo ah lamaa

Anna Derulia
Sabar anjir, gue masih 15 menit lagi kelas nya

Keera
Lamaaaaaaaaaaa

Aku mendongak menatap dosenku yang sudah duduk menatap ponselnya sementara beberapa siswa lainnya mencatat materi. Aku pun memotret catatan di papan tulis agar kutulis di rumah, lalu aku melirik ke sosok lelaki di sebelahku yang sibuk bermain ponsel. "Wira, Wir" Panggilku.

Wira menoleh menaikan satu alisnya. "Dosen nya rese nggak?" Tanyaku mengingat Wira senang cabut kelas manapun.

"Nggak asal lo rajin mah dia santuy," Jawabnya.

"Gue mau cabut gimana, ya?" Tanyaku polos karena memang tidak pernah bolos kelas.

"Lah, cabut mah sebelum ada kelas orang mah,"

"Yah, jadi gue nggak bisa cabut nih?"

"Izin toilet aja, sepuluh menit lagi kan kelar,"

"Ntar kalo nggak balik di cariin gimana?"

"Lo kira guru SMA, tenang aja elah,"

"Lo nggak mau cabut?"

"Lagi rajin dulu, Na,"

"Ini gue izin doang? Tas gue gimana?"

"Lo cabut kemana, sih?"

"Kantin heheh,"

"Yaudah tunggu sana, ntar kelar kelas gue kasih tas lo,"

"Ih, kok baik Wir? Beneran?!"

"Ibadah baik tuh, sana kalo mau cabut,"

"Makasih Wira!"

🌈🌈🌈

Jalanan sore menjelang malam sangatlah ramai ditemani lagu dari radio mobil Gaffriel. Pasti heran mengapa aku dengan Gaffriel tiba-tiba, akupun heran dan kesal dengan Raffa yang mengajak Gaffriel dan bodohnya lelaki di sampingku ini mau saja jauh-jauh dari Depok untuk ikut nongkrong di salah satu kafe tengah Jakarta. Keadaan hening menyelimuti aku dan Gaffriel hanya ditemani alunan lagu dari radio, aku tidak buka suara sejak tadi.

Aku mengambil ponselku, hendak ingin memberi pesan untuk Keera yang berada di mobilnya bersama Raffa sementara motor Raffa berada di kampusku. "Ini pom bensin masih jauh?"

Aku menoleh saat Gaffriel akhirnya membuka suara. Aku menatap sekeliling jalanan menghafal jalanan, "Iya deh kayaknya, kenapa?"

"Bensin lupa di isi, macet juga," Jawabnya.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang