Kami berjalan ke arah parkiran dengan keheningan fokus akan jalan kami setelah sampai di motor Gaffriel mengambil helmnya lalu menatapku. Aku terdiam heran tidak berniat untuk bertanya apa maksud tatapan itu. "Gue lupa bawa helm dua," katanya begitu.
Aku menggidik bahu, "Yaudah gue gak pake juga gak apa,"
"Benar, soalnya kalo gue yang kenapa-napa lo gak bisa anter gue ke rumah sakit,"
Kurang ajar. Setelah ia memakai helm kamipun pergi meninggalkan area kampus dan mulai berjalan ke arah mall yang akan di tuju. Di perjalanan juga di selimuti keheningan hanya suara jalanan siang itu yang menemani kami. Aku fokus pada jalanan dan juga menatap bahu lebar Gaffriel seketika mempunyai pikiran gila, yaitu tidur di bahunya. Tapi memang enak bukan terlelap di bahu lebar Gaffriel pasti sangat empuk sekali cuma bila aku tertidur saat ini yang ada akan menjadi bencana.
Saat lampu merah aku menyadari Gaffriel menoleh sedikit ke arahku membuatku canggung dan tetap mengabaikan Gaffriel. "Kayaknya bentar lagi hujan," ujarnya di sela menunggu lampu hijau.
"Iya, terus gimana?"
"Gapapa selama belum turun hujan nya,"
Aku membalas anggukan setuju dan kembali hening menatap jalanan. Lampu merah berubah hijau dan benar saja tak lama kilat muncul sangat besar membuatku terkejut di susul hujan yang langsung saja deras tiba-tiba saja aku menyadari sebuah tangan menangkup jariku lalu menaruh tanganku di bahunya. "Pegangan bahu gue." Aku terdiam mengikuti insturksi Gaffriel sementara ia membawa motornya dengan kencang. Perjalanan ke Mall masih jauh dan kami kehujanan sepertinya ia sedang mencari tempat untuk berteduh.
"Neduh dulu."
Motor Gaffriel berbelok ke sebuah kios kosong dan memberhentikan motornya kasar seketika ia langsung turun dan menarikku ke dalam dekapannya seraya menutupi kepalaku dengan jaketnya. "Ih, Friel kunci mot—"
"Gapapa, ntar aja itu," katanya.
Setelah mengantarku ke depan kios ia meninggalkan jaket dan berlari kencang ke motor untuk mengambil kunci membuat ia basah kuyup karena hujan saat ini benar-benar deras bahkan kilat masih menghiasi langit. "Nih tissue," aku menyodorkan tissue saat Gaffriel kembali, langsung ia raih untuk mengelap air di lengan dan wajahnya. Tanganku terulur mengelap rambut hitam Gaffriel dengan beberapa tissue lalu saat tatapannya menatapku langsung saja aku buang tissue asal membuatku terkejut, "Eh tissunya!" Kataku panik karena membuang asal.
Gaffriel terkekeh, "Dodol."
"Diam."
Aku memilih untuk duduk di bangku panjang yang berada di depan kios kosong dan kembali terdiam. Gaffriel ikut duduk di sampingku masih dengan mengelap kali ini di lehernya. "Sori gak bawa mobil lo jadi kehujanan,"
"Gapapa emang kenapa juga,"
"Kenapa lah, make up lo kan jadi luntur tuh,"
Aku mendelik, "Make up doang, gak penting,"
"Oh, iya, kan udah cantik ya kalo gak make up juga,"
Seketika aku merasa pipiku memanas mendengar sosok kulkas berjalan mengucapkan kata seperti itu, benar-benar jarang sekali. "Ngehina apa gimana, ya," sahutku mencoba untuk netral.
"Hina lah, ya kali beneran,"
Tuh kan ternyata memang mimpi sekali kalau ucapan Gaffriel yang manis itu serius ia ucapkan. Benar-benar menjengkelkan. "Kenapa jadi gue yang banyak ngomong, lo lagi bengkak sebelah gusinya Na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
Romance|| s e q u e l of Married Enemy Ini tentang bagaimana aku melupakanmu, tentang aku yang hidup di hantui masa lalu penuh penyesalan. Tapi ini hidup, aku harus menjalani nya bukan walau tanpamu. Kamu masa laluku, sudah saat nya aku meninggalkanmu...