// the boy who i hate

9.1K 447 27
                                    

Aku mendorong pintu kafe dan disambut dengan bunyi lonceng dan bau kopi yang semerbak memenuhi ruangan. Aku melambaikan tangan pada beberapa orang di meja itu, dan menyapa mereka dengan senyumanku. "Asik, asik, rambut baru nih," kata Darrel menyapaku dengan gaya rambut baruku. Aku memotongnya, sudah terlalu panjang juga dan biar terlihat fresh. "Iya, udah kepanjangan juga kemarin,"

Disana juga ada Jezzy duduk di sebelah Darrel dengan senyuman. "Elo makin tambah cantik, nggak ada niatan pacaran?" Tanya Jezzy padaku setelah memesan minuman di buku menu. Aku menyelipkan anak rambut ke daun telingaku dengan senyum ragu, "Belum kepikiran, sih,"

Kak Ben merangkulku disana, oh ya Kak Ben baru mempunyai satu buah hati dan Kak Naura sibuk mengurus karena itu  jarang ikut berkumpul. "Elo belum tau jomblo gini banyak yang jaga dia," celutuk Kak Ben bercanda.

"Apaan dah di kata jendral kali," sahutku asal.

"Eh, gue tau ya lo banyak yang suka tapi lo tolak mentah-mentah,"

"Iya?! Anjir, cantik bener lu ya, Na," celutuk Darrel disana membuat Jezzy menyengir.

"Lo enggak tau nolaknya gimana kan, Rel?" Pancing Kak Ben.

Sepertinya aku salah cerita dengan orang.

"Gimana, gimana?"

"Dia bilang dia janda! Gila gak lo, Rel gue kan jadi ngakak dengarnya,"

Darrel terkekeh disana sementara aku mendengus, lagi juga memang aku janda kan? Mereka perlu tau karena aku butuh seseorang yang mengerti keadaanku, dan menerimaku apa adanya walau aku tau banyak lelaki harus berpikir sekian kali untuk menjadikanku masa depan mereka. "Wah, salut gue sama Anna,"

"Bagus dong, kan mereka jadi tau status Anna apa. Ya kalo si cowo nerima keadaan Anna tandanya mereka tulus sama Anna, good choice Anna!" Komentar Jezzy meluruskan cara bagaimana Anna menolak para lelaki yang mendekatinya.

"Makasih, Jez, jadi dewasa banget dah lo. Lagian udah apa jadi bahas janda, nggak usah di pertegas lagi," kataku dalam kekehan.

"Iya deh, Anna janda,"

"Kak Ben!!!"

"Anjing!"

Semua pasang mata ke arah sosok laki-laki yang mulai memanjang rambutnya. Dia duduk asal di sebelah Kak Ben dan meminum minuman Darrel hingga habis. "Lah iya, sama-sama kain pel," Sinis Darrel.

Sudah di mengerti mengapa Raffel seperti itu, dan ya besok adalah hari pernikahan mantan kekasih Raffel. "Anjinglah besok woy, besok dia nikah bangsat. Tai, masa gue jaga jodoh orang dua tahun, bangsat lah dikata gue jasa penitipan jodoh orang." Cerocosnya.

"Hiya, hiya, masih aja dia galau. Udah apa kasihan itu kuburan Cameron jadi lapak curhat lo, Pel," celutuk Darrel mengingat Raffel jadi lebih sering ke makam Cameron daripada aku. Tentu sekarang aku hanya berkunjung tiap dua bulan sekali, aku sudah perlahan mencoba melupakan kamu Cam.

"Lu kalo ada Cameron di keplak pala lo ampe segitiga, Pel," timpal Kak Ben.

"Ett ada Gaffriel!" Unjuk Darrel ke pintu masuk kafe. Aku pun menoleh ke belakang menatap lelaki itu berjalan ke arah meja dengan wajah dingin nya. Aku menatap tidak selera dan menoleh kembali ke depan menghisap sedotan berisi minuman pesananku. Aku dan Gaffriel masih belum rukun, entahlah sebenarnya aku sudah memaafkan lekaki itu dari kejadian menyerempetku. Gaffriel ternyata masih berkuliah, kupikir dia sudah berkerja bila mengingat saat itu dia memakai tuxedo memarahiku.

Gaffriel juga jarang ikut kumpul, malah bisa di hitung dengan jari. Aku terdiam disana tidak banyak bicara. "Elo bareng Raffel atau pisah, Friel?" Tanya Kak Ben memulai percakapan.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang