// a cold boyfriend

476 71 114
                                    

Hari ini adalah hari pertama aku berpacaran dengan Gaffriel rasanya sungguh senang sekali walau juga sedikit sedih kami berpacaran karna aku yang memaksa Gaffriel, tapi tak apa karna aku akan mengubah Gaffriel agar ia bisa merasakan seperti apa yang kurasakan kepadanya.

Aku terbangun lalu dengan cepat mencari ponselku untuk melihat notifikasi dari Gaffriel yang ternyata tidak ada satupun pesan darinya. Tapi tak apa, aku akan memberi pesan Gaffriel duluan.

Anna Derulia: Pagi Friel!

Anna Derulia: Hari ini gue ada kelas pagi, ini gue baru bangun. Lo hari ini mau ngapain aja?

Setelah memberi pesan aku langsung bergegas mandi untuk berangkat ke kampus.

Pukul 11.20 aku telah usai kelas dan langsung mencari Keera untuk memberi tau soal kemarin malam, lalu benar ternyata Keera tengah di toilet seperti biasa touch up seusai kelas. "RAAAAA!!! GUE PACARAN DONG SAMA GAFFRIEL!" Teriakku langsung memeluk Keera senang sementara si gadis masih terdiam kaget. "tapi gue maksa buat pacaran, Ra, gue bego, ya? Tapi gapapa gue yakin Gaffriel bisa suka juga sama gue," lanjutku.

Keera melepaskan pelukanku kasar dan menatapku seksama, "APA?! LO MAKSA GIMANA? IH DONGO KOK LO PAKSA, SIH?!"

Lalu aku menceritakan bagaimana kejadiannya kepada Keera, gadis itu hanya geleng kepala tidak percaya dengan ceritaku yang sungguh konyol. Ia tampak mengusap wajahnya, "Harusnya lo tuh dengar dulu dia mau ngomong apa, Na! Gue yakin abis nyanyi itu, dia mau ngomong serius,"

"Nggak, dia cuma mau minta maaf aja kok,"

Keera berdecak ia tampak kesal denganku. "Ish, padahal ekpektasi gue si Gaff bakal ngungkapin perasaan dia juga, cuma emang sih omongan lo itu kayak nolak buat Gaff buka suara, jadi dia diem aja deh nurut."

Aku hanya tersenyum kecut lagi pula sudah berlalu jadi aku tidak bisa merubah apapun, sebenarnya sedih sih... tapi tak apa. Keera menepuk pundakku perihatin, ia memberikanku senyuman. "Gapapa, semangat Na! Kejar cinta lo, ya. Gue juga berharap Gaffriel rumah sesungguhnya buat lo sampai kalian menua,"

Mendengar ucapan Keera semangatku jadi bangkit kembali, ya, kuharap juga begitu. Setelah itu aku segera melihat ponselku ternyata Gaffriel membalas pesan pagi tadi, ntahlah tiba-tiba notifikasi Gaffriel menjadi hal yang membuatku semangat, padahal dulu rasanya aku biasa saja, malah terkadang kesal dengan tingkahnya.

Gaffr: Pgi, mo ktm Lika

Satu notifikasi... ya, satu notifikasi yang kutunggu itu malah membuat semangatku kembali menurun. Astaga... aku mengharapkan apa sih? Seharusnya aku tau resikonya memang begini, lantas ini kan pilihanku. Aku mendongak menatap Keera yang melirikku dari pantulan kaca seraya sibuk memakai blush on. "Kenape?"

"Gaffriel mau ketemu Lika..." Aku menangis layaknya bocah yang terjatuh saat bermain sepeda. Tangis yang kupendam sejak malam tadi akhirnya pecah juga, untung ada Keera yang bisa menenangiku.

Gadis itu memelukku cepat sesekali ia tepuk-tepuk punggungku. "Aaaah, Annaaa... gapapa, semangat Na, kan emang gini resikonya. Lo nembak Gaffriel gak ada angin gak ada hujan, pasti dia juga kaget mana gak bisa nolak. Dia juga pasti bingung hubungan dia sama Malika gimana, apa lagi kita gak tau perasaan Gaff ke Malika apa, kalo ternyata Gaff suka? Pasti susah dong ngelepas Malika? Kalopun ternyata enggak, Gaff tetap bingung buat udahin Malika nya gimana,"

Benar, Keera benar sekali... aku juga bodoh, sih. Terus aku harus bagaimana? Aku juga sudah bilang kalau aku akan berusaha baik-baik saja kalau Gaffriel tetap berhubungan sama Malika, kalau aku marah aku seperti orang berkepribadian ganda dimata Gaffriel. Aaah, harusnya aku lebih mikir realistis. "Raa, gue pasti bisa kan? Sakit banget Ra, gue baru kali ini cemburu berlebihan padahal sama Arden gue bisa nahan..."

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang