// bertukar cerita

687 86 32
                                    

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi... cobalah beberapa saat lagi."

Sudah ke 5 kalinya aku menelpon Arden dan tidak bisa dihubungi padahal sepuluh menit yang lalu aku baru saja di kabari bahwa dia akan menjemputku siang ini di kampus sementara aku sudah setengah jam menunggu Arden di kantin kampus. Hari ini Keera ada kelas tambahan dan aku tidak mungkin menunggu Keera hingga selesai kelas, aku berdecak kesal masalahnya di kirim pesanpun tidak di baca sama sekali entah sengaja atau ada kesibukan lain. "Ih, ini gimana sih Arden masa gue nunggu sampe Keera selesai kelas udah laper tau!" Kataku menggerutu menatap kesana kemari siapa tau Arden datang ke arahku.

Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu Arden di tempat biasa ia menjemputku dan berharap saat ke sana aku bertemu mobil Arden yang baru saja sampai. Hari ini langit sangat cerah bahkan terik sekali hingga di kantin aku sibuk mengipaskan diriku dan mengusap wajahku karna keringat yang turun dari pelipisku dahiku. Saat sampai ternyata tidak sesuai dengan harapanku, ini sungguh menyebalkan sungguh. "Sumpah kalo ini anak ngeprank gue gebukin sampe biru liat aja, ish." gerutuku lagi.

"Anna? Eh.."

Aku memutar badanku ke asal suara dan menemukan Hanna yang tengah berdiri menatapku kaget. "Haiii Hanna! Astagaa... ih kangenn banget!!!" Jeritku tanpa basa-basi memeluk tubuh Hanna. "Hai Na! Long long time no see you! Padahal satu kampus tapi jarang ketemu," katanya membuatku ikut heran mengapa kami jarang bertemu dan saling sapa di kampus.

"Iya, ya?! Ah yaudalah yang penting ketemu, lo baru selesai kelas? Lo lagi sibuk skripsi, ya? apa gimana?" Tanyaku sementara Hanna terlihat sibuk menatap kesana-kemari yang sepertinya menunggu seseorang sepertiku. Tak lama pandangan Hanna kembali kepadaku dengan senyum simpulnya, "Na, cari kafe aja yuk panas banget biar ngobrolnya enak," ajaknya langsung ku-iyakan tanpa pikir panjang karena aku juga sudah kesal menunggu Arden yang tidak jelas.

Cuaca di luar benar-benar sangat terik tapi walau begitu aku cukup senang karena cucianku di balkon apartemen kering karena beberapa hari kemarin hujan terus turun. Di dalam kafe aku dan Hanna sudah memesan minuman dan mengobrol sedikit tentang kehidupanku setelah kepergian Cameron. Hubunganku dengan Hanna memanglah tidak terlalu dekat semenjak kepergian Cameron karena Hanna yang sibuk kampus. "Tapi yaa... gue dulu kena DO dari kampus dan hampir di usir dari rumah tau Na," katanya memulai cerita.

"Hah?! Oh iya! Kok bisa di DO sih dari kampus? Padahal kalo lo gak di DO lo masih sekampus sama Shenna kan?" Tanyaku mengingat kami bertiga dulu sekampus dan mengabiskan waktu bersama.

"Ih, semenjak Shenna hamil jalan delapan bulan itu dia keluar dari kampus Na, disuruh Aldo sama orangtuanya gue juga gak punya banyak temen dulu karna gue tomboy kan. Yaa... gue jadi males ngampus dan ikut balapan sama cowo gue lagi," jelasnya membuatku terkejut. "Hah?! Terus lo masih sama cowo lo kan?!" Tanyaku antusias karena jujur aku memang sangat kurang setuju dengan hubungan Hanna.

PIP!!!

PIP!!!

"Masih lah, gue sayang banget sama dia tau. Tapi sekarang gue udah gak di bo—"

PIP!!!

PIPP!!!

Hanna menatap layar ponselnya lalu membalikan layar ponselnya, "Iyaa... gak di bolehin balapan segala macem, ya pokoknya dia posesif banget sekarang sama sekolah dan karrir gue. Dia juga udah berhenti balapan karena di tegasin sama nyokap gue,"

"Oh, ya?! Tegasin gimana?"

"Tegasin gitu di marahin ka—"

Bunyi telpon Hanna berdering yang dengan cepat ia matikan lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Marahin gitu kalo masih mau sama gue dia harus cari kerja segala macem, ya bener juga sih kalo dia main-main terus hubungan gue sama dia stuck—"

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang