Back to present

539 15 4
                                    

Oke, kembali lagi ke diriku Adhyathama

~•~

Di rumah sakit aku masih menantikan Om Rexy yang masih dalam perjalanan kemari. Aku dan Om Rifqi tengah berada di kamar inap. Nicky dan Fathir masih terbaring di brangkarnya masing-masing. Mereka belum sadarkan diri, terutama Nicky yang masih kritis akibat panas tinggi.

" Kenapa Nicky belum sadar...."

" Gak tau say... dokter bilang Nicky kena Tifus.... "

" Loh... Kata dokter cuma kecapean.... "

" Iya... Tapi waktu kamu sama Om Rifqi anter Farhan pulang, dokter ngasih diagnosa dia kena Tifus.... "

" Kayak aku dulu...? "

" Iya.... " Ucap Anjani singkat. Betapa kasiahannya Nicky, dia harus mengalami fase kritis ini. Aku tau bagaimana rasanya sakit tifus, selama satu Minggu aku harus terbaring di rumah sakit dan belum lagi rasa sakit sekujur tubuh yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

" Yang... Ayo kita tunggu di luar... Kasian Om Rifqi sama Qintar udah tidur.... " Ucap Anjani sambil menarik pergi ke luar, sementara itu Om Rifqi dan Qintar tengah terlelap tidur, Om Rifqi tidur sembari duduk sementara itu Qintar tidur dengan kepala menyandar ke pundak papanya itu.

Aku dan Anjani pun turun untuk mencari makanan, waktu itu suasana luar rumah sakit sangat sepi, belum lagi peraturan jam malam membuat seimua tempat umum harus tutupz, kebetulan juga waktu kami mencari makan, tepat menunjukkan pukul 1 pagi. Beruntung,  masih ada satu pedagang Pecel lele yang masih buka dengan cara kucing-kucingan dengan petugas.

Tanpa basa-basi, kami langsung memesan makanan, perutku ini sangat lapar dan tidak menerima penangguhan lagi untuk urusan makan. Setelah pecel lele plus nasi uduk tiba di meja kami, aku langsung menyantapnya tanpa ragu.

" Kamu lapar Ya... sayang.... " Ucap Anjani yang terheran-heran melihat tingakahku yang seperti kesurupan saat makan.

" Yes... Am so hungry sweet pea.... "

" Be careful honey.... Nanti kamu keselek.... " Ucap Anjani sembari mengusap pipiku yang terdapat sebutir nasi yang tertinggal.

Saat kami tengah menyantap makan, tiba-tiba sang pemilik kedai menghampiri kami, dia dengan ramah menyodorkan kami segelas teh hangat sebagai minuman gratis pengusir rasa seret di tenggorokan.

" Makasih ya Bu... "

" Iya sama-sama mister.... "

" Ah... Jangan panggil saya mister na Ah.... saya orang Bali.... Indonesia juga.... " Ucapku dengan sedikit berlogat Bali.

" Ouh... Dari Bali Toh... Kalau saya dari Lamongan mas... Tapi kok kayak bule yah... "

" Ah... Rambut saya diwarnain Bu... " Aku berusaha untuk tidak mengakui diriku, karena aku khawatir akan di beri harga mahal ketika aku mengakui kalau aku Portugis.

Hal ini pernah aku alami saat berlibur ke Borobudur Jogja, aku diberi harga tiket orang asing yang luar biasa mahal, dari kejadian itu aku selalu menutupi jati diriku yang sebenarnya.

Karena tidak banyak pelanggan, pemilik kedai itu masih saja duduk di dekat kami, dia juga terus memberondongi kami dengan pertanyaan keponya.

" Oh iya mbak,  istrinya ya.... "

" Iya Bu... saya istrinya.... " Ucap Anjani dengan senyuman manisnya.

" Wah... Serasi ya.... Kerjanya Apa mbak.... "

" Saya lagi ngurus izin praktek dokter Bu... Kebetulan lagi cuti dari pengabdian dokter, maklum, lagi isi.... " Ucap Anjani.

" Oh pantesan, kalian disini, biasanya yang makan disini itu orang dari rumah sakit.... "

" Oh saya gak kerja di situ Bu, kebetulan keponakan saya lagi sakit tifus... "

" Oh gitu... Haduh kasian banget.... Wes, besok kamu kesini lagi.... Nanti saya buatkan Jamu, siapa tau dia lebih baik lagi.... soalnya anak saya pernah tifus, terus dikasih itu langsung sembuh..." Ucap Ibu itu dengan sangat ramah.

Bagai ada malaikat yang turun dari sorga ke bumi, kami pun sangat berterima kasih kepada Ibu penjualan pecel lele itu. Dia sangat ramah dan juga baik, selain itu makanannya juga enak. Sebagai tanda terima kasih, aku sengaja memberikan uang lebih kepada ibu itu, dia juga memberikan kami dua botol air mineral, dan satu bungkus rokok, karena beliau melihat aku merokok seusai makan.

Karena waktu sudah hampir pagi, dan tak baik juga seorang ibu hamil keluar malam, kami pun kembali ke rumah sakit untuk beristirahat. Bersyukurnya kami, Anjani yang bergaya hidup sehat, tak pernah mengeluhkan apapun dengan keadaan kandungannya, dan hasil USG pun Baby Audrey tetap sehat dan menunjukkan perkembangan yang sangat baik walaupun harus turut berjibaku membantuku mengurus Nicky.

Kami memutuskan untuk tidur di dalam mobil, kebetulan mobil yang kubawa dari Bandung itu adalah SUV Pajero sport, bukan sedan, alhasil kami bisa tidur dengan baik tanpa takut sempit. Setidaknya agar Anjani bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus susah.

Sembari menunggu terlelap, aku pun bermain harmonika sebagai sarana pengusir kejenuhan, hingga tak terasa mata ini sudah terpejam, dan kami pun terbang ke alam mimpi.

.
.
.
.
.
Bersambung

Mohon maaf ya Friends, aku telat up cerita... Ya mau gimana lagi, soalnya tadi pagi kami tengah merayakan hari  tumpek Landep, yaitu hari kami berdoa dan pembersih alat senjata dan kendaraan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan sang hyang Siwa prameswara. Alhasil aku belum sempat nulis dan baru bisa melanjutkan sekarang ini.

Besok astungkara bisa up cerita tanpa hambatan lagi. untuk itu, vote dan komen di bawah ya... Supaya kami semangat menulis cerita yang lebih menarik lagi... Oke, see you tomorrow friends...


Nicky 2 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang