Baby Nicky

1K 23 4
                                    

~POV Nicky~

Setelah beberapa lama aku tinggal bersama bli Tama, dan pencarian Crish tak membuahkan hasil. Akhirnya aku sekeluarga pun pulang ke rumahku di Jakarta. Sedih sih, pasalnya aku akan mengalami hal yang membosankan sepanjang hidup di Jakarta.

Belum separuh jalan, mobil kami berhenti di supermarket besar di Bandung, aku di ajak mama ke Boot perlengkapan bayi, aku sudah bisa menebak untuk siapa barang bodoh itu.

" Kamu pilih ya, mau botol susu yang mana, Peng yang mana.... Bebas... terserah kamu.... " Ujar mama.

Aku pun memilih Botol susu bayi dengan gambar Spongebob Squarepants dan beberapa empeng berwarna kuning. Aku juga di belikan popok bermerek Junior Night pants XXXL Dan Swety junior pants dengan ukuran serupa. Banyak sekali popok yang dibeli oleh mama, mungkin untuk keperluan stok. Beberapa pasang mata melirik ke arahku, sedikit terdengar kalau mereka membicarakan aku masih ngompol dan bersikap seperti bayi.

" Ih, udah gede pake Pampers, pasti masih ngompol.... " Ucap seorang anak yang sepertinya seumuran denganku. Dengan menahan malu aku mencoba untuk melirik ke arah lain dan sedikit mempercepat jalanku di samping Mama.

" Mama... Banyak banget sih beli Pampersnya.... " Ucapku.

" Gak papa Baby.... Biar kita gak perlu keluar rumah lagi.... " Ucap mami.

Selain popok dan peralatan bayi, aku juga dibelikan susu formula dan makanan khusus bayi plus perlengkapan mandi bayi dan minyak telon. Semua itu tentu saja untukku seorang.

Setelah puas berbelanja, dan mobil kami dipenuhi oleh popok di row baris ketiga, kami pun melanjutkan perjalanan. Sebenarnya ini mobil milik Om Purnayasa, ayahnya Bli Tama. Mobil SUV bermerek Chevrolet trailblazer.

Sebelum berangkat kembali, Mama meminta diriku untuk berbaring di kursi baris kedua, tanpa aba-aba, Mama langsung melepaskan celana jeansku dan melepas popok basah yang aku kenakan. Mama mengganti popokku dengan yang baru. sialnya, mama juga turut melepas kaosku yang membuat tubuhku ini hanya terbungkus oleh popok. Mama membalurkan aku dengan minyak telon yang membuat aroma tubuhku seperti bayi.

" Mama... Udah mah, tutup pintunya, aku malu diliatin orang.... " Kataku, pasalnya Mama melakukan itu di parkiran dengan keadaan pintu terbuka yang membuat semua orang dapat melihat diriku berpakaian seperti bayi.Mama tak menjawab dia seperti membuka kemasan sesuatu. Dan saat hendak berbicara lagi, mulutku disumpal empeng yang membuat aku terbungkam.

" Kalau bayi gak boleh ngomong dong... Mama suka kamu kayak gini sayang... Kalau kamu nolak, mama gak akan segan kirim kamu ke asrama... Kalau kamu sayang mama dan gak mau mama sedih, ikutin mau mama.... " Ucap Mama dengan nada sedikit mengamcam.

Sepanjang jalan aku berbaring di jok tengah mobil, kepalaku disangga oleh paha mama. Sementara itu Papa tengah fokus menyetir mobil Amerika ber Plat DK itu. Ada untungnya juga aku bersikap seperti bayi, Mama menjadi lebih perhatian kepadaku, namun aku harus tebal muka menjadi bayi di usiaku yang sudah remaja.

Setibanya di perbatasan Jakarta Jawa barat, mobil kami di Stop oleh petugas polisi dan dishub. Aku terbangun dan melihat keadaan sekitar. Rasa Maluku semakin menjadi saat mereka meminta kami menepi dan turun untuk pemeriksaan.

" Selamat sore Pak, dari Bali Ya.... " Ujar petugas polisi itu.

" E...enggak pak, saya dari Bandung.... "

" Wah bapak bohong.... Ini loh platnya, DK 1007 PYS ... Bandung mah platnya D bukan DK.... " Ujar polisi itu.

" Iya pak... Ini mobil saudara saya... Purnayasa... Dia Perwira menengah TNI loh pak... " Ucap Papa.

" Saya gak peduli... Mau kamu anak presiden juga kami tetap stop... Udah kalian semua keluar.... " Ucap polisi itu.

" Pak saya warga Jakarta, ini KTP saya... Lagi pula anak saya lagi sakit tuh... Masa disuruh keluar.... " Ucap Mama yang mencoba menolong Papa.

Polisi itu pun melihat diriku yang hanya mengenakan popok, karena iba, polisi itu pun mengijinkan kami masuk Jakarta.

Setibanya di rumah, aku digendong Papa ke kamar, aku sama sekali tidak diizinkan untuk berjalan seperti anak biasa. Beruntung di usiaku yang berumur 15 tahun aku masih tergolong ringan, hanya dibawah 40 kg dan tinggi sekitar  150 cm-an. Tubuh papa yang tinggi berotot sangatlah mudah saat menggendong diriku seperti koala.

Aku di tidurkan di kamar yang tadinya untuk adikku, namun dirinya tak pernah lahir ke dunia (ada di Nicky 1) sebagai gantinya aku yang dijadikan bayi oleh kedua orangtuaku.

Mami pun menggantikan popokku yang sudah ku pipisi sebelum tidur, dan membuatkan susu untuk aku minum menggunakan botol susu bayi. Lagi-lagi aku hanya mengenakan popok, tanpa baju. Aku pun di temani oleh Mama sembari menyanyi lagu anak-anak. Rambutku di elusnya. Sembari menghisap botol susu aku pun semakin mengantuk, saat mataku sudah mulai tertutup, mama mengganti botol susu dengan empeng, hal ini bertujuan agar susu tidak tumpah dan mengundang semut datang. Mataku pun terpejam dan aku kini terbang ke alam mimpi, tepatnya di dunia mimpi seorang bayi dengan popok yang lucu.

Mama yang tau aku tidurpun langsung beranjak dan meninggalkan aku sendiri untuk beristirahat setelah seharian melakukan aktivitas yang melelahkan.

.
.
.
.
.
Bersambung

Nicky 2 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang