"Ya Allah, jadikan kami ridha atas semua ketetapanMu."
— Alrasya Sya'ban Alzeenar***
Sepulang sekolah. Alrasya, Geotama, Edvard, dan Kay menuju tempat parkir secara bersamaan
Geotama dan Edvard yang sering kali membawa mobil ke sekolah, Alrasya yang lebih nyaman membawa motor dan begitu juga dengan Kay, sebab Kay masih belum diizinkan untuk membawa mobil
Saat ini cuaca sangat mendung, suara petir pun sudah lebih dulu terdengar. Tanpa berlama-lama akhirnya mereka saling berpamitan untuk dapat sampai ke rumah masing-masing
Di tengah perjalanan, Alrasya melihat Ayla yang sedang berjalan di trotoar. Alrasya melajukan motor tanpa menghiraukan perempuan itu sedikit pun. Ingin rasanya mengantarkan pulang, tetapi Alrasya tidak ingin memboncengkan perempuan yang bukan mahram, karena takut terjadi fitnah
Entah apa yang harus dilakukan, tetapi bagaimana jika hujan turun membasahi bumi? Dan dapat dipungkiri bahwa hujan akan turun dengan deras. Alrasya juga tidak tega jika temannya itu pulang dalam keadaan basah kuyup, terlebih Alrasya juga ingat jika kini Ayla sedang kurang sehat. Jika besok Ayla tidak masuk ke sekolah, lantas bagaimana dengan hukumannya?
Alrasya membuang pikirannya jauh-jauh dan terus melajukan motor sampai ke rumah
Belum sempat Alrasya turun dari motor, namun pikirannya masih tertuju pada perempuan yang tadi Alrasya temui. Jarak antara rumah Alrasya dengan sekolah memang cukup dekat, jadi Alrasya harap jika dirinya kembali ke tempat tadi, Ayla masih belum jauh, tapi buat apa? Apakah hanya untuk sekedar mengantarkan pulang? Tapi jika tidak, bagaimana jika semua hal yang ada dipikirannya beneran terjadi?
Alrasya kembali memakai helm dan memutar balik, mencari keberadaan Ayla. Tidak lama setelah itu, hujan pun mulai turun walau masih rintik-rintik, "Allahumma shoyyiban nafi’an. Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat"
Begitu Alrasya melihat Ayla sedang duduk disebuah halte, Alrasya segera memberhentikan motor yang jaraknya tidak jauh dari tempat tersebut. Alrasya melihat dari tempat keberadaannya sampai Ayla menaiki kendaraan umum. "Ya Allah, tolong datengin kendaraan umum untuknya"
Selang beberapa menit kemudian, hujan pun semakin besar, tetapi kendaraan umum masih tidak kunjung datang. Sekitar lima menit kemudian, Alrasya bersyukur karena ada salah satu kendaraan umum yang lewat tepat di sebuah halte, namun ternyata kendaraan umum tersebut sudah banyak penumpang di dalam, jadi Ayla tidak dapat memasukinya. "Ya Allah, jadikan kami ridha atas semua ketetapanMu"
Tubuh Alrasya sudah mulai basah dan sampai sekarang dirinya masih labil. Apakah Alrasya harus mengantarkan Ayla pulang atau tetep diam di sini, tapi mau sampai kapan?
Karena tidak ada pilihan lain, otomatis Alrasya segera menyalakan mesin untuk mendekat ke arah Ayla dan Ayla yang melihat kedatangan laki-laki itu hanya memutar bola mata. "Ya elah ni cowok ngapain pake berhenti kalau cuma mau basa basi?" batin Ayla dengan jengah
"Ay, cepet naik"
Ayla refleks membulatkan kelopak mata. "Hah?"
"Naik ke atas motor gue!" sekali lagi Alrasya mengatakan dengan perkataan yang sama
Tanpa berpikir panjang, Ayla mengikuti perintah Alrasya
Alrasya duduk agak majuan untuk sedikit menghindar dari sentuhan Ayla. "Lindungi hamba, ya Allah," batinnya
"Rumah lo dimana?" pandangan Alrasya menghadap sedikit ke belakang dan selama diperjalanan Ayla memberi arahan kepada Alrasya
Alrasya melihat wajah Ayla dari kaca spion, Alrasya sangat mengetahui bahwa perempuan itu sedang menahan dingin ditubuhnya. Sebenarnya Alrasya tidak ingin banyak drama yang menunggu hujan di kedai pinggir jalan. Alrasya hanya ingin mengantarkan Ayla pulang ke rumah dengan selamat
"Al," panggil Ayla dari belakang
Alrasya menanggapi panggilan itu dari balik helm yang dipakai
"Kita ngga mau turun dulu?"
Ujian apa lagi ini? Alrasya tau jika sedari tadi, Ayla sudah mulai kedinginan. Perempuan itu juga tidak mengenakan luaran tambahan selain baju seragam, suara yang dikeluarkannya pun semakin gemetar
Alrasya menoleh sedikit ke arah belakang. "Ngapain?" tanya Alrasya pura-pura tidak mengerti
"Ngga peka banget sih, dingin tau, turun dulu, yaa? Berhenti sebentar di warung atau dimana gitu," meski masih dengan suara cempreng, tetapi suara tersebut masih terdengar gemetar
Alrasya harus apa sekarang? Tidak mungkin laki-laki itu membiarkan anak orang kehujanan
"Tahan, Ay. Sebentar lagi sampe rumah lokan?" Alrasya mencoba untuk menenangkan Ayla
Yang tadinya Ayla hanya memegang jaket jeans hitam yang dikenakan Alrasya, namun kini tangannya melingkar di pinggang Alrasya
Genggamannya semakin erat, membuat Alrasya yang diperlakukan seperti itu merasa risih. "Ayla, lo masih kuatkan?"
Ayla tidak menjawab tetapi Alrasya dapat melihat kembali dari kaca spion untuk yang sekian kalinya bahwa perempuan itu menganggukan kepala dengan lemas, wajah Ayla semakin pucat
Alrasya pasti akan merasa bersalah jika perempuan itu sampai kenapa-kenapa. Jadi, mau tidak mau, Alrasya harus menuruti permintaannya untuk dapat berhenti sebentar
Arrggg Alrasya geram, menggenggam kuat stang motornya
Alrasya memarkirkan motor di salah satu warung makan sederhana yang tampak agak ramai
Laki-laki itu membuka helm, "Turun dulu"
—
Maaf banget kalau part kali ini terlalu singkat, hehe. Jazakumullah khairan katsira, teman-teman
KAMU SEDANG MEMBACA
RIDHA (SELESAI)
Teen FictionTuhan mempertemukan, tetapi tidak untuk menyatukan. Aku menunggu, menunggu waktu untuk dapat bersatu, namun ternyata Tuhan lebih mendahului untuk dapat bertemu denganmu. Lantas sekarang aku harus merasa kehilangan atau justru bersyukur karena bisa s...