13 • Caramel

25 4 0
                                    

Sedari kecil, Ayla memang sangat menyukai apapun yang berbaur dengan caramel, tapi alangkah baiknya, jika Ayla harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter karena ia tidak tau apakah boleh memakan makanan ini atau tidak. Alrasya juga memberikan itu karena awalnya ia belum tau Ayla sakit apa, hal-hal apa saja yang harus dikonsumsi dan yang tidak

Dulu, sebelum kedua orang tua Ayla berpisah, Neta sering membuatkan makanan dengan tema caramel. Entah itu kue, pancake, atau bahkan sampai pudding sekalipun. Tapi sangat disayangkan, semenjak berpisah, Ayla sudah tidak dapat merasakan makanan buatan Mamanya lagi

Sekarang, Neta sudah menjadi tulang punggung bagi keluarga dan sangat jarang meluangkan waktu walau hanya untuk sekedar membuat kue

Sekitar sebelas tahun yang lalu, saat Ayla masih berumur enam tahun dan Neta sedang mengandung anak kedua. Neta melakukan pemeriksaan ultrasonography atau biasa disingkat dengan USG. Hasil USG tersebut menyatakan bahwa calon Adik Ayla berjenis kelamin perempuan. Ketika mengetahui hal tersebut, Ayla berinisiatif akan memberikan nama kepada calon Adiknya. Dan pada akhirnya Ayla pun menemukan nama yang tepat untuk Adiknya nanti, nama tersebut ialah Caramel Athasia Anzar

Nama Athasia diambil dari nama panjang Mamanya, Neta Athasia. Dan sedangkan nama Anzar diambil dari nama panjang Papanya, Fariz Anzar. Jadilah nama panjang Ayla dan Adiknya bernama Athasia Anzar

Ayla berharap, semoga ketika calon Adik lahir ke dunia, kelak akan memiliki kepribadian yang sama seperti caramel. Karena caramel pernah diibaratkan seperti pola kehidupan. Walau si penikmat dapat merasakan sensasi pahit, tapi tidak pernah terlepas dari rasa manis yang akan diberikan kepada siapapun yang telah berhasil mencoba dan akan selalu mendapat kebahagiaan karena telah menemukan cipta rasa unik yang terdapat pada caramel pada umumnya

Tapi siapa sangka? Ketika Adiknya baru lahir, ternyata ia mengalami gangguan di sistem pernapasan. Walau sudah ditangani, tetapi tetap saja jika ajal sudah menjemput, maka tidak ada seorang manusia yang mampu mencegahnya

Kenangan tersebut terlintas dibenaknya. Satu tetes air mata jatuh membasahi pipi, lantas dengan cepat Ayla segera menghapusnya

"Non," panggil Yuna setelah kembali masuk ke dalam ruangan

"Eh— Iya, Bi"

"Mama Non kok masih belum dateng juga, ya? Padahal tadi pas Bibi telepon, katanya sebentar lagi mau dateng, tapi sampai sekarang masih belum dateng"

Ayla mengangkat kedua bahu seakan tidak peduli, padahal Ayla sangat berharap jika Neta akan segera datang untuk menjenguknya. "Ngga tau, Bi. Udahlah ngga papa, paling masih di tempat kerja"

Ditempat lain, ketika Alrasya akan mengendarai mobil, tiba-tiba saja Luna menanyakan prihal Ayla. "Tadi kok Umi dengar, teman kamu itu panggil kamu dengan sebutan Al?"

"Biar gampang katanya"

"Menurut kamu, Ayla itu perempuan yang seperti apa?" entah mengapa pertanyaan itu terlintas dibenak Luna

Menurut Alrasya obrolan kali ini tidak begitu serius, jadi sepertinya mengobrol sambil berkendara pun tidak jadi masalah, asal tetap fokus ke depan

"Perempuan seperti pada umumnya"

"Iya Umi tau, tapi setiap orang pasti punya ciri khas masing-masing. Nah ciri khas dari Ayla itu kayak apa? Masa kayak gitu aja harus diperjelas?!"

Alrasya diam karena tidak tau harus menjawab dengan jawaban apa

"Kebiasaan deh kalau ditanya pasti diem"

"Rasya juga bingung harus jawab pertanyaan Umi gimana. Rasyakan belum lama kenal dia, Rasya juga baru beberapa hari sekolah di sana," jawab Alrasya jujur

"Iya Umi tau, tapi semenjak kamu kenal dia, dia itu seperti apa? Yaudah gini deh, kalau menurut kamu Ayla itu cantik ngga?"

"Lebih cantikan Umi kemana mana." Alrasya nampak mengembangkan senyum

Luna menghelai napas, sepertinya ia memang harus banyak bersabar menghadapi anaknya yang satu ini. "Rasya, Umi tanya serius"

"Rasya lebih serius, lebih cantikan Umi Rasya kemana-mana, buktinya Abi suka"

"Kamu emang ngga ngerti atau cuma pura-pura sih? Oke, Umi terima kalau kamu belum bisa bilang sifat Ayla itu seperti apa. Tapi seenggaknya kamu bisa liat, menurut pandangan kamu, Ayla itu cantik atau ngga. Sekarang kamu tinggal jawab iya atau ngga?" sepertinya Alrasya mampu membuat Luna naik darah, jika boleh Luna mencoret nama Alrasya Sya'ban Alzeenar di Kartu Keluarga, maka detik ini pun Luna akan mencoretnya

"Iya"

"Nah gitu dong"

"Yang namanya perempuan udah pasti cantik, kalau cowok baru ganteng"

Bukan Alrasya namanya jika tidak menyebalkan

Luna menyenderkan punggung dengan tangan yang berada di tengah pelipis. "Terserah kamu deh, Umi pusing"

"Umi pusing? Kenapa Umi baru bilang?"

"Umi pusing sama kamu, Ras"

"Ya Allah, emangnya Rasya kenapa? Atau sekarang kita mampir buat makan kali, ya? Tapi tadikan kita udah makan, emang Umi belum kenyang?"

"Ngga usah, Umi udah kenyang," jawab Luna acuh seraya mengalihkan pandangan ke arah luar jendela

"Umi baperan kayak Ayla nih"

"Tuh kan tadi katanya belum bisa bilang sifatnya Ayla, tapi udah tau kalau dia baperan"

"Namanya juga perempuan, apa-apa pakenya perasaan, jadi gampang baper." Kali ini Alrasya menjawab dengan cengiran

"Sok tau kamu, sejak kapan anak Umi tau soal perempuan?"

"Bukannya mayoritas perempuan emang gitu?"

"Kalau emang gitu, kamu sebagai laki-laki jangan asal mainin perasaan perempuan dengan seenaknya"

Alrasya tidak berani memotong, justru ia membiarkan Luna mengatakan hal tersebut sampai selesai. "Makanya ini salah satu alasan kenapa Umi ngelarang kamu untuk berhubungan dekat dengan perempuan. Karena untuk sekarang masih banyak yang harus kamu kejar. Cita-cita, masa depan, dan lain-lain. Kalau kamu ngebaperin anak orang, terus mau dikemanakan perasaan tersebut? Emangnya kamu udah siap untuk menghalalkannya?" Tidak pernah bosan Luna mengingatkan prihal tersebut kepada anaknya

"Belum, Umi"

"Nah makanya untuk saat ini lebih baik menjauh dari perempuan yang bukan mahram"

"Iya, Rasyakan cuma mau deket sama Umi"

RIDHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang