21 • Sesak

29 4 0
                                    

"Bukan takdir yang salah, tapi manusianya yang salah. Salah dalam menempatkan pilihan. Bukan pilihan dalam mencintai siapa, melainkan pilihan mencintai dengan cara apa. Melanggar atau ngga?"
- Alrasya Sya'ban Alzeenar

***

Dada Ayla mendadak sesak. Seperti ada tombak yang berhasil mengenai sasaran

"Ja- jadi selama ini?" Sekuat tenaga Ayla menahan air mata yang hendak turun, ia tidak ingin menumpahkannya sekarang dan Alrasya menyadari bahwa kini mata perempuan itu sudah mulai berkaca-kaca

"Al, kadang gue bingung kenapa takdir harus mempertemukan dua insan kalau cuma salah satu dari mereka yang punya perasaan?" ucapnya lagi

"Maksudnya?" Alrasya mengernyitkan kening, masih mencerna semua perkataan Ayla

"Takdir salahkan? Takdir yang udah bikin kita kayak gini. Seolah dekat padahal ngga, sampe-sampe lo aja ngga mengakui itu"

"Dia ngelakuin itu karena ngga lain cuma untuk ngejalanin semua perintahNya. Dan lo tau? Bukan tanpa sebab Allah mentakdirkan sesuatu. Karena dibalik itu semua, ada pelajaran yang harus kita jalani, ada hikmah yang harus kita ambil"

"Dalam hal?"

"Rasa misal"

"Kalau emang bener, mungkin takdir salah menempatkan itu ke gue"

Apa? Alrasya tidak salah dengar?

"Bukan takdir yang salah, tapi manusianya yang salah. Salah dalam menempatkan pilihan. Bukan pilihan dalam mengagumi atau menyukai siapa, melainkan pilihan mencintai dengan cara apa. Melanggar atau ngga?" jawab Alrasya. "Udah, hari ini gue mau ulangan harian. Jadi, harus buru-buru ke kelas biar bisa belajar." Mungkin hanya sebagai alasan supaya Ayla tidak bertanya terkait lebih dalam. Dan sebenarnya Alrasya sudah mempelajari materi ulangan dari semalam, tapi sebelum bel masuk, Alrasya memang selalu mempelajarinya kembali

Ayla menghembuskan napas, rasanya benar-benar sesak sekali dan sebenarnya bukan jawaban itu yang Ayla inginkan, melainkan sebuah jawaban mengenai perempuan yang sudah menabraknya kemarin

Tetapi melihat sikap Alrasya yang masih nampak berbeda, membuat Ayla segera mengurungkan niat, karena mungkin sekarang bukanlah waktu yang tepat jika Ayla harus menanyakan prihal tersebut. Apalagi laki-laki itu sudah pergi dari hadapannya. Dan kini, Ayla hanya bisa melihat punggung Alrasya yang pergi menjauh

Ayla pikir, dengan ia membawakan bekal, Alrasya dapat bersikap seperti semula, tapi nyatanya tidak

Entah apa yang sudah terjadi, laki-laki itu sudah tidak nampak seperti biasa

Dengan langkah kaki yang lemas, Ayla membalikan badan untuk pergi ke kelas

"Ayla"

Mendengar panggilan tersebut mampu membuat Ayla menghentikan langkah dan kembali membalikkan badan. "Iya, Al?"

"Gue ngga marah, gue cuma lagi jaga diri"

"Jaga diri karena perempuan itu?"

***

Suasana kelas 12 IPA 1 masih sangat sepi. Hanya ada beberapa murid yang sedang piket. Bahkan teman-teman akrabnya seperti Kay, Geotama, dan Edvard masih belum datang

Pagi ini Alrasya berniat untuk memakan bekal yang sudah dibawakan oleh Ayla. Namun, sebelum membuka, Alrasya jadi teringat pertanyaan yang sudah dilontarkan olehnya, prihal menanyakan apakah dirinya sedang marah atau tidak. Sebenarnya Alrasya mengatakan dengan jujur, bahwa ia memang sedang tidak marah, ia hanya sedang menjaga diri. Dan apakah Alrasya tidak salah dengar? Jika secara tidak langsung kalau perempuan itu sudah mengatakan soal perasaannya?

Tapi dari semua yang sudah Alrasya katakan, apakah dirinya salah? Apakah tanpa sadar, Alrasya sudah menyakiti hati perempuan itu? Ah, itu lah manusia, berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu

Alrasya mencoba untuk mengalihkan hal tersebut dengan membuka kotak bekal yang sekarang berada dihadapannya. Ketika melihat isi dari kotak bekal tersebut, tiba-tiba saja bibir Alrasya membentuk seulas senyum. Alrasya tidak bisa berbohong, bahwa makanan itu dibentuk dengan sangat sempurna

Entah dapat ide dari mana perempuan itu membuatkan makanan yang dicetak menjadi karakter beruang dengan berbagai macam toping lucu lainnya. Alrasya merasa sedang dibawakan bekal oleh Luna

Alrasya menggelengkan kepala, namun Alrasya sama sekali tidak menghilangkan senyum diwajahnya. Alrasya benar-benar sangat tergiur untuk segera mencicipi masakan Ayla

"Bismillahirrahmanirrahim." Satu suapan nasi, Alrasya masukan ke dalam mulut dan saat mulai merasakan rasa dari makanan tersebut, ternyata rasanya tidak sebanding dengan bentuk. Yaa, makanan lucu yang dibuatkan oleh Ayla rasanya sangat hambar. Sepertinya perempuan itu lupa untuk memberikan garam

Walau demikian, Alrasya akan tetap berusaha menghargai masakan Ayla dengan cara menghabiskan makanan tersebut

Sebenarnya, saat Ayla memberikan kotak bekal kepada Alrasya. Alrasya dapat melihat jelas luka memar di tangan perempuan itu. Tetapi Alrasya bersikap seolah tidak mengetahu apa-apa

Alrasya dapat menebak bahwa luka tersebut masih belum lama dan sepertinya wajar jika Alrasya merasa bahwa luka yang ada ditangan Ayla dapat terjadi disebabkan karena Ayla memasak makanan ini. Tidak tau, tebakannya benar apa tidak

Beberapa menit kemudian, tepat saat makanan Alrasya habis, Kay datang

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam," jawab murid-murid yang berada di dalam kelas, termasuk Alrasya yang sedang menutup kotak bekal

"Tumben Ras bawa bekal ke sekolah?"

"Haha, iya ni." Hanya itu yang keluar dari mulut Alrasya. Sepertinya tidak mungkin jika Alrasya mengatakan bahwa makanan ini dari Ayla, karena Alrasya juga tidak tau alasan apa yang akan Alrasya kasih kepada Kay

Alrasya tidak begitu yakin dengan jawaban Ayla memberikan bekal dengan alasan sebagai ucapan terimakasih karena sudah mengajarinya membaca Al-Qur'an, karena kalau dipikir-pikir, yang mengajarinya mengaji bukan hanya Alrasya, tetapi Geotama juga

Sepulang sekolah hari ini, Camila tidak menjemput. Jadi, otomatis Ayla dan Inara harus pulang dengan menggunakan kendaraan umum

Saat keduanya sudah berada di gerbang sekolah, Ayla melihat Nadiva, perempuan yang kemarin pernah mereka temui di acara festival, sedang berjalan di dekat trotoar. Kemudian sepertinya Ayla tersadar bahwa sepertinya ada seorang pengendara sepeda motor yang berkendara dengan kecepatan diatas rata-rata, hingga hendak menyerempet Nadiva dari samping

Tanpa berpikir panjang, Ayla segera berlari untuk menolong Nadiva. Tepat saat pengendara sudah berada di samping, tentu Ayla mendorong Nadiva hingga perempuan berbaju gamis itu jatuh tersungkur. Beberapa orang yang menyaksikan kejadian tersebut ikut membantu Nadiva, tetapi ada juga yang hanya menontoni. Inara yang ikut menyaksikan sekaligus baru menyadari hal tersebut, langsung berlari menghampiri

Alrasya membuka helm. "Divaaa!" Alrasya terkejut saat mengetahui bahwa Ayla telah mendorong Nadiva hingga jatuh

Dengan gerakan cepat, Alrasya segera turun dan berlari untuk membantu Nadiva yang diikuti oleh Kay. Begitu juga dengan Geotama dan Edvard yang ikut turun dari mobil

Sangat terlihat jelas dari raut wajah Alrasya bahwa kini ia sangat menghawatirkan keadaan perempuan itu

"PUAS LO, AY?!" Alrasya menatap wajah Ayla dengan tatapan tajam

RIDHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang