Lomba dimulai pada pukul 08.00 yang diawali dengan berbaris bersama, karena ada beberapa hal yang harus disampaikan, seperti peraturan yang harus dijalani selama acara olimpiade berlangsung. Setelah itu langsung masuk ke babak penyisihan. Setiap pergantian babak, ketua acara memerintahkan agar peserta dan pembimbing istirahat terlebih dahulu. Setelah itu dilanjut dengan babak semifinal dan final
Bertepatan pada pukul 16.00 acara dibubarkan
Pemenang akan diumumkan hari ini juga, pada pukul 16.30
"Ngga tenang gue kalau belum diumumin," kata Marshanty, salah satu peserta olimpiade matematika yang menjadi perwakilan SMA Adhnan El Islamic School
Sepanjang menunggu, semua murid hanya menghabiskan waktu dengan duduk di kantin sambil mengobrol santai
Sampai pada akhirnya, terdengar suara pengumuman untuk kembali berkumpul di lapangan indoor
Dalam waktu beberapa menit kedepan, seluruh peserta akan mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang
"Sebelum pulang, mampir cafe bentar yuk!" ajak Kay
Ketika mereka memutuskan untuk berhenti di sebuah cafe, tiba-tiba saja ada segerombolan murid yang sedang memakai almamater berwarna navy berjalan mendekat sambil menepuk tangan yang diiringi dengan ekspresi wajah yang tidak mengenakkan. "Oh ... Jadi, sekolah ini yang menang?"
"Mau lo apa, hah?" balas Kay kesal
"Mau gue?"
"Ngga usah kebanyakan basa basi lo!"
Salah satu dari mereka maju beberapa langkah. "Gue mau buktiin ke sekolah lo, kalau sekolah gue, alias sekolah Moeslim Generation adalah sekolah terbaik. Mungkin diolimpiade kali ini sekolah kalian yang dapet score tertinggi, tapi disaat pembagian hasil Ujian Nasional nanti, sekolah gue yang bakal tetep menduduki posisi no satu"
"Nama doang Moeslim Generation, tapi kelakuan zero"
"Jaga omongan lo!"
"Emang pernah Islam ngajarin umat untuk berbuat angkuh kayak lo? Menang aja ngga, kepala gede"
"Hey! Emang pernah Islam ngajarin umatnya untuk ngga pakai hijab? Tuh liat temen lo, katanya sekolah Islam, tapi nutup aurat aja ngga mau," sindir laki-laki itu sambil menatap ke arah salah satu siswi SMA Adhnan El Islamic School, seolah tidak ingin disalahkan. "Atau jangan-jangan ... Sekolah lo cuma mau numpang nama biar kedengeran islami?"
Ayla membuatkan kelopak mata. "Udah salah, ngga mau ngaku. Sekarang malah cari pembelaan pake nyindir-nyindir gue segala lagi"
Siswi SMA Adhnan El Islamic School memang masih ada yang belum mengenakan hijab, tapi hanya beberapa, masih bisa dihitung dengan menggunakan jari dan Ayla termasuk salah satunya
Tapi bukan berarti kepala sekolah dan guru tidak pernah menegur, mereka sering menegur, hanya saja diam-diam. Seperti berbicara empat mata misal
"Sampein salam gue buat Bapak Adhnan, alias Kepala sekolah SMA Adhnan El Islamic School yang terhormat dan bilang kalau mau ngebangun sekolah Islam, mending belajar agama dulu. Murid perempuannya ngga pake hijab malah dibiarin gitu aja," ucap laki-laki itu lagi dengan menekankan kata Bapak Adhnan
"Kalau ngga tau mending diem aja deh lo!" lanjut Ayla lagi
Dan sedangkan Alrasya, ketika ia mengingat siapa Adhnan sebenarnya, membuat dirinya berusaha sekuat tenaga agar bisa menahan diri agar tidak terpengaruh oleh ucapan pedas dari sekolah lain
"Kalau gitu, bilangin juga ke Kepala sekolah lo, kalau mau cari nama sekolah yang seimbang sama kelakuan muridnya. Mana ada generasi muslim kayak gini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RIDHA (SELESAI)
Teen FictionTuhan mempertemukan, tetapi tidak untuk menyatukan. Aku menunggu, menunggu waktu untuk dapat bersatu, namun ternyata Tuhan lebih mendahului untuk dapat bertemu denganmu. Lantas sekarang aku harus merasa kehilangan atau justru bersyukur karena bisa s...