35 • Berjumpa kembali

19 2 0
                                    

"Kenapa semesta harus mempertemukan lo sama gue lagi Al?"
— Ayla Athasia Anzar

***

Inara terkejut, benar-benar terkejut. Sudah sekian lama, ternyata baru kali ini Ayla ingin menutup aurat, padahal setiap kali Inara ingatkan, Ayla selalu mengalihkan topik pembicaraan dan mengatakan bahwa Ayla belum siap tapi kali ini Allah menunjukkan kuasaNya bahwa sangat mudah bagi Allah untuk membolak balikan hati manusia bahkan lebih mudah dari sekedar membolak balikan telapak tangan. Lantunan syukur Inara panjatkan sangking senangnya

Sesampainya di toko, Ayla melihat kesana-kemari. Perempuan itu berjalan pelan saat menemui sebuah jilbab pasmina berwarna pink soft, Ayla mengambil pasmina berwarna tersebut agar senada dengan cardigan yang sedang dipakai. Kali ini Ayla memang sudah memakai lengan panjang, tetapi mungkin Ayla hanya akan membeli jilbabnya saja

"Ra, inikan gue udah pake cardigan lengan panjang sama celana kulot yang lebar, jadi tinggal pake jilbab ajakan?"

Inara membalasnya dengan anggukan kepala

"Eh bentar-bentar, tapi kayaknya lebih bagusan pake rok deh." Ayla berjalan beberapa langkah untuk mengambil rok berwarna putuh

Untuk saat ini Ayla masih belajar untuk mengenakan pakaian yang bisa menutup aurat walau belum sesempurna Inara yang sudah memakai gamis dan jilbab panjang

"Bagus-bagus banget, kayaknya hari ini gue juga mau ngeborong deh, Raa! Lumayan juga nih ada yang diskon." Ayla masih sibuk mencari pakaian yang kira-kira akan dipakai di hari nanti

"Beli secukupnya aja dulu, jangan nafsu"

"Oh gitu, oke-oke"

Setelah selesai memilih pakaian yang cocok, Ayla mencoba untuk mengenakan jilbab dan juga rok yang tadi dipilih di ruang ganti

Entah harus menyesal atau tidak bahwa Ayla baru mau menutup auratnya sekarang. Kenapa tidak dari dulu?

Setelah itu, Ayla kembali menemui Inara yang sedang melihat-lihat pakaian yang tersedia di toko tersebut. "Inara," panggil Ayla dan Inara menoleh ke arah sumber suara

Inara terpaku. Walau Inara dan Ayla sudah berteman sejak lama, tetapi sangat jarang baginya untuk melihat Ayla berpenampilan seperti ini. Paling hanya pada setiap hari Jumat, tapi itupun tidak setutup ini. Sungguh, kali ini Ayla benar-benar sangat berbeda. Ayla mengenakan jilbab pashmina berwarna pink soft, kemudian kaus putih yang dibalut dengan cardigan berwarna senada dengan jilbab, dan terakhir Ayla mengenakan rok berwarna putih. Bisa dikatakan bahwa kali ini Ayla Athasia Anzar cukup terlihat anggun

"Dih lo siapa, hahaha?" Ayla mencibirkan bibir saat mendengar candaan dari Inara

"Isshh Inara! Eh gimana-gimana? Cocok ngga?" Ayla sangat penasaran untuk melihat respon dari Inara, lantas Inara langsung menganggukkan kepala seraya menarik bibir bawahnya

"AAAAA INARAAA, JADI MALU," teriak Ayla sambil menutup wajah dengan menggunakan kedua telapak tangan. Adapun beberapa pengunjung yang ikut menoleh ke arahnya karena lagi-lagi Ayla berteriak seolah tempat ini hanya dikunjungi oleh dirinya

"Kebiasaan banget ya ngga dimana-mana pasti teriak"

Ayla memamerkan deretan gigi

"Nah berarti tugas lo tinggal belajar untuk istiqamah"

"Istiqamah apaan?"

"Menetap. Jadi, maksudnya lo belajar biar jangan sampe buka aurat lagi." Sahut Inara terakhir kali sebelum mereka memutuskan untuk membayar pesanan Ayla dan tanpa berlama-lama akhirnya mereka keluar dari toko tersebut untuk segera kembali ke tujuan awal, yaa membeli hadiah untuk Fariz

Keesokan harinya, setelah melaksanakan shalat subuh, Ayla langsung bersiap-siap untuk pergi ke apartemen yang ditempati oleh Fariz dengan tidak lupa membawa hadiah yang sudah dibelinya kemarin

Pagi ini langit cukup cerah dan jalan pun tidak macet seperti biasa. Mungkinkah penghuni bumi masih tertidur? Padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. Bukankah jam segini adalah jam yang biasa digunakan untuk berangkat kerja dan aktivitas lainnya? Tapi dengan begitu, semoga Ayla dapat segera sampai dengan waktu yang tidak lama

Setelah sampai, Ayla memarkirkan mobil dan naik ke lantai 3 dengan menggunakan lift

Sesampainya dilantai tersebut, tiba-tiba saja Ayla menghentikan langkah kaki dengan pelan, padahal kamar Fariz masih harus melewati 4 kamar lagi

"A— Al?" Detak jantung Ayla berdetak tidak karuan, semenjak mereka lulus SMA, sekitar empat tahun yang lalu perempuan itu tidak berjumpa dengan Alrasya dan kini laki-laki itu sedang berdiri di ambang pintu salah satu kamar yang berada di apartemen, berdua dengan .... Nadiva. Apa? Nadiva?

Beribu pertanyaan mulai muncul dipikirinnya, Ayla menggelengkan kepala, berusaha untuk membuang pikirannya jauh-jauh, tidak, Alrasya tidak mungkin seperti itu

Awalnya Ayla ingin kembali membalikkan badan, namun telat, laki-laki itu sudah menyadari kehadiran Ayla

"Kenapa semesta harus mempertemukan lo sama gue lagi, Al?"

Alrasya memicingkan mata, berpikir sejenak, apakah benar yang dilihatnya saat ini adalah Ayla? Sungguh, sejak kemarin Ayla memakai hijab memang terlihat agak berbeda. Tetapi Alrasya memberanikan diri untuk memanggil nama perempuan itu

"Ayla." Saat Alrasya memanggil namanya, detak jantung Ayla semakin tidak bisa dikontrol

Ayla terdiam, tidak tau harus apa

Alrasya berjalan beberapa langkah, ingin membuktikan apakah penglihatannya benar atau tidak

Semakin Alrasya mendekatinya, semakin menjauh pula langkah kaki Ayla

"Ay?" Panggil Alrasya lagi

Alrasya berlari pelan, berharap Ayla tidak pergi dari sini

Alrasya menarik sudut bibir, ternyata memang benar bahwa itu adalah Ayla. Yaa, Ayla Athasia Anzar, seorang perempuan yang pernah Alrasya ajari membaca Al-Qur'an kini sudah memulai untuk memakai hijab

Kalau boleh jujur, Alrasya memuji perubahan Ayla dalam hati. Perempuan yang dihadapannya saat ini sungguh cantik, semoga hatinya pun bisa secantik rupanya

"Hm, assalamu'alaikum"

Deheman serta salam mampu membuyarkan lamunan Alrasya. Lantas Alrasya yang baru tersadar langsung beristighfar dan mengusap wajah dengan gusar

"Assalamu'alaikum." Seseorang kembali mengucap salam

"Waalaikumsalam, Bang." Ternyata yang mengucap salam adalah Arrafsya yang diikuti oleh Luna . Mereka baru saja keluar dari tempat dimana Alrasya dan Nadiva berdiri. Syukurlah ternyata yang berada di ruangan itu bukan hanya ada Alrasya dan Nadiva

"Kamu—" Wajah Ayla sudah tidak asing bagi Luna, jadi Luna mengingat kembali apakah sebelumnya Luna pernah bertemu dengan Ayla. "Kamu Alyakan, teman Rasya yang beberapa tahun lalu pernah kami jenguk?"

Ketika dirinya ikut melihat kehadiran Luna dan Arrafsya, tentu Ayla tidak bisa lari dari sini, ia hanya berjalan mendekat dengan pasrah sambil memaksakan diri untuk menampakkan seulas senyum manis diwajahnya. "Ayla Tante"

"Oh iya maaf, ya"

Ayla mencium punggung tangan milik Luna dan sehabis itu ia tidak merespon apa-apa lagi, Ayla hanya menundukkan kepala seraya meremas tali paper bag yang dibawa

"Oh ini, tadi siapa namamu? Ayla, ya?" Ayla memberanikan diri untuk menatap ke arah Arrafsya

Nadiva berjalan menghampiri mereka karena sedari tadi Nadiva hanya berada di ambang pintu

Ayla semakin dibuat penasaran, kira-kira ada hubungan apa antara Alrasya dan Nadiva? Sampai-sampai sepertinya Nadiva sudah kenal dekat dengan orangtua Alrasya

"Eum ... Yaudah kalau gitu saya izin pamit, ya"

"Oh, mau kemana?" Luna bertanya dan Ayla menjawab sambil menunjuk ke arah kamar Fariz yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri

Dengan kepala yang masih menunduk, Ayla melenggang pergi agar sampai ke kamar Fariz. Belum sempat Ayla mengetuk pintu, tiba-tiba Fariz keluar

RIDHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang