Ayla yang mendengar perkataan tersebut langsung tersedak. "Huk ... Huk ... Ishh Inaaraaa! Udah bikin gue kesel sekarang malah ngatain gue kayak unta!"
Inara memutar bola matanya malas. "Gue ngga ngatain lo, gue cuma bilang kalau cara minum lo yang kayak unta"
"Emangnya cara minum gue kanapa?"
"Karena cara minum lo sekaligus diabisin. Lo tau ngga kalau Rasulullah pernah bersabda, "Janganlah kalian minum — segelas dihabiskan — sekaligus seperti unta, tetapi minumlah dua atau tiga kali, dan sebelumnya hendaklah membaca Bismillah kemudian sesudahnya membaca Alhamdulillah," ucap Inara mengingatkan
"Ngga nyangka gue, ternyata Islam itu bener-bener memperhatikan tingkah laku manusia dimulai dari hal-hal kecil," ujar Ayla dalam hati
Sedangkan disebrang sana, Alrasya menyaksikan obrolan singkat antara Ayla dan Inara sambil menampakan seulas manis diwajahnya, yaa walaupun Alrasya tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan
"Ciaa elah ngeliatin terus, Ras." Kay menyenggol lengan Alrasya karena tau apa yang sedang Alrasya perhatikan. "Waktu itu aja marah-marahin dia, eh giliran sekarang malah senyam-senyum sendiri," goda Kay
"Astagfirullahaladzim," Alrasya mengusap wajah lalu beristighfar
"Udah minta maaf?" Kini Geotama yang bertanya
"Udah"
"Terus?"
"Ngga tau"
"Lah kok ngga tau si, Ras?" Kay menimpali karena ia merasa kesal dengan jawaban singkat Alrasya
"Yaa gue ngga tau dia udah maafin gue apa belum"
"Emang lo kapan minta maaf ke Ayla?"
"Ngga tau lupa, ngga engeh. Lagian udah lama juga, beberapa Minggu sebelum olimpiade"
"Kok ngga bilang kita?"
"Ngapain gue bilang? Sebentar lagi udah mau bel, mending sekarang kita ke kelas." Alrasya beranjak dari kursi tanpa memperdulikan yang lain
"Udah mau bel atau mau ngehindar dari pertanyaan Kay?"
***
Sampai sekarang Ayla masih belum menerima bahwa Alrasya mampu mendapatkan nilai tertinggi setelah Edvard. Walaupun ini masih tryout, tetapi tetap saja, apapun itu Ayla harus mendapatkan nilai yang lebih tinggi
Sebenernya hasil tryout I Ayla sudah termasuk nilai yang tinggi, tetapi bukannya tidak mau bersyukur, Ayla hanya tidak ingin jika dirinya merasa gampang puas. Ayla harus mendapatkan nilai yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya
Kali ini pikiran Ayla tidak fokus. Ayla mengambil ponsel dan mengetikkan beberapa pesan untuk dikirimkan kepada Inara
: Ayla Athasia
Raaa
Gue ngga fokus belajar nihInara Tsabila :
Kenapa? Alrasya lagi?: Ayla Athasia
Frontal banget :vInara Tsabila :
Tapi benerkan??: Ayla Athasia
Hmm
Terus gimana? Gue ngga mau kalau sampe nilai gue dibawah diaInara Tsabila :
Udah shalat ashar?: Ayla Athasia
Belum, eheheInara Tsabila :
Nah mending sekarang lo ambil wudhu terus shalat, abis itu baru belajar.
Tapi selesai shalat jangan lupa baca do'a dulu: Ayla Athasia
Shalat?Inara Tsabila :
Iyalah. Sebelum ngelakuin sesuatu biasain untuk andelin Allah: Ayla Athasia
Oh, emang harus gitu?
Inara Tsabila :
Astagfirullah, yaa iya lah. Emang yang ngasih kita pemahaman, kepinteran, kemudahan, DLL siapa kalau bukan Allah? Tanpa izin Allah kita ngga bisa ngelakuin itu semua: Ayla Athasia
Oke siap, ustadzahInara Tsabila :
Satu lagi, Ay: Ayla Athasia
Apaa?Inara Tsabila :
Fokus ke tujuan awal: Ayla Athasia
OkeeAyla langsung bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat ashar. Sekarang Ayla sudah kembali jarang shalat, terakhir shalat saat beberapa hari yang lalu, itu pun ketika Inara menyuruh dan meminta laki-laki itu kepadaNya
Tok... tok... tok... Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar Ayla
Selepas shalat, Ayla segera beranjak untuk membuka pintu tanpa melepas mukenah. "Masuk, Bi." Ayla mempersilahkan Yuna untuk masuk ke dalam kamar. "Ini, Non. Bibi bawain makanan untuk Non, soalnya sedari pulang sekolah kayaknya belum makan, ya?" tebak Yuna
"Iya. Makasih, Bi"
"Non, abis shalat?"
"Iya, hehehe"
Yuna nampak senang dan mengucap syukur. "Alhamdulillah"
"Tadi Inara yang ingetin Ayla untuk shalat"
"Iya, Non betul. Bukan cuma kalau mau belajar aja, tapi setiap kali kita mau ngelakuin sesuatu biasain untuk andelin Allah. Non, Bibi harap, dalam keadaan apapun, Non Ayla harus tetap shalat, jangan pernah berniat untuk meninggalkannya." Yuna mengingatkan hal tersebut dan Ayla mengganggukan kepala. "Iya, Bi. Insyaallah"
"Inara teman yang baik, ya. Non tau? Umar bin Khattab pernah berkata, "Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik dari pada kenikmatan memiliki saudara —semuslim— yang shalih. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang shalih, maka peganglah erat-erat"
Air mata Ayla hampir jatuh, namun Ayla berusaha untuk menyekanya. Ayla baru menyadari, betapa sayangnya Allah kepadanya dengan cara menghadirkan seorang sahabat seperti Inara, sahabat yang selalu mengingatkannya kepada Allah
Padahal Ayla sering mendengar jika di zaman sekarang, untuk mendapatkan seorang teman atau sahabat tentu tidaklah mudah. Ada yang berkhianat, ada yang membicarakannya dari belakang, bahkan sampai melakukan hal buruk lainnya. Wallahu'alam. Namun, sampai detik ini, Inara tidak pernah berkhianat apalagi sampai berniat untuk meninggalkannya. Inara tetap saja menuntun Ayla untuk mengajak kepada kebaikan
"Ya Allah, makasih banyak," syukur Ayla dalam hati dan kali ini Ayla benar-benar tidak bisa membendung air mata
Ayla dengan Inara memang terlahir dari keluarga yang sangat bertolak belakang. Inara yang sudah diajarkan prihal agama oleh kedua orangtuanya sejak kecil, mulai dari membiasakan diri untuk mengenakan hijab. Sedangkan Ayla masih jauh dari pemahaman tersebut
Keesokan harinya, Ayla kembali melaksanakan ujian dan tentu beberapa Minggu kemudian barulah hasilnya kembali di tempel di mading
Edvard masih berada diposisi pertama, sedangkan Ayla dan Alrasya selalu bergantian. Entah Ayla yang mendapatkan posisi kedua dan Alrasya diposisi yang ketiga atau pun sebaliknya
Dan selesai sudah semua murid melaksanakan tryout, simulasi, Ujian Praktik, Ujian Sekolah dan mereka tinggal menunggu waktu untuk melaksanakan Ujian Nasional
KAMU SEDANG MEMBACA
RIDHA (SELESAI)
Ficção AdolescenteTuhan mempertemukan, tetapi tidak untuk menyatukan. Aku menunggu, menunggu waktu untuk dapat bersatu, namun ternyata Tuhan lebih mendahului untuk dapat bertemu denganmu. Lantas sekarang aku harus merasa kehilangan atau justru bersyukur karena bisa s...