26 • Gantian

19 4 0
                                    

"Kenyataan kalau emang dari awal dia ngga ada perasaan apa-apa."
Bunga Inara Tsabila

***

"Alhamdulillah kalau Diva udah baikan"

"Oh, Alhamdulillah kalau gitu", ucap Luna sebelum beranjak dari tempat duduk. "Yaudah Umi mau pergi ke supermarket sebentar"

"Rasya anter, ya? Udah malem, Mi"

"Ngga usah. Kamu tunggu di rumah aja"

Keesokan paginya, Alrasya masih belum tau akan membawakan makanan apa

Alrasya melihat roti yang ditaruh di atas meja makan. Kemudian Alrasya membuka kulkas dan ternyata di dalam kulkas sudah ada berbagai macam sayuran, buah-buahan termasuk blueberry. Luna biasanya memang selalu membuat selai roti dari buah asli, seperti blueberry yang sudah dibelinya semalam

Tadinya Alrasya ingin menggunakan buah blueberry itu, namun ketika melihat yang lain, Alrasya urungkan. Dan beralih mengambil timun dan hemato burger sapi untuk dijadikan toping ke atas roti berbentuk persegi. Kemudian tanpa berlama-lama, Alrasya kembali ke meja makan

Timun yang tadi diambil, Alrasya potong menjadi bentuk lingkaran serta tengahnya yang dibolongi. Bukan hanya itu, Alrasya juga memotong hemato yang menyerupai seperti setengah lingkaran, untuk ia jadikan sebagai mulut. Setelah selesai, Alrasya menaruh timun dan hemato tersebut ke atas roti. Tidak lupa untuk memberi saus yang di hias menjadi bentuk rambut

"Loh kenapa jadi kayak gini?"

Alrasya memaklumi, bahwa dirinya memang tidak ada kemampuan dalam menghias

Ketika Alrasya akan memasukkan roti ke dalam bekal milik Ayla, ternyata rotinya tidak muat. Alrasya ceroboh karena tidak berpikir panjang sebelum membuat dan hal tersebut baru saja ia sadari. Alrasya harus membuat makanan yang lain, yang ukurannya sesuai dengan kotak bekal

Setelah selesai, Alrasya mengembalikan semua bahan-bahan ke tempat semula. Dan Alrasya juga memutuskan untuk segera pergi ke sekolah


"Umi, Rasya berangkat, ya," Alrasya mencium punggung tangan Luna saat perempuan itu keluar dari kamarnya

"Iya, hati-hati"

Sesampainya Alrasya di sekolah, Alrasya tidak langsung ke kelasnya, namun ia lebih memilih untuk pergi ke ruang kelas 12 bahasa 2. Ternyata di dalam kelas tersebut belum ada perempuan yang ingin Alrasya temui

Alrasya memutuskan untuk tetap menunggu di depan sambil menghadap ke arah lapangan dengan menyelempangkan tas ke salah satu bahu

Selang beberapa menit kemudian, seseorang masuk ke dalam kelas, "ASSALAMU'ALAIKUUMMM"

Alrasya menoleh ke arah sumber suara dan memanggilnya. "Ay", Ayla membalik badan, menghadap ke arah luar dan terpaku begitu mengetahui siapa yang telah memanggil. "Mau apa lo kesini? Mau bikin gue malu lagi?"

"Gue minta maaf"

Ayla tidak menggubris permintaan maaf Alrasya, lantas Ayla segera berbalik badan dan berjalan menghampiri tempat duduknya

"Jadi, lo ngga mau maafin gue?" ucap Alrasya lagi dan Ayla menghentikan langkahnya sejenak sambil menoleh kembali

"Ya lo mikir dong! Kemarin lo udah mempermalukan gue di depan banyak orang, terus sekarang dengan gampangnya lo minta maaf?" Ayla balik bertanya dengan nada sedikit kencang, sampai teman-teman yang ada di dalam kelas juga ikut menyaksikan

"Justru itu, gue kesini mau minta maaf. Kemarin gue ngga mikir panjang, Ay"

"Katanya waktu itu lo bilang ngga mau pacaran, terus kalau lagi suka sama seseorang lebih pilih ngejauh, halah bullshit"

Alrasya tidak mengerti maksud Ayla berbicara seperti itu. "Maksud lo?"

"Ngga usah pura-pura ngga ngerti deh, lo kemarin marah-marahin gue karena perempuan itukan?"

Alrasya mengernyit dahi. "Siapa? Diva?"

"Yaa siapa pun itu"

"Gu—" Belum sempat berkata, namun Ayla sudah lebih dulu memotong. "Udah sana, gue ngga mau denger, mending lo ke kelas." Ayla kembali membalikan badan untuk masuk ke dalam kelas dan Ayla pun tidak ingin memperdulikan Alrasya

Perkataan Ayla masih terngiang-ngiang di kepalanya. "Ayla cemburu? Ah ngga, ngga mungkin," ucap Alrasya dalam hati seraya menggelengkan kepala

Ayla kesal, mengapa Alrasya tidak memaksa Ayla untuk berbicara? Sedangkan laki-laki itu justru malah beneran pergi dan berniat untuk ke kelasnya. Tapi ketika Alrasya baru saja ingin berlalu pergi, dirinya sempat bertemu dengan Inara

"Inara"

"Ya?"

"Tunggu sebentar". Alrasya membuka resleting tas untuk menggambil sebuah kotak bekal berwarna kuning yang sudah ia isi dengan roti. "Ini gue mau balikin kotak bekal punya Ayla, terus di dalemnya juga ada makanan buat dia." Alrasya memberikan kotak bekal itu kepada Inara dan Inara pun mengambilnya. "Kenapa ngga lo sendiri aja yang kasih?"

Alrasya kembali menutup resleting tas. "Tadi niatnya mau sekalian ngasih, tapi dianya keburu masuk kelas"

***

"Ini punya lo?" Inara menaruh kotak bekal di atas meja, tepat di hadapan Ayla

"Kok ada di lo?"

"Tadi Alrasya yang nitipin ini ke gue, eh tapi kok kotak bekal ini bisa ada di dia?" Sebenarnya Ayla sama sekali tidak cerita mengenai prihal itu

"Kemarin gue bawaiin dia bekal"

"Hah? Ngapain?"

"Niatnya sih cuma sebagai ucapan terimakasih karena dia udah mau ngajarin gue baca Al-Qur'an"

"Ngga usah bohong sama gue, yang ngajarin lo bukan cuma Alrasya"

"Lo juga mau, gue bawain bekal, Ra?"

"Ngga, bukan itu maksud gue"

"Terus?"

"Tama? Kenapa cuma Alrasya?"

"Yaaa ngga tau ah. Udah, gue ngga mau bahas dia"

"Kenapa?"

Ayla hanya membalasnya dengan gelengan kepala

"Yaudah deh, buka tuh, tadi dia juga bilang katanya di dalam kotak bekal ada makanannya." Inara mengingat ucapan Alrasya tadi

Dengan gerakan cepat, Ayla langsung membuka kotak bekal dan ternyata benar saja bahwa di dalam benda itu sudah ada roti

"Liat deh, Ra"

Inara mengikuti perintah Ayla dan alhasil Inara merespon hal yang sama

Sikap Alrasya benar-benar kembali membuatnya senang. Tetapi tidak lama kemudian, Ayla kembali mengingat Nadiva. Dan hal itu mampu memudarkan bahagianya "Gue jadi keinget Diva, Ra"

"Keinget kenapa?"

"Ngga tau, pokoknya gue ngga boleh baper, gue harus inget sama kata-kata lo kemarin, kalau Al cuma mau berbuat baik, ngga lebih. Dia juga udah punya Diva," lirih Ayla

"Wallahu'alam. Gue juga ngga tau. Tapi kalau emang benar dia ngga ada perasaan apa-apa, yaa lo jangan berharap lebih. Nanti yang ada malah lo sendiri yang sakit," ujar Inara

Ayla menutup kotak bekal. "Gimana caranya supaya gue bisa ridha?"

"Apa yang harus lo ridhain? Bukannya lo sama dia ngga pernah ada hubungan apa-apa? Lo cuma lagi butuh waktu buat nerima kenyataan"

"Kenyataan gimana maksudnya?" tanya Ayla dengan kening yang mengkerut sempurna

"Kenyataan kalau emang dari awal, dia ngga ada perasaan apa-apa. Dia cuma mau berbuat baik, ngga lebih." Perkataan Inara mampu menusuk siapapun yang mendengar dan tidak dapat dipungkiri bahwa Ayla membenarkan ucapan Inara

Ayla diam

"Lo juga tau ngga si, Ra? Kalau lagi kayak gini jadi keinget ex-boyfriend"

RIDHA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang