9. donasi jawaban tiba

13 2 0
                                    

Aku terlonjak kaget.

Me-mengapa ada manusia yang tak ingin kutemui di sini? Dan parahnya duduk di sebelahku lagi! "Ngapain lo?!" tanyaku ketus.

Si Godzilla atau si Gilang, hanya mengembuskan napasnya panjang. Dan itu terdengar menjengkelkan.

"Ganggu konsentrasi orang ngerjain tugas!" sindirku lirih. Aku kembali membolak-balikkan halaman mencari jawaban anak-anak nomor 4.

"Gue dapet amanah." Si Godzilla berujar.

Aku berhenti melakukan aktivitasku dan langsung terlempar pada ingatan chat Aksara yang mengatakan akan ada seseorang yang nantinya membantuku mengerjakan tugas ini. Jadi si Godzilla yang membantuku? "Siapa yang nyuruh?" tanyaku menelisik.

"Aksara."

Nah dugaanku tepat. "Sekongkol kalian?" Aku tersenyum miring.

Aku kembali membolak-balikkan buku paket itu, kembali mengerjakan pekerjaanku yang sempat terjeda. Namun tak berselang lama buku itu ditarik paksa oleh Gilang dari tanganku. Aku protes kesal.

"Gue males ribut. Gue dapet amanah bantuin lo. Maka dari itu cepet gue bantuin, cepet kelar dan cepet gue menjauh dari lo!" Mulut si Godzilla memang sangatlah berbisa dan setajam silet.

"Cowok banyak omong!" Aku tergelak pelan.

Gilang tidak menggubris ucapanku, dia fokus dengan buku paket itu dan aku sendiri sibuk merutuk dalam hati. Mood-ku langsung hilang mengerjakan tugas ini.

Aku mencoret-coret kecil di bagian belakang buku tugasku untuk menghilangkan rasa jengah, namun tiba-tiba Gilang menariknya, alhasil bukan coretan kecil yang tergambar melainkan garis panjang yang tercipta. "Ishh. kecoret, kan!" Aku menggerutu kesal. "Lo kalo niatnya cuma buat gangguin gue pergi aja deh!"

Gilang masih diam saja, lagi-lagi tak menggubris kekesalanku. Ia mengamati buku tugasku dengan seksama dan aku mengalihkan pandangan, tak mau melihat apa yang ia lakukan lama-lama. Nanti dia salting. Tiba-tiba ia menyodorkan buku paket dan buku tugas itu di hadapanku.

"Jawaban nomor 4A, 4B, 4C," kata Gilang sambil menunjuk beberapa paragraf di buku paket.

Aku langsung excited mendengar kata jawaban, kuamati dengan seksama apa yang Gilang jelaskan.

"Ini jawaban 4D sama 5C. Yang ini 5A, 5B sama 5D," lanjutnya.

"Pelan-pelan!" Walaupun aku mengamatinya dengan seksama, aku tetap tak dapat mengingat semua yang ia ucapkan.

Ia mengulanginya pelan dan menandai dengan goresan tipis pensil.

Aku hanya mengangguk mengiyakan, lalu menyalin jawaban-jawaban itu dengan cepat. Ternyata semua jawabannya ada di buku paket, aku saja yang meleng tak mencarinya dengan seksama. "Eh ... ini jawaban yang nomor 5-nya mana?" tanyaku pada Gilang, setelah sadar pertanyaan induk nomor 5 belum ditandai jawabannya.

"Nanti gue dikte."

"Oke," balasku seadanya. Aku kembali menulis dan tak lupa mengosongkan beberapa baris untuk jawaban induk nomor 5.

"Ngi ...."

Aku mendengar suara lirih memanggilku.

"Pelangi ...."

Aku menegakkan kepala, menoleh ke kiri mencari sumber suara yang memanggilku. Ternyata Bagas dan dia bersama Yura yang tengah duduk di bangku yang jaraknya dua bangku dariku dan menghadap ke arahku. "Hai ...." Bagas menyapaku.

"Hai ...," balasku menanggapi sapaan Bagas.

"Ehem. Cie udah akur ... ciee." Bagas menggodaku lirih.

AKSARA HILANG MAKNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang