Jiko tiba-tiba menarik tanganku sebelum aku menyebrang ke halte. Lalu ia membawaku menuju pagar ujung, menjauhi orang-orang.
"Mau ngapain sih?" tanyaku penasaran.
"Gue mau bocorin satu hal, lo mau tahu nggak?" tawarnya.
"Soal apa? Awas aja berita yang lo bocorin nggak penting! Buang-buang waktu gue aja," balasku sengit.
Jiko berdecak. "Kalau nggak mau ya udah, gue mau balik."
"Dih! Kek cewek aja lo, suka ngambek." Aku menarik tangan lelaki itu. "Rahasianya apa, wahai Bapak Jiko?" tanyaku dengan menampilkan wajah ramah di hadapannya.
"Gue bocorin kalau lo mau pegang janji," tawarnya.
"Janji soal apa?!" tanyaku kesal.
"Janji lo gak bakalan bocorin hal ini sama siapapun dan gak bakal tanya-tanya setelahnya sama orang lain terutama sama Dayat, oke?!"
"Oke, janji. Cepet spill the tea!" suruhku tak sabar.
Jiko menengok kanan-kiri, melihat keadaan sekitar. "Tahu kenapa gue bisa bolos bareng sama Aksara, sama Dayat?"
"Kenapa?"
"Setelah lo balik ke kelas kemarin ... setelah lo bolos satu jam pelajaran kimia," ucapnya dengan nada menyindir.
Aku memutarkan mata malas.
"Kan lo balik ke kelas berdua sama Aksara tuh."
Aku mengangguk.
"Habis itu kan gue diajak Dayat ke ruang guru, pas mau balik ke kelas Dayat nggak sengaja liat Aksara buru-buru ke arah ruang gudang, akhirnya Dayat ngajakin gue buat nyusulin Aksara. Gue awalnya ngira tuh bocah mau bolos, di sana kan terkenal jalan pintas anak-anak buat bolos. Terus pas sampai di depan gudang keadaannya sepi, gak ada siapa-siapa, ya emang gue sama Dayat telat sampai situ. Pas ngecek ke belakang gudang, ternyata Aksara lagi berantem sama Gilang, brutal banget si Aksara. Gilang sampai bonyok-bonyok!"
"Aksara? Berantem?" tanyaku tak percaya.
"Iya!" tekan Jiko. "Saking brutalnya, Dayat tahan Aksara, gue tahan Gilang, tapi Aksara di situ berontak sama maki-maki Gilang terus. Gue kaget sumpah lihat Aksara begitu! Out of control! Kenapa gue bisa bolos bareng? Dayat suruh gue buat ajak pergi Gilang dari area sekolah dan Dayat sendiri ajak pergi Aksara. Di situ yang bonyok cuma Gilang, Aksara keknya gak ada luka sama sekali deh."
"Terus?" tanyaku meminta kelanjutan cerita Jiko.
"Ya udah, cuma gitu doang. Gilang cuma minta dianterin sampai klinik, habis itu gue cabut ke warnet. Dia juga nggak cerita apapun soal masalahnya, ya gue memang nggak nanya sih." Jiko menggaruk kepalanya. "Janji ya lo gak bakal nanya-nanya ke Dayat! Awas aja sampai nanya! Gue timpuk! Udah baik nih gue mau kasih lo informasi!"
"Bodo! Gue masih kepo! Penjelasan lo gak lengkap!"
"Gue timpuk!" Jiko mengancamku.
"Gue mau langsung tanya ke Aksara! Lo nggak bilang gue gak boleh tanya ke Aksara kan?!" Aku balik menyudutkannya.
"Nggak boleh juga lah! Kan dari awal gue bilang gak boleh tanya ke siapapun!"
"Terus kalau gue nggak tanya, gimana gue dapat informasi tambahan?" geramku kesal.
"Ya gak perlu cari informasi tambahan lah! Mau banget nambah pikiran lo! Itu urusan Aksara sama Gilang juga!"
"Tapi gue kepo! Kalau gitu mending dari awal lo gak usah ngasih tahu gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA HILANG MAKNA
Teen Fiction"Katanya aksara itu pasti bermakna, tapi kenapa aku merasa tidak berguna?" - Aksara Senardi "Katanya aksara itu belum bisa bermakna jika tidak ada huruf lain di sisinya." - Pelangi Biola Desember, 2020 © feffiamlp Cover by Bocah Halu Ig: @bocahhalu2...