17. manusia rese

9 2 1
                                    

senar.aksara

Lo blokir wa gue ya!
Aneh
Salah apa sih gueeeee?
Kalo ig sampe lo blokir juga, gangguan lo!
Bodooooo
Pokoknya besok kalo ada
tugas ga bakal gue kasih tau
Ga bakal gue jawab kalo lo nanya!

You Blocked This Account
You can't message or video chat with Aksara Senardi (senar.aksara)

Aku mendengkus-dengkuskan napasku kesal. Sebelum lelaki itu memblokir Instagram-ku juga, akunnya yang kublokir terlebih dahulu. Ini langkahku balas dendam dan ketidakterimaanku dengan perbuatan lelaki itu.

Satu panggilan masuk. Aku menolaknya. Kesal. Aksara kembali menelpon, aku masih malas menerimanya, masih sakit hati, masih marah, tapi rasa kekepoanku terhadap lelaki itu melampaui tinggi. Ya ...  akhirnya aku menerima panggilannya, sedikitterpaksa. "Apa?!" kataku ketus sedikit berteriak—berlagak marah—seraya membayangkan raut keterkejutan Aksara karena teriakanku itu.

Lelaki itu terkekeh—tebakanku salah. "Kangen ya?" tanyanya asal.

Jelas nggaklah! Gak ada gunanya banget kangen sama orang sejenis Aksara. "Kangen, kangen pala lo!"

"Tuh, sampai nyariin," godanya yang masih sambil terkekeh.

"Udah ya, kalau gak penting gue tutup, lagi sibuk!" ujarku kesal. "Wa gue gak usah dibuka blokirannya!"

"Oh oke."

Aku membelalak. Sialan! "Oh iya, sekalian aja nomor telepon gue ini lo blokir juga ya ...." Emosiku sudah mencapai ubun-ubun. "Biar kalau ada informasi apapun gue gak perlu susah-susah kasih tahu!"

"Siap, siap Ndoro," jawabnya tak ada rasa bersalah sedikitpun.

"Aksara gue benci sama lo!" teriakku lalu kuputus sambungan telepon itu. Emang dasar laki-laki gak ada satupun yang peka! Minta maaf kek, dijelasin, atau apa kek! Setidaknya ada sedikit penjelasan kenapa dia memblokir WhatsApp-ku.

••o••

Dengan sisa rasa kedongkolan dalam hati semalam—Aksara penyebabnya—aku memutuskan untuk berangkat sekolah pagi ini. Gara-gara kelakuan rese Aksara, aku badmood semalaman. Bahkan karena ketidakjelasan tingkah Aksara, aku sampai hati hampir mengorbankan pendidikan.

Soal keadaan rumah Aksara jangan ditanya. Tentu masih kosong. Beberapa sampah daun mangga kering mulai berserakan di halamannya, lampu teras juga masih menyala sejak terakhir kali aku intip rumah ini kemarin.

"Ngapain sih ngintip-ngintip rumah orang?"

Aku tersentak. "Jangan ngagetin!" ujarku kesal seraya menoleh ke mama.

"Kamu intip terus kalau orangnya belum balik juga tetap kosong rumah Aksara. Baru ditinggal beberapa hari aja udah kangen," cibir mama.

"Kangen apa sih Ma? Gabut banget aku kangenin Aksara," balasku tidak terima.

"Lah bukannya itu kerjaan kamu sehari-hari? Gabut gak jelas?"

Jleb. Sangat menusuk hati.

Aku memegang dada kiri dengan ekspresi terluka. "Tega, sungguh tega Mama. Bisa-bisanya ngatain anaknya sendiri," kataku melakonlis.

"Tega biar kamu tahu diri, biar sadar."

Ibu-ibu penggosip ini tak perlu ditanya kemampuannya mentubiri sesuatu, anaknya sendiri aja ditubiri habis-habisan. "Emang Aksara sekeluarga lagi ke mana sih Ma? Masa liburan terus?" Aku mengalihkan topik pembicaraan tentang Aksara lagi, biar aku nggak jadi korban kejulidan mama lagi.

"Ya mana Mama tahu! Urusan orang masing-masing. Kalau Aksara liburan kenapa kamu gak terima?"

Aku mendengkus. Memang dasar ibu-ibu julid, tak perlu diragukan lagi kredibilitasnya!

••o••

Aku memegang pinggang mama erat. Selain ibu-ibu julid, mama juga termasuk ibu-ibu sen kanan belok kiri. Karena suatu hal, mama hari ini yang mengantarkanku ke sekolah. Yang biasanya cuma terjadi 3 kali dalam setahun. Sebenarnya enak-enak aja sih diantar mama, jadi lebih cepat sampai ke sekolah, nggak perlu desak-desakan di bis. Tapi kalau antarnya bawa motor itu yang jadi masalah.

"Ma ... pelan-pelan! Jangan asal nyalip ih!" Aku jadi rempong sendiri. Jantungku hampir pindah posisi.

Mama dulu katanya mantan pembalap, pembalap isengan. Balapan cuma pas pulang sekolah sama temannya, cepat-cepatan sampai tempat tongkrongan, yang menang ditraktir gorengan. Emang tipe anak-anak gaul hits gitulah mama dulu. Lah anaknya sekarang ... nolep, gak ada temen, ke mana-mana cuma sama Aksara. Sad sekali pemirsa.

Aku menghela napas lega, akhirnya sampai juga. Setelah lepas helm dan salim ke mama, aku langsung ngacir ke kelas, gara-gara ngelihat mobil Yura berhenti tepat di belakang motor matic mama. Si Yura tengil itu masih suka lihat-lihat sinis. Emang rada-rada tuh bocah. Dia yang salah sangka, dia yang udah jahat nggak masukin aku ke dalam kelompok, dia juga yang dendam nggak jelas.

Aku berlari menaiki tangga sampai gak sengaja nyenggol bahu Gilang. Kenapa harus bocah itu sih?! "Sorry, gak sengaja. Lagi buru-buru," ucapku malas mencari ribut. Ekspresi Gilang tak perlu ditanya, pasti penuh kesinisan.

Aku memasuki kelas dengan napas terengah-engah. Belum semenit aku mengatur napas, Ruby dengan mulut cabenya mulai terdengar menyindir. "Ululu ... dapet jadwal piket tapi jam segini baru dateng, emang kelihatan banget kalo di rumah pemales "

"Shit," umpatku dalam hati. Kenapa bisa lupa jadwal piket sih?

"Bacot deh lu Rub, kayak lo yang paling rajin piket aja," sambar Jiko.

"Jiko I love you so much. Lo emang temen baik gue!" girangku bukan main dalan hati.

"Lo tuh bacot. Laki tapi bacot."

"Lah mulut-mulut gue, sewot banget lu!" balas Jiko tak terima.

"Udahlah Ko, buang-buang waktu ngurusin manusia sempurna," sahutku sambil berjalan menaruh tas ke bangku.

"Paling sempurna." Jiko menambahi.

"Woi-woi-woi! Diem! Nggak boleh ada keributan selama gue masih jadi ketua kelas di sini!" teriak Dayat menengahi.

"Tuh urus temen-temen lo yang nggak bisa diem!" Ruby balas menyahut tidak terima.

"Lo juga diem!" tunjuk Dayat.

Aku berjalan menuju pojok belakang kelas, mengambil sapu. Lalu mulai menyapu bagian jatahku. Suara Ruby masih terdengar mengomel di luar. Manusia kayak gitu dibiarin aja. Bikin pusing. Masalah sendiri aja udah berat, malah nambah-nambah masalah lain.

Yura memasuki kelas santai. Padahal ini juga jadwal piketnya Yura kan? Dan dia juga datangnya lebih lambat, tapi kenapa cuma aku yang dinyinyiri Rubah? Oh iya lupa, namanya juga Rubah.

••o••

Hallo gengs, I'm back!

Apa kabar?

Semoga tetap sehat dan bahagia ya.

Aku kembali dengan part toxic lagi, peace✌🏻

Semoga kalian suka<3

Seperti biasa, janlup vote, komen dan share cerita ini ya ...

AKSARA HILANG MAKNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang