4. trik

25 7 0
                                    

"Aaaaaarrhhh!!!" jeritku panik.

Gilang sialan!

Napasku memburu cepat. Dadaku naik turun. Dia sebenarnya ada masalah apa denganku? Sampai ia harus mengerjaiku. Masih dendam dengan buku sialannya yang aku buang itu?

Oh no, dia lebih sialan dari bukunya.

Plastik hitam yang Gilang kasih -Aksara yang memberikannya padaku- ternyata berisi kotak yang didalamnya terdapat sekitar 4 atau 5 kecoa; mungkin lebih, penglihatanku hanya dapat menangkap data sedikit. Memang sialan si Godzilla itu. Reaksi awal yang kuberikan setelah membuka kotak itu dan mengetahui isinya adalah kulempar ke arah deretan bangku Ruby; tidak kusengaja. Keadaan kelas menjadi semakin gaduh. Teriakan demi teriakan terdengar nyaring saling bersahut-sahutan. Jelas suara perempuan yang dominan dan juga suara Bagas.

Semua anak laki-laki di kelas sibuk mengejar kecoa, kecuali Bagas. Aku segera menaiki kursi dan berteriak heboh tentunya, biar dianggap cewek tulen. Sekilas kulihat Aksara sedang mengejar kecoa di dekat meja guru dengan tertawa lepas. Sialan! Apa ia sudah tahu rencana Gilang Godzilla itu hingga ia jadi segembira ini?!

Aku melihat kecoa yang sedang hendak ditangkap Jiko di tirai jendela tiba-tiba terbang ke arah Ruby dan hinggap di kepala gadis itu dengan tenang sekali. Aku yang menyadarinya langsung berteriak dengan heboh, "huuuaaaaa, kecoanya ada di kepala Ruby!"

"Aaaaaa ambil-ambil-ambil. Aaaaaaaaaa, ambilll!" Ruby histeris. Suaranya bahkan terdengar seperti menangis.

Mampus.

Well, ada sedikit hikmahnya. Aku menahan tawa. Bagas -yang tempat duduknya tepat di belakang Ruby- seperti sedang mengambil ancang-ancang dengan tangan yang memegang tas.

Bough!

Bagas menghantam kecoa itu dengan tas dan kepala Ruby otomatis ikut terhuyung ke depan.

"Aaaaaaaawww," jerit Ruby menangis.

Kecoa itu terkapar tak sadarkan diri hasil dari kekejaman Bagas. Lalu Aksara mendekat dan menginjak kecoa itu tanpa ampun. RIP Kecoa.

"Dapat dua!" teriak Dayat lantang. Ia berjalan ke depan kelas dan langsung meremasnya dengan tangan.

Mual rasanya. Jijik. Seisi kelas berteriak dan memperagakan ingin muntah. Dasar Dayat jorok.

Sekembalinya Dayat ke kelas dan tangannya basah -ia sepertinya baru cuci tangan- keadaan kelas berangsur lebih tenang. Dayat bersama dengan seseorang, bersama manusia yang sering aku umpati belakangan ini. Si Godzilla.

"Kenapa kelas kalian ribut banget sih?!" tegurnya dengan mata mengintimidasi seluruh manusia yang ada di kelas. "Nanti kalo ada guru yang negur, gimana?" ucapnya yang sedikit melembut.

Dia sepertinya punya kepribadiaan ganda dengan emosi yang bisa diatur sedemikian rupa.

Apakah ini trik untuk menarik simpati bahwa dia sekretaris osis yang bisa mengayomi?

Aku masih menahan diri untuk tidak berteriak mencacinya lantas menghakimi. Masih berusaha mengatur napas agar teratur tenang yang sedari tadi bergejolak penuh emosi. Akan kuselesaikan masalah ini diluar kelas. Secepatnya. Kalau perlu kumaki dia habis-habisan nanti.

"Ruby, kenapa nangis?" tanyanya penuh perhatian kepada si Rubah.

"Itu tuh ada kecoa di kelas Lang," ujar Ruby manja, ia mengadu.

Mulut tahan-tahan, jangan muntah duluan. Kelakuan Ruby memang menjijikkan.

"Si Pelangi tuh yang bawa, gue tadi lihat dia yang lemparin kotak ke arah sini," ucap Nisha yang termasuk komplotan si Ruby.

AKSARA HILANG MAKNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang