Tandain kalo ada typo.
••o••
Segelas es sirup rasa jeruk berada digenggamanku. Aku hendak ke kursi santai dekat taman mini mama, sengaja buat ngadem sambil memandang bunga warna-warni milik mama yang posisinya membelakangi matahari sore.
Hari ini cuaca tengah baik, cerah namun tak panas menyengat, cocok untuk menikmati sore. Gorden berwarna putih kusingkap lalu kugeser pintu kaca hingga memiliki ruang yang cukup untuk kulewati. Aku berderap santai dengan tangan kananku yang terasa mulai membeku karena dinginnya minumanku itu. Kuletakkan gelas minumanku yang permukaannya sudah berembun dan berair di tengah-tengah meja kecil lalu kududukkan diriku di salah satu kursi yang sandaran lebih condong ke belakang dibanding 2 kursi lainnya. Aku menyandarkan punggungku, memejamkan mata, menghirup udara panjang, menikmati semilir angin yang membuat jantung berdegup lebih normal dari biasanya.
Hari ini tak semelelahkan seperti kemarin. Eh, tapi sebenarnya hari kemarin juga tak terlalu melelahkan sih sorenya, hanya ketika pagi hingga siang saja aku sibuk berkutat mengerjakan soal-soal memusing dan memuakkan itu. Ya ... dan seharusnya kemarin sore, aku pergi kerja kelompok untuk mengerjakan tugas biologi, tapi ketika pulang sekolah, Yura tiba-tiba batalin rencana tanpa alasan. Aku sih seneng-seneng aja, jadi bisa rebahan santai di rumah. Dan nggak peduli juga kalau nanti tugas itu tak selesai karena terlalu mepet deadline, toh yang paling pintar di kelompok kami malah sengaja mengulur-ulur waktu. Ups, aku suudzon lagi. Bisa saja 'kan, Yura batalin karena tiba-tiba ada urusan penting. Memang dasar aku suka berprasangka buruk.
Tapi ... tapi, ada sedikit yang membuatku meyakinkan prasangka burukku itu kepada Yura. Wanita itu sempat membuat Instastory yang isinya ... oke tunggu, aku lupa.
Aku mengambil ponselku di saku celanaku. Membuka Instagram, mengetik nama akun Yura di kolom pencarian. Instastory-nya itu berisi ...
I'm so dissapointed with my friend.
Dia mencoret kata friend menggantinya dengan kata new friend.
But now, i don't wanna call him my friend again.
I think she's not perfect. She isn't smart. She isn't pretty. And i'm more than him. But why, that 'human' prefers to communicate with that girl than me.
Awalnya aku tak begitu peduli dengan cuitan Yura. Namun di Instastory-nya yang kedua membuatku overthinking. Isinya seperti ini ...
Sebenarnya kurang baik apa sih gue? Oh mungkin bantuan kemarin gaada artinya.
Aku langsung mencocokkan instastory Yura dengan diriku sendiri. Bantuan. Apa itu aku? Sebab ia beberapa kali memberikanku tumpangan dan contekan PR MTK sekali. Dan kuhubungkan lagi dengan instastory-nya yang pertama. She isn't smart, ya ... aku emang nggak pintar, tak perlu mengelak. She isn't pretty, tapi menurutku aku cantik. Aku berusaha menetralisir pikiran buruk bahwa yang disindir Yura itu bukan aku. Namun, hal yang membuatku kembali overthinking yaitu karena instastory Yura bertanda hanya 'untuk teman dekat', bisa saja kan itu memang benar-benar untukku? Dan yang sedikit mengganjal, jika itu benar untukku, siapa yang dimaksud Yura manusia yang lebih sering berkomunikasi denganku?
"Derr!"
Aku tersentak. Ponselku terlempar ke pangkuanku. "Aarghh!" jeritku kesal. Aku menatap sinis laki-laki yang mengagetkanku; Aksara. Tapi laki-laki itu malah duduk santai di hadapanku.
"Santai dong ngeliatinnya," ucapnya dengan cengiran.
Tak ada lucu-lucunya sama sekali.
"Ya maaf," katanya lagi. "Kalo marah nanti cepet tua, nanti lo keriputan, pikun, bungkuk, batuk-"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA HILANG MAKNA
Teen Fiction"Katanya aksara itu pasti bermakna, tapi kenapa aku merasa tidak berguna?" - Aksara Senardi "Katanya aksara itu belum bisa bermakna jika tidak ada huruf lain di sisinya." - Pelangi Biola Desember, 2020 © feffiamlp Cover by Bocah Halu Ig: @bocahhalu2...