20. I Just Want You

4K 148 9
                                    

SELAMAT MEMBACA


"Kania__"

"Aku gak punya banyak waktu, langsung to the point aja." Gadis di hadapan Kania terlihat menghela nafas.

"Aku kerja di perusahaan Kevin," jeda gadis itu, Kania masih terdiam menunggu Aurel melanjutkan. "Aku kerja sebagai sekertaris di sana."

"Soal kejadian 2 hari lalu.... aku dan Kevin gak ada hubungan apa-apa selain urusan kerja. Aku ada di sana juga karena ada berkas penting yang harus di kasih sama Kevin. Maaf yah buat kamu jadi salah paham."

Kania masih diam, gadis itu terlihat enggan menatap mantan sahabatnya itu. Entah karena hatinya masih merasa sakit atau karena dirinya yang terlalu egois?

"Aku tau gimana hubungan kamu sama Kevin," Kania langsung menatap Aurel dengan tatapan datar.

"Aku tau dari Loly, Maaf bukannya aku ikut campur mengenai rumah tangga kalian. Aku hanya merasa.... ikut sedih mendengarnya."

"Gak usah sok peduli." Celetuk Kania.

"Maaf Nia, aku dulu gak bisa ngertiin perasaan kamu. Aku selalu berusaha mendukung hubungan kamu sama Devon meskipun aku tau kamu gak suka sama dia. Aku lakukan itu agar bisa lebih dekat dengan Devon. Aku tau ini licik dan salah, kamu berhak marah sama aku. Maaf Nia, aku belum bisa jadi sahabat yang baik buat kamu, aku belum bisa jadi sahabat yang selalu ada di saat kamu sedih. Aku cuma jadi orang yang buat kamu sedih. Maaf Kania."

Kania mengalihkan pandangannya ke arah kaca lestoran, ia menahan bendungan air mata yang siap mengalir.

"Aku memang kecewa saat kamu membongkar perasaanku di depan Devon, apalagi saat Devon sudah dengan jelas menolakku saat itu. Perasaanku semakin hancur, kehilangan sahabat dan kehilangan sosok yang ku cintai. Setelah sekian lama aku berniat menemui kamu dan meminta maaf, tapi aku terlalu pengecut. Aku takut kamu gak mau mau ketemu aku lagi yang udah berbuat jahat sama kamu, aku takut kamu gak mau maafin aku.... aku___"

Ucapan Aurel terpotong saat merasakan pelukan sesorang, Kania memeluknya. Tangisan Aurel semakin deras, begitupun Kania yang ikut larut dalam tangisan.

Tak lagi peduli dengan pandangan orang-orang yang menatap mereka berdua. Aurel dan Kania hanya ingin meluapkan segala kesedihan yang mereka rasakan.

"Aku juga salah Rel, maafpin aku. Aku selalu berharap kalau kita masih bisa sahabatan."

"Makasih Nia."

"Kamu sama Loly itu gak bisa tergantikan, kalian sahabat terbaik aku. Gak mungkin aku lupain kalian gitu aja."

***

K

ania melangkah memasuki rumah dengan perasaan yang lumayan lega, setelah menyelesaikan permasalahan dan kesalahpahaman antara dirinya dengan Aurel. Kania segera pulang, ingin cepat-cepat bertemu dengan anaknya.

"Kelvin!"

Tak ada sahutan.

"Mah?!"

Keadaan rumah terlihat sepi dan rapih, Kania lantas berjalan menuju dapur. Namun keadaan masih sama, tak ada siapapun di sana. Saat hendak menelpon mamahnya, Kania mendengar gelak tawa Kelvin dari halaman belakang rumah. Ia lantas menghampirinya.

Namun seketika langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang menyejukan hatinya di sana, Kevin dan Kelvin tengah bermain dan bercanda ria dengan asiknya.

Inilah yang selalu ia harapkan sejak dulu, bisa berkumpul dengan keluarga kecilnya adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupnya.

"Kalian masih belum baikan?" Suara Clarissa mengejutkan Kania yang sedang melamun.

"Mamah ngagetin aja."
Mamahnya hanya terkekeh.

"Kenapa kamu gak coba dengerin penjelasan Kevin aja? Mamah yakin kok itu gak seperti pikiran negatif kamu."

"Aku tau." Clarissa mengernyit.

"Jadi Kevin udah jelasin?"

"Belum, tapi Aurel yang jelasin tadi."

Clarissa mengelus pundak anak semata wayangnya itu.

"Permasalahan dalam rumah tangga itu pasti ada dan itu adalah hal yang wajar. Mamah kan udah pernah bilang, hubungan rumah tangga gak akan berjalan baik tanpa komunikasi yang baik. Selesaikan masalah dengan kepala dingin, kamu dengerin penjelasan dia. Hal itu akan membuat ia merasa dihargai oleh istrinya."

Kania mengangguk menyetujui.

"Kayaknya selama ini aku terlalu kekanak-kanakan dan egois ya Mah?"

Clarissa tersenyum "Sedikit."

"Momy!"

"Hello, my boy."

Kelvin berlari ke arah Kania lalu menerima pelukan sang mamah.

"Momy i miss you."

"Miss you too."

"Momy beli mainan pesanan Kelvin?"

"Ya off course, ada di meja ruang tamu." Kelvin berteriak girang.

"Ayo biar grandma antar, kita main bareng." Ujar Clarissa menuntun Kelvin menuju ruang tamu dengan ekspresi bahagia.

Memberi ruang dan waktu untuk Kevin dan Kania.

"Habis dari mana?" Tanya Kevin.

"Ketemu temen." Jawab Kania.

Kecanggungan terasa diantara mereka, Kania yang tak tahu harus bagaimana ia kemudian hendak pergi menyusul anaknya yang tengah bermain di ruang tengah, namun pergelangan tangannya di tahan oleh Kevin.

Belum sempat Kania bersuara, Kevin terlihat mencium telapak tangannya membuat Kania bergeming.

"Kev__"

"Maaf."

"For what?"

"For everything." Kevin membuka matanya, menurunkan tangan Kania dan menggenggamnya, lalu menatap Kania dengan tatapan teduh.

"Aku terlalu banyak memberimu luka. I'm sorry for that and everything. Aku mencintaimu.... so much. Gak pernah sekalipun aku berpikir untuk mengkhianati hubungan kita, karena cuma kamu yang selalu aku pikirkan, cuma kamu yang selalu aku rindukan, dan cuma kamu wanita yang aku cinta. Aku__" Kevin menarik Kania untuk dipeluknya.

"Jangan berpikir untuk pergi lagi dariku Kania, jangan tinggalkan aku, i can't live without you. I want you to always be there when I'm sad, happy, disappointed and all the things I want to go through with you. I want you to always be with me."

"Please stay with me."

Kania tak dapat lagi membendung tangisannya mendengar keputusasaan Kevin. Bukan hanya dirinya yang menderita tapi Kevin juga merasakannya.

Kania hendak melepaskan pelukannya namun Kevin malah semakin mengeratkannya.

"Don't, don't leave me."

Tbc....

Kevin And KaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang