"Distro lo banyak, uang banyak ngapa harus ribet cari kerja segala sih?""Tau, masih kurang uang lo?"
"Ngapain tuh uang disimpenin di bank tapi kagak dipake, mending kasih ke gue."
"Buat gue 50%."
Deon dan Karel terus cekcok, karena ketidaksetujuannya saat mendengar Kevin akan mencari kerja, sedangkan uang pria itu banyak bisnisnya juga banyak, yang Kevin bangun sejak 4 tahun lamanya. Tanpa bantuan keluarganya pun Kevin masih mampu membiayai hidupnya dan istrinya selama puluhan tahun.
Lantas kenapa disaat semuanya serba ada, Kevin justru memilih bekerja?
"Lo udah bisa mulai kerja besok pagi." Bagas muncul dari balik ruangan. Lalu ikut duduk dan bergabung dengan ketiga temannya, selain Devon tentunya.
"Sekali lagi makasih Gas." Ucap Kevin, lagi-lagi ia sangat berterima kasih kepada sahabatnya itu karena telah banyak membantunya. Besok ia akan mulai berkerja di perusahaan ayahnya Bagas dan menjadi karyawan biasa di sana, Sesuai permintaan Kevin.
"Kenapa lagi sih lo? Murung terus, bukannya keinginan lo udah lo dapetin, Kania." Ujar Deon.
Kevin menyandarkan diri ke sofa dengan helaan nafas. "Gue ngerasa berdosa."
"Sama?"
"Keluarga gue."
Mereka bertiga terdiam. Sampai akhirnya Karel berucap.
"Lo nyesel?"
Kevin menggeleng. "Gue cuma ngerasa berdosa karena gak bisa nurutin kemauan mereka, gak bisa bahagiain mereka. Gimanapun juga mereka keluarga gue, yang ngerawat gue dari kecil."
"Jadiin pelajaran aja buat kedepannya. Keluarga lo emang gak salah, karena mereka mau yang terbaik buat lo, dan yang keluarga lo lakuin emang untuk kebaikan bersama, meskipun orang lain harus tersakiti." Karel mengangguk menyetujui perkataan Bagas.
"Suatu saat mereka pasti sadar, kalau lo berhak bahagia dengan bebas, tanpa tuntutan dari mereka." Tambah Karel.
●●●
Sudah sekitar sebulan berjalan, rumah tangga Kevin dan Kania nampak berjalan dengan lancar.
Kevin kini telah bekerja di perusahaan keluarga Bagas, sebagai karyawan biasa di sana.
Setiap pulang kerja Kevin tak pernah lupa untuk membeli pesanan sang istri yang tengah ngidam. Kali ini Kania minta dibelikan martabak manis.
"Martabak 2 bungkus pak."
"Siap mas."
Kevin melihat arlojinya yang masih menunjukan pukul 3 sore, beruntungnya ia yang telah lebih dulu menyelesaikan pekerjaannya sehingga bisa pulang lebih awal.
Bisa menghabiskan banyak waktu dengan sang istri.
Setelah membayar martabak, Kevin berjalan menuju tepi jalan untuk menyebrang. Karena bus langganannya selama sebulan ini berada di sebrang jalan berdekatan dengan sebuah kafe di sana.
Kevin melihat bingkisan yang ia bawa dengan senyum bahagia, ia sudah tak sabar bertemu dengan Kania.
Lampu untuk pejalan kaki menampakan warna hijau, Kevin hendak berjalan namun tertahan saat melihat hal tak terduga di depannya.
●●●
"Tinggalkan dia atau saya akan buat ibu kamu mendekam di penjara selamanya."
Seraya menahan tangis, Kania meraih sebuah surat di depannya yang akan ia tanda tangani dengan penuh keterpaksaan.
"Saya akan urus kebebasan ibu kamu, dan saya juga akan urus keberangkatan kalian keluar dari negara ini."
"Om tapi...."
BRAK
Kania dan pria paruh baya di depannya mendongak dengan tatapan terkejut.
"APA INI?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin And Kania
RomansaFOLLOW DULU SEBELUM BACA New Version Kevin dan Kania harus rela terlibat sebuah perjodohan, tak ada cinta dan tak ada benci. Sampai akhirnya Kania menaruh hati pada Kevin, yang membuat segalanya berubah. Ternyata ada rahasia dibalik perjodohan me...