Selamat membaca
Jangan lupa dukung cerita ini dengan cara vote dan coment yah ❤"Don't cry.... Kau tau, aku benci melihatmu menangis." Ujar Galih seraya menghapus setiap air mata yang Kania keluarkan.
Tangisan Kania semakin keras, Galih merengkuh tubuhnya dan memberikan usapan lembut di punggung dan rambut Kania.
"Kau sudah bertahan selama ini, itu bukanlah hal yang mudah. Kalau tidak sanggup, lepaskan. Jangan menyiksa dirimu seperti ini. Masih banyak orang yang sayang padamu, jangan sia-siakan waktumu hanya untuk menunggu orang yang bahkan tak lagi peduli dengan perasaanmu."
Kata-kata bijak itu keluar begitu saja, setelah sekian lama Galih berharap bisa mengatakan hal ini.
Kania mendongak menatap Galih dengan pandangan sendu.
"I will always be there for you."
***
"Mom."
"Yes, love?"
"I miss Daddy."
Kania tersenyum seraya membersihkan bibir Kelvin dari sisa makanan yang menempel.
Sudah seminggu ini sejak pertemuan Kelvin dengan ayahnya saat itu, sampai sekarang Kevin belum juga menemui anaknya. Kania bisa tahu karena Kelvin sendiri yang mengatakannya.
Kevin lagi-lagi menghidari Kania. Jika terus seperti ini, apa ia yang harus bertindak? Bagaimanapun juga status mereka masih suami-istri.
"Baby, gimana kalau kita temui Daddy saja?" Ujar Kania yang langsung disetujui dengan antusias oleh Kelvin.
"Yes Mom, let's go..."
Kania ikut senang melihat wajah gembira Kelvin, ia segera menyiapkan diri untuk menemui Kevin.
Entah Kevin akan marah atau tidak, ia harus siap dengan segala resiko.
"Grandma! I'm going to see daddy!" Ujar Kelvin saat melihat sang nenek berjalan ke arahnya.
Clarissa nampak terkejut, ia kemudian menatap Kania.
"Are you sure?" Tanya sang Mamah. Kania mengangguk yakin.
"Lagipula, ada hal yang ingin aku bicarakan dengannya."
"Kau sudah menghubunginya jika kalian ingin bertemu?" Kania terdiam sesaat kemudian menggeleng.
"Aku rasa tak perlu menghubunginya, dia tak pernah menganggkat panggilanku."
Clarissa menatap anaknya dengan raut wajah yang khawatir.
"Bagaimana kalau mamah yang hubungin Kevin dulu kalau kalia___"
"No." Potong Kania. "I want to solve this problem immediately."
Clarissa terdiam. "Please.." mohon Kania, sang mamah mengangguk dengan senyum lembut. Lalu mengecup kening Kania dengan penuh kasih sayang.
"Good luck."
"Thank you Mom."
***
Kania dan Kelvin telah sampai di tempat tujuan. Kania menuntun Kelvin untuk memasuki lift, teknologi itu membawa mereka menuju lantai yang dituju.
Kania menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, entah kenapa perasaannya tak karuan. Jantungnya berdegup kencang, ia menunduk untuk melihat Kelvin yang masih asik dengan lolipop rainbow.
"Oke tenang Kania, everything will be alright." Batin Kania.
Ting.
Lift terbuka, dengan sekali lagi helaan nafas. Kania melangkah keluar dari lift.
"Mom, I can't wait to meet Daddy." Ujar Kelvin, Kania hanya tersenyum mengangguk. Mereka berhenti di depan sebuah pintu apartement.
Kania sangat gugup, bahkan jemarinya mulai terasa dingin.
"Ada apa denganku?"
Entah sudah yang keberapa kali Kania menarik nafas lalu menghempaskannya.
Ting...tong
Dengan tangan gemetar Kania akhirnya berhasil menekan bel tersebut. Namun pintu masih tertutup, dadanya semakin bergemuruh. Sekali lagi ia tekan bel tersebut dan tak lama kemudian pintu terbuka.
Nafas Kania tercekat, seolah ada 1 peluru mengenai jantungnya. Rasanya sangat sesak!
Jika bisa memilih, ia ingin mati saja pada saat itu.
"A__au__rel?" Ujar Kania dengan terbata-bata, melihat seorang perempuan di depannya yang tenyata pembuka pintu itu adalah Aurel.
Tak berbeda dengan Kania, Aurel juga nampak terkejut.
Kenapa dia ada di sini? Bagaimana bisa? Apa yang dilakukannya? Apa yang___
"Siapa Rel?" Suara lain datang dari belakang tubuh Aurel.
Kevin, pria dengan setelan kaus putih itu berjalan menghampiri mereka yang berada dalam situasi yang menegangkan.
Satu tetes dilanjuti dengan tetesan lainnya, air mata Kania meleleh. Membasahi pipi dengan lancar.
Terlihat wajah terkejut dan khawatir Kevin saat melihat istrinya di sana. Saat hendak mendekat, Kania langsung menggendong Kelvin lalu berlari meninggalkan tempat tersebut.
"KANIA!"
Tangisan Kania pecah di dalam lift, Kelvin yang terlihat bingung langsung memeluk sang Momy.
"Momy don't cry, what happend?"
Kania tak menjawab, tubuhnya bergetar dengan menutup mulutnya. Ia tak ingin anaknnya melihatnya seperti ini, namun perasaan sakit dalam hatinya tak bisa lagi ia tahan.
Apa ini akhir dari hubungan mereka?
Gimana? Coba tuangkan isi perasaan kalian sama Kevin.
Jangan lupa vote dan komennya yah, semakin banyak yang komen dan vote akan semakin cepet uploadnya.
🌺🌺🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
Kevin And Kania
RomansaFOLLOW DULU SEBELUM BACA New Version Kevin dan Kania harus rela terlibat sebuah perjodohan, tak ada cinta dan tak ada benci. Sampai akhirnya Kania menaruh hati pada Kevin, yang membuat segalanya berubah. Ternyata ada rahasia dibalik perjodohan me...